NovelToon NovelToon
Suamiku Seorang Playboy

Suamiku Seorang Playboy

Status: sedang berlangsung
Genre:Pernikahan Kilat / Cinta Seiring Waktu / Romansa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: Putri prisella

Warningg !! Dibawah umur 18 tahun harap baca yang bijak karena ada adegan yang ++ !!

"Saya terima nikahnya Larasati Ardhiana dengan mas kawin tersebut tunai!" Ucap laki laki itu dengan lantang.

"Bagaimana para saksi? Sah!" Ucap penghulu.

"Saahh"

"Sahh"

Teriak para tamu undangan, termasuk

teman-teman nya.

"Alhamdulillah" ujar penghulu, lalu mengangkat kedua tangan untuk membaca doa kepada pengantin baru ini.

********

Laras harus menelan pahit dalam kehidupan yang seharusnya masih menikmati masa remajanya, namun ia di paksa menikah oleh seseorang yang terkenal dengan sebutan Playboy dan ketua geng terkenal. Siapakah laki-laki tersebut? la merupakan anak tunggal dari keturunan keluarga Mahendra yang bernama Arjuna Geofino Mahendra, beliau juga merupakan anak emas. Namun, karena kenangan masa lalu yang membuat nya ia trauma akan pada wanita yang berucap setia padanya.

Ingin tahu kelanjutan kisah nya?
Yuk buruan baca cerita nya😊

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri prisella, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab : 10 kayak familiar

Laras langsung menyeringai ia tahu jika lawannya ini akan mengeluarkan sajam yang ada di salah satu jaketnya ini, Laras pun juga tak bodo ia juga diam-diam mengambil pisau lipat yang sudah sedikit berkarat lalu dengan tambahan bahan sebagai bumbu di atas lukanya dengan garam atau cuka yang sudah ia masukan kedalam plastik.

Laki-laki gondrong itu pun langsung menyerang Laras tanpa apa-apa, namun karena Laras sudah lebih dulu mengambil ancang-ancang.

Bruk

Si gondrong tersebut tak berhasil menendang tubuh Laras karena Laras sudah lebih dulu memundurkan tubuhnya beberapa langkah.

"Lo ngga akan berhasil buat ngehancurin gue!" ujar Laras dengan sombong. Dengan gerakan cepat Laras langsung menghajar si Gondrong dengan membabi buta hingga tulang jarinya sudah mulai banyak yang luka akibat terus memberikan bogeman mentah pada sih gondrong.

Dan gondrong pun sudah terkapar tak berdaya akibat pukulan yang di belakang sungguh sangat tak main-main bahkan sudah banyak tubuh yang mengeluarkan darah.

Brukk

Bughh

"Bangs*at lo beraninya sama cewek!" umpat Laras dengan kaki yang terus menginjak dada laki-laki yang berambut gondrong itu.

Salah satu teman yang berambut gondrong sebut saja namanya Ali, Ali yang siap dengan sajata tajam di balik tangannya pun sudah menyeringai puas pasalnya targetnya kali ini sudah ada di matanya. Karena ia melihat jika Laras tengah lengah, karena hanya fokus untuk menghancurkan temannya itu. Baru dua langkah ia berjalan tiba-tiba.

Bruk

Ada yang menendang tubuhnya dari belakang, Ali dan Laras pun sama-sama menoleh melihat orang yang sangat familiar dengan membantunya.

"Dia mau nyerang lo dari belakang!" ujar laki-laki tersebut.

Laras pun langsung naik pitam, ia langsung berlarian ke arah Ali dengan pisau yang sudah jatuh jauh dari posisinya ia saat ini.

Brak

Bughh

Bruk

Srett

Hanya beberapa kali pukulan membuat Ali sudah terkapar tak lemah, tak lupa di adegan terakhir Laras sengaja menyayat dengan pisau karat miliknya di pipi Ali hingga terjatuh di atas jalanan tersebut.

Dengan angkuh Laras berjalan mendekati Ali, tangan ia mengeluarkan suatu bubuk putih dari dalam saku jaketnya lalu membuka bungkusan tersebut kemudian menuangkan setengah diatas luka pipi Ali.

"AAAAAA

PERIIIHHHHH!!!!” jerit Ali tak main-main.

Laki-laki yang membantu Laras pun seketika ngilu dibagian tulang pipi, tak bisa di pungkiri ia juga pasti membayangkan jika itu adalah dia.

"Lo masih mau main-main sama gue, Hahhh!!?" tanya Laras dengan sangat lantang. "Bilang sama bos lo, jangan jadi pengecut! Laki-laki itu harus punya harga diri serta mental yang tinggi, kalau ngga ada dari keduanya mending bos lo besok suruh pake bikini aja dan berdiri di tengah club!" ejek Laras.

Setelah Laras mengejek laki-laki tersebut, kaki Laras berjalan kearah orang yang sudah membantunya. "Thanks!" ujar Laras, seakan ia sangat familiar dengan wajahnya.

"Iya, gue tau gue ganteng! Tapi ngga usah nyampe lihatin gue segitunya juga kali" Ucap laki-laki itu dengan sombong.

Laras menganga mendengarkannya, lalu tak lama ia berdecak sinis. "Niat gue baik, Cuma mau ucapin makasih doang sama lo! Tapi wajah lo itu familiar, kek gue pernah lihat tapi dimana gitu" balas Laras dengan tenang namun tidak dengan hatinya yang sudah menggebu-gebu ingin mengetahui jawabannya.

"Oh, gue kenalin Geo! Murid baru di kelas lo!" balas Geo sambil menyodorkan tangan ya mungkin itung-itung pengen modus.

"Laras, gue cabut kalau gitu! Tapi makasih sebelumnya udah bantuin gue tadi" balas Laras tanpa berniat ingin membalas salaman yang sudah Geo sodorkan,

Karena tak dapat balasan dari Laras, Geo pun menarik kembali tangan kanannya itu. "Ya, lo juga hati-hati" ujar Gro dengan centil.

Seketika Laras bergidik ngeri melihat wajah centil Geo, ternyata rumor-rumor yang tersebar di sekolah ada fakta. Dan ia malah dekat dengan cowok playboy ini, mungkin kedepannya ia akan lebih menghindar dan hati-hati agar tak akan kontak kan fisik atau pun tidak supaya tak apes dapat jodoh seperti Geo.

Laras pun menaiki kembali motornya lalu menyalakan mesin motor tersebut, kemudian melajukan kuda besi tersebut dengan sangat cepat. Mengingat waktu yang di berikan oleh Jefran sudah tak banyak lagi, jadi mau tak mau ia harus berkendara di atas kecepatan rata-rata.

Brum

Brum

Tin

Tin

Laras sengaja menggeber dan menelakson pekarangan rumahnya, karena hal itu akan lebih cepat dibukakan gerbangnya oleh satpam dirumahnya yang berjaga. Dan benar tak butuh waktu lama orang yang bekerja sebagai satpam dirumahnya pun membukakan pintu gerbang untuk Laras memasuki area rumahnya,

Setelah dirasa motor sprot Laras sudah terparkir rapih garasinya, ia langsung masuk kedalam dengan wajah yang sangat dingin. Hal itu sudah biasa karena Laras sendiri tipikal orang yang bukan gila duluan jika tak ada orang yang lebih gila memulainya terlebih dahulu.

Krek

"Wow, anak gadis ayah pulang telat lima belas menit!" ujar Jefran yang duduk di belakang pintu dengan kaki yang bertumpuk.

Laras pun hanya bisa menghembuskan nafasnya, ia kira ayahnya akan pulang di jam seperti biasa ternyata tidak.

"Mau alasan apalagi kali ini, Gril?" tanya Jefran.

"Pasti ayah ngga akan percaya dengan alasan ku kali ini, biat pun aku akan menunjukkan rekaman CCTV yang ada di motorku kan" jawab Laras tak ada takutnya. "Sudahlah, kenapa ayah menelpon laras? Karena tak biasanya ayah akan menelpon di saat langit masih terang seperti ini!" Laras langsung to the point, dengan kaki melangkah keruang tamu yang terhubung disana.

Jefran menghembuskan nafasnya terlebih dahulu sebelum ia menjawab pertanyaan dari anaknya ini, "Nanti akan ada klien ayah yang kesini!" ujar Jefran.

Laras mengerutkan dahinya bingung hal itu sudah biasa bukan? Namun entah kenapa tiba-tiba ayahnya ini berbicara seolah-olah akan memberitahu suatu pesan. "Terus?" tanya Laras dengan singkat.

"Kamu akan ayah jodohkan dengan anak dari klien ayah!" jelas Jefran berbicara satu oktaf agar Laras mengerti.

"Hahahaha" Laras bukannya menjawab ia malah tertawa dengan sangat keras. "Ayah pasti bercanda kan?" tanya Laras, seketika ia mengingat pesan yang di berikan oleh Bang Adit, sang kakak yang mengatakan jika Laras akan di jodohkan.

"Ngga ada cara lain, Laras! Tolong, jangan persulit ayah seperti ini" ujar Jefran sambil memohon seperti ini.

Laras jengah, "Apa yang membuat ayah seperti ini? Apa karena sikap dan perlakuan ku yang sudah terlampaui batas? Sehingga ayah dengan tega menaruh ku pada laki-laki yang bahkan aku tak kenal sama sekali!" jelas Laras, setelah mengatakan itu Laras langsung pergi meninggalkan Jefran yang tengah memijit pangkal hidungnya karen ia pusing memikirkan nasib anak perempuan satu-satu nya ini.

Kaki Laras membawanya ke kamar lalu ia merebahkan tubuhnya di atas kasur miliknya yang sangat empuk, dengan manik mata yang menatap langit-langit kamarnya.

"Ternyata benar apa yang diucapkan oleh Bang Adit kalau gue bakalan di jodohin!" gumam Laras.

Klek

Track

Pintu terbuka lebar oleh Bang Adit lalu menguncinya rapat-rapat, Laras yang sudah fase pun langsung mengeluarkan barang Nikot*n yang ada di dalam kotak pensilnya.

"Lo pasti udah tahu kan, Dek?" tanya Bang Adit dengan tangan sambil mengambil barang yang sudah di suguhkan oleh Adik nya tadi.

Laras tak menjawab melainkan hanya mengangguk saja, mereka berdua duduk di dekat balkon sengaja Laras menaruh karpet lantai yang sedikit berbulu disana karena pemandangan di sore sangatlah bagus.

"Gue harus gimana, Bang?" tanya Laras sambil menyesap rok*k.

"Ya lo pengennya gimana?" tanya balik Bang Adit.

Laras menghembuskan nafasnya, lalu ia menatap langit yang mulai berubah sedikit berwarna Jingga. "Gue suka kebebasan Bang! Gue ngga suka di kekang. Gue bukan lo yang suka ngendel di dalam kamar, gue ngga suka orang terlalu mengikut campur dalam kehidupan gue. So, gue tahu dia ngelakuin karena dia khawatir sama gue. Tapi, jangan lah pake acara kalau gue bakalan di jodohin, jatuhnya dia udah ngga kuat punya anak seperti gue!" ujar Laras mencoba mengeluarkan unek-uneknya.

"Gue pengen jadi kupu-kupu yang liar bukan berarti gue jadi kupu-kupu malam" lanjut nya.

Bang Adit yang mendengarkannya pun hanya bisa manggut-manggut, ia paham apa yang di rasakan oleh sang Adiknya itu. Sebagai seorang Abang, ia haru memposisikan dirinya dengan tepat, sebanar nya ia juga tak setuju jika Laras akan di jodohkan pada orang yang Adit sendiri pun tak mengenalnya.

"Coba lo sementara waktu, turutin apa kata ibu dan ayah dulu! Kalau emang alasannya dia jodohin karena lo orangnya yang susah di atur, apalagi minggu kemaren lo udah di panggil guru BK selama empat kali dalam lima hari. Jadi ya mau ngga mau Ayah datang ketemu sama tuh guru killer" saran Bang Adit.

Laras diam, ternyata apa yang ada di sarankan dari kedua sahabat nya tadi satu pikiran dengan apa yang diucapkan oleh Bnag Adit tadi, "Apa iya gue coba dulu, Bang?" tanya Laras dengan ragu.

"Maybe" balas Adit sambil menyesap putung rok*k yang sudah tinggal sedikit.

Laras diam, ia terus berperang didalam otaknya memikirkan langkah apa yang selanjutnya ia ambil, ia gamang.

Setelah lima belas menit diamnya Laras, akhirnya ia sudah memutuskan untuk mengikuti apa yang di ucapkan oleh Abang dan kedua sahabatnya ini. Yang terpenting tidak ada jodoh perjodohan, pikir Laras.

"Tapi kan, nanti malam pasti klien ayah datang dan gue yakin kalau dia bawa anaknya!" lirih Laras.

"Masalah itu biar, Abang yang ngomong. Abang yakin kalau ayah pasti akan mendengarkan abang!" ujar Adit dengan percaya diri menyakinkan kalau Laras tak akan menjalankan acara perjodohan konyol yang di lakukan oleh ayahnya.

Mereka berdua pun sama-sama diam, hingga suara ketukan pintu dari luar meburkan lamunan mereka.

Tok

Tok

"Sayang buka pintunya!"

ujar Nayla Wulandari - ibu dari Laras dan Adit.

Klek

Pintu di buka lebar oleh Laras, untung saja mereka tak lagi merok*k sebelum Laras membuka pintu Adit lebih dulu menyemprotkan pengharum ruangan agar tak terendus oleh sang Ibunya.

"Loh, kamu ngapain disini bang?" tanya Nayla.

"Aku lagi nasihati adik kecil ini, Bu!" ujar Adit dengan jujur.

Sang ibu hanya menganggukkan kepalanya saja, "Ras, kamu mau ngga seperti ini?" tanya Nayla pada Laras.

Laras yang sudah tahu kemana ibunya membawa alur pertanyaan ia hanya bisa memanyunkan bibirnya, hanya dengan jawaban yang seperti itu Nayla sudah tahu jawabannya.

"Kamu bisa menolaknya dengan baik-baik kalau kamu mau!" saran Nayla.

"Tapi ayah nanti akan marah sama Laras,” lirih Laras.

"Tidak sayang, kamu bahkan belum mencobanya tapi sudah bilang seperti itu!" balas Nayla dengan lembut.

Inilah yang disuka oleh Laras, menasihatinya dengan cara yang lembut maka dengan mudah hatinya menerima berbeda dengan cara yang sedikit memaksa dan dengan nada yang sedikit emosi maka ia akan membangkangnya jadi ia menyesuaikan saja siapa yang akan menjadi lawan bicaranya.

Ibarat kata semakin tinggi nadanya, maka semakin tinggi juga tingkat kenakalannya.

Berbeda dengan semakin rendah nadanya maka semakin rendah juga tingkat kenalannya.

"Kamu siap-siap gih, bentar lagi makan malam dan sebentar lagi juga klien ayah akan datang! Ibu juga dapat bocoran dari tetangga jika sang istri dari klien ayah suka dengan nyinyir. Ibu ngga mau anak ibu adi buat susah nanti" bela Nayla, seketika semangat Laras untuk menolak semakin membara..

Laras pun mengikuti apa yang diucapkan oleh Nayla, sedangkan Adit hanya bisa geleng-geleng kepala saja melihat tingkah laku sang Adiknya. Kalau tahu gitu mending ia menyuruh ibunya saja yang bilang pada Laras untuk memberikan nasihat yang sangat baik, pikir Adit.

"Kok gitu, Bu?" tanya Adit dengan heran.

Nayla mengerutkan keningnya karena tak paham apa yang di ucapkan oleh sih anak sulungnya ini, "Maksudnya gimana, Bang?" tanya Nayla.

Adit lebih dulu menghembuskan nafasnya sebelum ia menjawab pertanyaan dari Nayla, "Kenapa ibu ngga bilang kalau bisa ngerayu Laras supaya jadi anak yang penurut?" tanya Adit dengan detail.

Nayla manggut-manggut dengan kalimat pertanyaan yang di lontarkan oleh Adit. "Laras tuh sebenarnya anak yang baik dan penurut, ibu bukannya belain dia tapi dari kecil memang Laras tak suka di atur dan ia lebih mencondongkan ke Mandiri nya dia tanpa adanya bantuan!" balas Nayla dengan jelas supaya sih sulung ini paham denga karakter Laras.

"Karena dulu kamu sempat ikut sama Opa selama enam tahun lamanya, disini Laras selalu belajar dengan sendiri dari kecil hingga sekarang. Ia tidak akan segan-segan menjahati balik jika orang tersebut jahat terlebih dahulu pada Laras. Laras dulu suka ngebolang dengan ketiga sahabatnya itu entah kemana pun mereka pergi pasti akan pulang dengan selamat, bahkan waktu Laras masih duduk di kursi SMP ia dan Maria pernah mendapatkan juara satu lomba bela diri! Oleh karena itu, tingkat keaktifan Laras dan ilmu bela diri Laras lebih tinggi dari pada kamu!" terang Nayla dengan sangat jelas.

"Dan lagi, ia selalu menggunakan otak kecilnya untuk berfikir supaya bisa meloloskan diri agar keluar dari rumah, makanya Laras dari dulu tak betah dirumah karena ia dari dulu kesepian tak punya teman bermain dirumah" Lanjut Nayla,,

"Hayyoooo, lagi ngomongin Laras ya!!!!?" goda Laras yang tahu-tahu sudah ada di samping Adit.

"Astaga, kutil monyetttt!" latah terkejut Adit sambil memegang dada nya yang berdetak lebih kencang.

Nayla hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah laku anaknya yang selalu membuat orang jantungan dari dulu, untung saja dari dulu mereka tak ada riwayat jantung kalau iya sudah di pastikan mereka selalu bolak balik kerumah sakit untuk memeriksakan jantungnya.

"Cepat banget sih lo, Dek!" gerutu Adit dengan tangan yang masih setia memegang dadanya.

"Ck, gue bukan lo ya! Yang kalo mandi malah cosplay jadi pangeran duyung!" ledek Laras sambil menggosokan rambut panjangnya dengan handuk kecil.

Adit berdecak, tapi tak bisa menyalahkan juga perkataan dari sang adik karena itu adalah kenyataan. "Gue kalau mandi tuh harus sedetil mungkin! Takut ada tubuh yang belum gue gosok gimana? Yang gatel kan juga badan gue!" ujar Adit dengan sengot.

Welll

Laras tak menjawab ia malah menjulurkan lidahnya kedepan, tak niat menghadapi ucapan dari sang kakaknya.

Nayla yang melihatnya hanya bisa tertawa renyah saja, lalu ia bangkit yang sebelumnya ia duduk di pinggir ranjang milik Laras. "Kalau udah nanti tolong turun kebawah ya, Sayang!" pinta Nayla.

"Iya, Bu!" balas mereka dengan kompak.

Sepeninggalan Nayla, Laras langsung memasang wajah jutek yang sebelumnya ia sudah peragakan didalam kamar mandi. Adit yang melihatnya hanya bisa keheranan karena tak biasanya Laras akan memasang wajah seperti itu jika tidak ada yang membuatnya marah.

"Lah lo ngapa dah?" tanya Adit dengan bingung.

"Wajah gue pantes ngga, kalau begini?" tanya Laras sambil memperhatikan beberapa gaya yang sudah ia pelajari sebelumnya.

"Hufftttt" bukannya menjawab, Adit malah menhan tawanya. "Wajah lo mirip ikan buntal kalau kayak gitu, Dek!" ledek Adit.

"Issss, abanggggg!" jerit Laras dengan hati yang sangat dongkol.

"Hahahahaha" pecah sudah tawanya Adit yang semula ia tahan.

Belum Laras membalas ucapan dari sang Abang, pintu di ketuk dari luar oleh bibi yang bekerja disana.

"Maaf, Non dan Den Adit di panggil Tuan sekarang di meja makan! Karena tamu dari Tuan sudah tiba disana" ujar bibi memberitahu.

"Oh ya bi, nanti kita berdua turun!" balas Adit dengan wajah yang berubah menjadi dingin.

Oh ya, sih Adit punya dua muka ya . Jika didepan keluarganya ia akan memasang wajah hangat tapi jika di luar rumah atau ada tamu yang singgah kerumah ayahnya ia akan memasang wajah yang amat sangat dingin. Sebab itulah jika di sekolah Adit selalu di panggilnya dengan sebutan cowok dingin dua belas pintu.

*Bersambung*

* Jangan lupa tinggalkan jejak di kolom komentar*

* Salam manis dari AUTHOR 🤭*

*ig @vera_miceela

@putri488241.

1
Diah Susanti
terlalu kasar cwenya thor
Putri Anggraini: iya tapi baik karakter cewek nya😊
total 1 replies
Murni Dewita
👣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!