NovelToon NovelToon
Kurebut Suamiku

Kurebut Suamiku

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari Saat Hamil / Pelakor / Penyesalan Suami
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: megatron

Sagara mengalami hilang ingatan setelah kecelakaan tragis, tidak ada kenangan Lania dalam pikirannya.

Lania merasa sedih, terlebih-lebih Sagara hanya mengingat sekertaris-nya yang tak lain adalah Adisty.

Peristiwa ini dimanfaatkan Adisty untuk menghasut Sagara agar menceraikan Lania.

Lantas, dapat kah Liana mempertahankan rumah tangganya?
Apakah ingatan Sagara akan kembali?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon megatron, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Melanggar Janji

Kafe kecil di sudut Senopati itu tidak terlalu ramai siang itu. Lania duduk di meja pojok dekat jendela, dengan cangkir kopi yang sudah dingin dan jemarinya yang terus-menerus memainkan gagang cangkir. Dia tak mengerti kenapa Adisty tiba-tiba mengajaknya bertemu—dan lebih aneh lagi, Adisty datang dengan senyum yang terlalu manis untuk ukuran wanita yang selama ini nyaris tidak pernah menunjukkan ketulusan padanya.

Tak berapa lama, Adisty datang dan duduk di seberang dengan gerakan anggun, meletakkan tasnya perlahan di kursi sebelah.

"Aku pesan teh chamomile, kamu tidak keberatan, kan?" tanyanya enteng.

Meski mengangguk patuh, sorot mata Lania tampak waspada.

"Tenang, aku tidak akan lama, kok" lanjut Adisty, sambil meneguk teh hangat yang baru datang. "Aku cuma… mau tahu, seberapa siap kamu kehilangan Sagara?"

Lania menegang.

"Apa maksudmu?"

“Eemm, usahamu untuk menjauhkan aku dari Sagara jelas sia-sia.” Sekali lagi, Adisty menyeruput teh sambil mengangkat alis. "Yah, maksudku... kalian akan bercerai, kan? Kamu tidak perlu berusaha keras."

Senyap. Dunia seakan membeku sejenak. Suara mesin espresso dari balik meja barista terasa seperti gema jauh yang tak nyata.

"Cih, kamu dapat kabar menggelikan itu dari mana?" Suara Lania nyaris berbisik, tapi tajam seperti ujung pisau.

Suara tawa lembut Adisty terdengar, pura-pura santai. "Ah, jangan terlalu kaku, Lania. Dunia ini kecil, rahasia bisa bocor lewat celah yang tak disangka-sangka."

Tidak ada satu orang pun—bahkan ibunya sendiri—yang tahu soal rencana ini. Lania menatap Adisty, kali ini penuh tanya dan kecemasan. Dia dan Sagara belum membicarakannya secara resmi, hanya dalam obrolan sengit di kamar beberapa malam lalu—dan sebelum kecelakaan terjadi.

Adisty menyentuh cangkirnya, menatap Lania dengan penuh rasa menang. "Kamu tahu, kadang aku pikir kamu terlalu percaya diri. Seolah-olah kamu bisa mempertahankan seseorang yang sejak awal hatinya hanya setengah. Persahabatan antar lawan jenis bisa membelot kapan saja."

“Cukup,” desis Lania. Napasnya mulai berat.

Dia berdiri perlahan, mengambil tasnya. Namun, sebelum pergi, membalas dengan suara rendah—amat menusuk.

"Aku tidak tahu siapa yang membelot dan secara sengaja membelotkan—tetapi, kamu cuma harus mengingat satu hal ... Sagara lebih memilih aku daripada persahabatan konyol kalian, bahkan sampai sekarang!”

Tatapan Lania sinis, sebelum meninggalkan kafe. Dia menyimpan perasaan terluka bercampur tekad. Di lain sisi, Adisty—walau tersenyum, merasakan rencana besar Lania.

Langit Jakarta siang itu begitu cerah, panas terasa menyengat kulit. Mobil yang ditumpangi Lania melaju perlahan di tengah padatnya lalu lintas ibukota. Klakson bersahutan seperti irama tak beraturan, menandai kesabaran orang-orang yang mulai menipis di jam makan siang.

Di luar jendela, trotoar dipenuhi pejalan kaki—beberapa tergesa, beberapa lain berjalan santai sambil menatap layar ponsel. Ojek online melintas cepat, berkelit di antara mobil dan bus Transjakarta yang menderu pelan di jalur khusus.

Lania duduk diam di bangku belakang, menatap ke luar jendela dengan pandangan kosong. Kacamata hitamnya memantulkan bayangan gedung-gedung tinggi yang berdiri seperti penjaga kota. Poster iklan terpajang besar di salah satu sisi gedung—menampilkan wajah-wajah yang tersenyum palsu, menjual gaya hidup yang terasa jauh dari hidupnya saat ini.

AC mobil menyejukkan, tapi dada Lania tetap terasa panas. Resah sulit ditekan setelah pertemuannya dengan Adisty. Jaringan dendam halus tumbuh pelan-pelan di balik sikap yang tenang.

Mobil mulai memasuki kawasan perkantoran tempat Sagara Corp berdiri megah. Bangunan kaca dengan logo biru keperakan itu mencuat di antara gedung-gedung lain, tampak mencolok seperti pusat semesta.

Lania menarik napas dalam-dalam, membenarkan letak tasnya di pangkuan.

Ada hal-hal yang tidak bisa lagi didiamkan.

Dan siang ini, langkahnya ke kantor itu bukan hanya sebagai istri dari pemilik perusahaan—melainkan sebagai perempuan yang tidak akan lagi tinggal dalam bayang-bayang siapa pun.

Lorong kantor Sagara Corp tampak rapi dan mengilap, seperti biasa. Lantai marmer memantulkan cahaya lampu langit-langit yang tertata simetris. Langkah kaki Lania menggema pelan di antara dinding kaca dan panel kayu hangat, menciptakan aura tenang. Beberapa karyawan menunduk hormat saat dia lewat, menyapanya dengan senyum sopan—senyum yang terlalu cepat dan terlalu datar untuk dianggap tulus.

Di balik jendela kaca, ruangan-ruangan rapat berisi orang-orang sibuk dengan presentasi dan layar laptop menyala. Dunia korporat itu terus bergerak, seolah tak pernah peduli pada drama yang terselip di dalamnya.

Udara ruangan terasa lebih dingin dari biasanya, atau mungkin hanya perasaan Lania saja. Dia menggenggam tali tasnya lebih erat, matanya fokus ke depan. Setiap langkah terasa seperti menjelajahi medan yang tak sepenuhnya aman—bukan karena tempatnya, tapi karena orang-orang di dalamnya.

Lift terbuka dengan bunyi denting lembut. Dia masuk sendirian. Musik instrumental yang mengalun pelan dari speaker langit-langit terasa kontras dengan gemuruh pikirannya.

Lantai delapan.

Pintu lift terbuka perlahan. Lania melangkah keluar, disambut aroma khas kopi dan pendingin ruangan. Beberapa staf terdekat menoleh, lalu

cepat-cepat kembali menunduk ke layar komputer. Suasana di sini berbeda. Terlalu sunyi untuk sebuah kantor yang biasanya hidup.

Lania melanjutkan langkahnya menyusuri koridor utama. Di ujung, pintu kaca berbingkai hitam dengan tulisan "Ruangan Direktur – Sagara Yudistira" tampak tertutup rapat.

Lania berjalan perlahan membuka tanpa mengetuk dan menutup pintu di belakangnya. Ada jeda sunyi sebelum dia bicara.

"Di mana Adisty, biasa berkeliaran di sekitarmu," katanya membuka percakapan.

Sagara diam, lalu kembali fokus ke layar laptop. “Dia bilang ada urusan.”

Mengabaikan jawab Sagara, terasa lebih mudah daripada membahas perubahan sikapnya. Lania melangkah lebih dekat.

"Kamu pernah mengatakan kepada orang lain terkait rencana perpisahan kita?"

Kali ini, jari-jari Sagara berhenti mengetik.

"Apa?" tanyanya, alisnya terangkat.

"Masalah rumah tangga kita," lanjut Lania, matanya lurus menatap Sagara. "Ada yang tau rencana perpisahan kita."

Sagara menatap istrinya sejenak, lalu menggeleng pelan. "Aku tidak pernah cerita ke siapa pun."

“Sekalipun Adisty?"

"Nggak pernah, Lania." Suaranya sedikit naik, defensif. "Kita bahkan belum bicara soal perceraian itu secara resmi. Kamu tahu itu."

"Tapi dia tahu. Dan itu bukan kebetulan." Lania menarik napas dalam-dalam, mencoba menahan diri, tetapi gagal.

Sagara bersandar ke kursinya, memijat pelipis. "Mungkin dia cuma menebak. Kita berantem terus, dan dia orang yang peka."

Seakan-akan tak percaya, Lania menggeleng. "Kamu pikir itu tebakan, Ga? Dia tahu. Kami bertemu siang ini dan dia bicara seolah-olah sudah membaca dokumen pengajuan cerai kita."

Diam.

Sagara menatap Lania dalam-dalam, untuk pertama kalinya terlihat goyah. "Adisty menemui mu? Itu tidak mungkin, dia sedang ke luar kota untuk urusan bisnis."

"Bohong." Lania menyilangkan tangan. "Aku datang ke sini bukan buat mengadu, tapi untuk mencari kebenaran—siapa yang telah membuka masalah kita kepada orang lain."

Wajah datar Sagara berubah sendu tatkala menunduk. Lalu pelan-pelan berkata, "Aku tidak cerita ke siapa-siapa. Namun ... Adisty memang beberapa kali nanya soal rumah tangga kita. Aku jawab singkat, tidak pernah detail. Paling... aku bilang kalau akhir-akhir ini hubungan kita semakin memburuk."

Lania menahan diri agar tak menunjukkan reaksi, tapi hatinya mencelos.

"Berarti kamu sengaja membuka celah," suaranya terdengar nyaris patah.

Sagara terdiam, seperti baru menyadari beratnya implikasi dari celah kecil yang tanpa sadar dia buat.

"Aku yang akan cari tahu,” putus Lania akhirnya. "Kalau sampai kamu tetap membiarkan dia masuk ke ranah yang bukan miliknya… aku tidak akan diam, Sagara. Aku terpaksa melanggar janji tempo hari di rumah Mama. Kamu tau, aku bukan tipe perempuan yang diam saja jika berhadapan dengan masalah."

Dia melangkah pergi, meninggalkan ruangan itu dengan udara yang kini jauh lebih dingin dari sebelumnya.

1
[AIANA]
wah dia bukan mak lampir, ternyata dia iblis,
[AIANA]
mak lampir plis hus hus hus.
[AIANA]
tantang aja. kalau kamu (Sagara) masih memperlakukan lania dg buruk dan memilih mak lampir, aku dg tangan terbuka akan menampungnya. hahahaha
Mega: Hahaha, siap jadiin ayam geprek ya.
total 1 replies
Queenci Kim
💃🏻💃🏻
Iza
😭😭😭
[AIANA]
nah, jadi orang bodoh lagi kan. sebel aku lama2
Mega: Sabar-sabar, masih awal.
total 1 replies
[AIANA]
ini si Sagara, sekalipun ilang ingatan. sekalipun yg dia ingat adalah perdebatan tentang perceraian. kok dia lupa sama hatinya ya? ada hal lain kah yg belum dibahas?

jujur selain hasutan nenek lampir, atau ingatan ttg Lania, smp saat ini keinginan sagara sendiri ga jelas
Mega: Sagara jadi korban penulis plin-plan. kikikikik
total 1 replies
[AIANA]
waktu istri
Mega: Banyak banget typo ternyata ya. kikikikik. nulisnya sambil-sambil. Nanti, deh, revisi lagi. makasih
total 1 replies
[AIANA]
bentar, aku ga salah kan? skg ini si Lania kondisi hamil kan ya?
Mega: Iya, kikikikikikik.
total 1 replies
Mega
MasyaAllah dapat kejutan aku. Makasih sudah sempatkan mampir. kikikikikikik
[AIANA]
lihai bener sih ini nenek lampir
kamu dapat inspirasi dari mana jal
[AIANA]
meninggal kamar. sereeem.
hai sayang. aku datang karena penasaran
Mega: Ayo mulai nulis lagi
[AIANA]: semangat!!! aku bangga padamu. kamu aja kyk gt apalagi aku. malu udah hiatus 1th
total 3 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!