Laura Clarke tidak pernah menyangka hidupnya akan berubah drastis. Pertemuannya dengan Kody Cappo, pewaris tunggal kerajaan bisnis CAPPO CORP, membawanya ke dalam dunia yang penuh kemewahan dan intrik. Namun, konsekuensi dari malam yang tak terlupakan itu lebih besar dari yang ia bayangkan: ia mengandung anak sang pewaris. Terjebak di antara cinta dan kewajiban.
"kau pikir, aku akan membiarkanmu begitu saja di saat kau sedang mengandung anakku?"
"[Aku] bisa menjaga diriku dan bayi ini."
"Mari kita menikah?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bgreen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
kabar Connie yang di Culik
Malam telah larut, usai santap malam yang hangat, Laura duduk bersantai di sofa kamarnya yang nyaman.
Jemarinya membalik halaman demi halaman sebuah novel roman, berusaha menenggelamkan diri dalam kisah cinta yang penuh intrik.
Sementara itu, di meja kerjanya yang besar, Kody duduk dengan serius, matanya terpaku pada layar laptop, jarinya lincah menari di atas keyboard.
Sesekali, ia menghela napas panjang, tanda bahwa pekerjaannya cukup menguras pikiran.
Laura, yang duduk tak jauh dari Kody, sesekali melirik suaminya itu.
Ia mengagumi ketampanan Kody yang terpancar bahkan saat ia sedang fokus bekerja.
Garis wajahnya yang tegas, rahangnya yang kokoh, dan alisnya yang sedikit bertaut, entah mengapa justru membuatnya semakin menarik di mata Laura.
*
Tiba-tiba, getaran ponsel Kody memecah keheningan malam. Drttt... drttt... Kody melirik ponselnya, melihat siapa gerangan yang meneleponnya di jam selarut ini.
Tertera sebuah nomor tak dikenal di layar ponselnya. Dengan ragu, ia menolak panggilan itu, memilih untuk mengabaikannya.
Namun, belum sempat ia kembali fokus pada pekerjaannya, nomor tak dikenal itu kembali menelepon.
Kody menghela napas, merasa sedikit terganggu. Sama seperti sebelumnya, ia mematikan panggilan itu dan mencoba mengabaikannya.
Akan tetapi, nomor itu tak menyerah. Untuk ketiga kalinya, nomor tak dikenal itu kembali menelepon. Kali ini, Kody merasakan firasat yang aneh.
Ada sesuatu yang membuatnya merasa tidak nyaman. Dengan berat hati, ia pun memutuskan untuk menjawab panggilan itu.
Jantungnya berdegup lebih kencang dari biasanya, seolah ada sesuatu yang buruk akan terjadi.
"Hallo," jawab Kody, suaranya terdengar berat dan waspada.
Laura, yang sedari tadi asyik membaca buku, mengalihkan pandangannya pada Kody saat mendengar suaminya menjawab telepon.
Ia memperhatikan ekspresi wajah Kody yang tiba-tiba berubah serius.
"Kody Cappo," ucap seorang pria dengan suara berat dari seberang telepon.
"Siapa kau?" tanya Kody, nada suaranya dingin dan penuh curiga.
Ia sama sekali tidak mengenali suara pria yang meneleponnya itu.
"Aku Black. Aku ingin membuat kesepakatan denganmu, mari kita bertemu," ucap pria itu di telepon, nadanya terdengar tenang namun mengancam.
"Aku tak mengenalmu, dan aku tak berniat membuat kesepakatan denganmu," balas Kody tegas, berusaha menyembunyikan rasa penasarannya.
"Saat ini, sepupumu Connie bersamaku," ucap pria itu, kalimatnya singkat namun berhasil membuat Kody terkejut.
Mendengar nama Connie disebut, wajah Kody berubah semakin serius.
Rahangnya mengeras, dan matanya memancarkan kemarahan yang terpendam.
Tanpa berkata apa-apa, ia berdiri dari kursinya dan berjalan menuju balkon, menjauh dari Laura yang duduk tak jauh dari meja kerjanya.
Ia tidak ingin Laura mendengar percakapan yang sedang berlangsung.
Laura, yang semakin penasaran, memandang Kody yang beranjak dari kursinya dan berjalan menuju balkon kamar mereka. Ia merasa ada sesuatu yang tidak beres.
"Kau pikir bisa mengancamku saat ini?" ucap Kody, suaranya terdengar rendah dan berbahaya.
"Aku tak mengancammu. Aku cuma ingin bertemu denganmu dan membuat kesepakatan," ucap pria itu di seberang telepon, nadanya tetap tenang dan terkendali.
Kody terdiam sejenak, otaknya bekerja keras. Ia harus mencari tahu siapa pria ini, dan apakah yang dikatakannya itu benar.
Bisa saja pria ini sedang berbohong padanya. Jika Connie benar-benar diculik, Hugo pasti sudah memberitahukan hal ini padanya.
"Aku akan menghubungimu lagi untuk memberitahukan lokasi pertemuan kita," ucap pria itu, lalu menutup teleponnya tanpa menunggu jawaban dari Kody.
Kody langsung menekan tombol panggilan, menghubungi nomor Connie. Namun, nomornya tidak aktif.
Perasaan cemas mulai menyelimuti hatinya. Tanpa ragu, ia langsung menelepon Hugo, berharap bisa mendapatkan jawaban dan memastikan ucapan pria yang meneleponnya tadi.
Namun, Hugo pun tidak mengangkat telepon darinya. Hal itu semakin membuat Kody menjadi cemas dan khawatir. Ia merasa ada sesuatu yang buruk akan terjadi.
*
Dengan perasaan kalut, Kody segera menghubungi salah satu anak buahnya yang berada di markas.
Setelah beberapa saat menunggu, akhirnya panggilannya tersambung.
Anak buahnya melaporkan bahwa Hugo sedang berada di markas, tepatnya di kantornya, dan terlihat sangat sibuk mencari keberadaan Connie.
Mendengar laporan dari anak buahnya, Kody langsung menutup teleponnya.
Ia menghela napas panjang, mencoba menenangkan diri.
Kemudian, ia melangkah masuk ke dalam kamar dengan wajah yang masih terlihat serius.
Laura, yang sedari tadi memperhatikan Kody, menyadari ada sesuatu yang berbeda dengan raut wajah suaminya setelah menerima panggilan telepon tadi. Ia merasa khawatir dan penasaran.
"Baby, aku harus pergi. Ada urusan mendesak yang harus aku lakukan," ucap Kody terburu-buru, tatapannya menunjukkan keseriusan. "Aku akan memanggil pelayan ke sini untuk menemanimu. Jangan menungguku, tidurlah dulu. Mungkin aku tak akan pulang malam ini," lanjutnya, suaranya terdengar sedikit menyesal.
Laura mengangguk pelan, mencoba memahami situasi yang sedang terjadi.
Sepertinya, memang ada urusan mendesak yang membuat Kody harus pergi malam ini.
Ia tidak ingin menghalangi suaminya, namun hatinya tetap merasa khawatir.
Sebelum pergi, Kody mengecup kening Laura dengan lembut, seolah ingin menenangkan hatinya.
Kemudian, setelah mengganti pakaiannya dengan pakaian yang lebih formal, ia kembali mendekati Laura dan mengecup bibirnya dengan singkat, namun penuh kasih sayang.
"jika kau butuh sesuatu atau tubuhmu terasa sakit langsung beritahu pelayan. Aku akan segera kembali," bisik Kody, lalu bergegas pergi meninggalkan kamar.
Laura hanya bisa menatap punggung suaminya yang menghilang di balik pintu, hatinya dipenuhi dengan kecemasan dan pertanyaan.
suka banget thor ,sama sifat kody yg begini😂😄