Arion Smith & Arsen Zionathan dua keturan dari Erlan Smith dan Maureen. Meskipun keduanya kakak beradik tetapi kehidupan mereka tidaklah sama.
Arion yang mewarisi sifat lembut dari ibunya menjadikannya disukai oleh banyak orang, dan otak cerdasnya membuat semua orang kagum. Bahkan di usia muda namanya sudah dikenal oleh kalangan pembisnis. membanggakan keluarga besar Smith.
Sampai mereka lupa jika masih ada Arsen yang juga perlu mereka perhatian, karena kurang mendapatkan perhatian dan merasa tersisihkan, Arsen memilih jalannya sendiri, diam-diam dia menjadi ketua dari salah satu organisasi yang melawan ayahnya sendiri.
Arion selalu lebih unggul dari Arsen, dalam hal percintaan pun Arsen selalu kalah, bahkan gadis yang dia cintai harus menjadi milik sang kakak.
Sakit hati dan kekecewaannya membuat Arsen terus menentang keluarganya, hanya untuk mendapatkan perhatian.
**
Kelanjutan dari Istri Buta Tuan Mafia
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nona Incy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34
“Sial, kenapa kamu membawa kami ketempat seperti ini? siapa yang mau menikah dan kenapa mereka menangis?" Tanya Lexi kebingungan.
Begitu juga dengan Arsen dan Calvin, acara pernikahan atau acara menangis bersama. hampir semua tamu undangan menangis.
“Mungkin pengantin prianya kabur." Ucap Calvin melihat kearah perempuan yang memakai gaun pengantin hanya menatap nanar sembari meneteskan air matanya.
Nico tidak menjawab, dia berdiri di tempatnya, sampai seseorang datang menepuk bahunya.
“Dad!! Arion?" Arsen menautkan kedua alisnya, Ayah dan kakaknya juga berada di tempat yang sama.
Erlan menepuk pelan pundak putra bungsunya sembari tersenyum tipis, sementara Arion langsung menghampirinya.
“Aku tidak sanggup mengatakannya, sungguh malang Allen" Ucap Arion memasang wajah sedihnya.
“Kalau mau cerita jangan nanggung. Langsung aja ke intinya, sebenarnya ada apa?" Cecar Lexi mendesak Arion yang sepertinya akan memberikan jawaban atas rasa penasarannya.
“Tadi pagi polisi menemukan calon suaminya mati tertembak dan Allen menjadi korban pemerkosaan." Jawab Arion mengatakan apa yang dia tau.
“Apa?" Calvin dan Lexi serempak.
Arion menganggukkan kepalanya. “Hmm, Alle menggunakan gaun pengantin karena memang hari ini dia akan menikah, tetapi semuanya hancur."
“Kapan kejadiannya?" Tanya Arsen.
“Tengah malam di lorong gudang yang sedang dibangun." Jawab Arion
“Apakah pelakunya sudah tertangkap?" Mereka menoleh kearah Arion kecuali Nico dan Erlan.
Arion menganggukkan kepalanya. “Orang tua Alesia rekan bisnis Opa Gabriel, tidak sulit untuk mencari pelakunya." Jawabnya pelan.
“Siapa?"
“Rahasia" Arsen, Lexi dan Calvin berdecak pelan.
***
Nico yakin jika dia tidak salah dengar, jika Arsen mengatakan sebuah pernikahan. Apakah Arsen sudah gila memintanya untuk bertanggung jawab atas perbuatannya.
Nico tidak mengelak jika dirinya memang melakukannya, tetapi kenapa harus menikahi perempuan yang tidak dia cintai.
“Arsen, aku tidak mau." Tolaknya.
“Kamu harus bertanggung jawab atas perbuatanmu, bagaimana kalau perempuan itu sampai hamil karena ulahmu?"
Nico tetap menggelengkan kepalanya, dia bisa bertanggung jawab memberikan kompensasi tanpa harus menikahinya. Nico sudah memiliki gadis yang dia cintai meskipun sangat mustahil bisa dia miliki.
“Perempuan itu sudah setuju, Oma yang memberitahuku." Lanjut Arsen.
“Bukan sepenuhnya salahku, Arsen, aku.. " Nico menggantung kalimatnya, memang bukan sepenuhnya salahnya.
Malam itu seperti diluar dugaannya, tidak ada hal yang mencurigakan, Nico sadar di pagi hari dan langsung kembali ke markas.
Bahkan malam itu dia tidak membawa pistolnya, hanya belati yang memang tidak pernah lepas dari balik punggungnya.
“Calvin, lakukan malam ini juga." Titah Arsen.
Calvin menganggukkan kepalanya. Sementara Nico langsung melebarkan matanya.
“Arsen!! aku tidak mau!!"
Arsen menatap tajam sahabatnya itu, lalu dia mengeluarkan senjatanya dari balik punggung dan menyodorkan kehadapan Nico.
“Ambil dan habisi wanita itu malam ini juga, setelah itu pergilah keluar negeri sampai semua orang lupa akan kejadian ini."
Nico semakin tercengang, lalu dia melihat kearah Erlan yang tersenyum tipis. Sial semua gara-gara pria tua itu.
Nico menganggukkan kepalanya pelan. “Baiklah."
“Bagus!! Malam ini juga kamu harus menikahinya." Erlan paling semangat, membuat mereka semua mengerutkan keningnya.
Sementara ditempat lain, Gabriel tertawa senang akhirnya Nico mau menikahi Alesia. Bukan tanpa sebab dia melakukan itu.
“Gabriel, ini sudah keterlaluan, kenapa harus sejauh ini?" Protes Vale.
Gabriel berdecak pelan. “Semua demi kebaikan Arsen dan Nico, apa kamu tidak mendengar semua orang bergosip? mereka berdua seperti pasangan kekasih."
Itulah alasan Gabriel menjebak Nico agar segera menikah, di kalangan bisnis, cucu bungsunya menjadi bahan pembicaraan, karena terlalu dekat dengan sang Asisten.
Vale menggelengkan kepalanya, menghela nafas berat, kedekatan keduanya masih dibatas wajar, mereka saja yang melebih-lebihkan.
“Arion dan Lucas, sekalian kalian pisahkan." Ketus Vale.
Gabriel menoleh dengan melebarkan matanya lalu detik kemudian dia tertawa. “Astaga!!! Aku hampir lupa untung saja kamu mengingatkanku sayang." Vale tidak bisa berkata-kata lagi.
**
“Arsen!!"
Lexi dengan nafas yang terengah-engah menghampiri sahabatnya.
Arsen menoleh sembari membenarkan jasnya, malam ini adalah pernikahan Nico dan mereka sudah mulai bersiap.
“Arsen!! ini tidak benar, Nico tidak bisa menikah malam ini!" Ucapnya.
“Apa maksudmu?" Timpal Calvin.
Nico sendiri menautkan kedua alisnya, dia memang tidak mau menikah, tetapi apa yang membuat pernikahannya harus gagal.
Lexi langsung mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan pada mereka semua.
“Shit!!" Arsen mengumpat.
Wajah Nico terpasang di surat kabar sebagai pelaku penembakan dan pemerkosaan, jika hanya tuduhan polisi Arsen bisa mengatasinya dengan mudah, tetapi ini seluruh masyarakat sudah melihatnya. Tidak mungkin dia akan menghabisi seluruh New York.
“Apa ada orang lain di sana malam itu?" Tanya Calvin.
“Aku tidak tau." Jawabnya singkat, tetapi memang dia tidak mengingat apapun malam itu.
“Ingat-ingat lagi." Sambung Lexi.
“Aku bahkan tidak membawa pistol malam itu, semabuk apapun, aku tidak akan pernah lupa." Ujar Nico, malam itu yang dia rasakan memang berbeda dari biasanya.
“Kalau begitu, ada yang sengaja menargetkan mu." Lanjut Calvin.
Iya, pasti malam itu ada orang lain disana dan sengaja mengambil gambar Nico dan perempuan yang menjadi korbannya.
“Lanjutkan pernikahannya." Celetuk Arsen membuat mereka saling pandang.
“Arsen, ini.. " Lexi menggantung kalimatnya kala mendapatkan tatapan tajam dari Arsen. Pernikahan memang harus dilanjutkan.
“Tidak bisa dilanjutkan, Lihat." Calvin menerima pesan dari salah satu anak buahnya, di acara pernikahan sudah banyak wartawan yang menunggu.
**
Erlan duduk dengan santai menatap kearah luar, wartawan sedang mengepung rumah Gabriel, jelas ini bukan hal yang biasa.
Selama ini tidak ada yang berani meliput keluarga Mafia yang satu ini, kecuali ada pendorong yang membuat mereka berani masuk ke kawasan rumah Gabriel.
“Menurutmu siapa yang berada dibelakang mereka?" tanya Gabriel.
Erlan menarik sudut bibirnya. “Orang yang sudah bosan hidup." Jelas yang menjadi target utamanya adalah keluarganya dan dimulai dari Nico.
Gabriel berdecak pelan, dia juga tau kalau orang yang membuat masalah pada keluarganya berarti memang sudah bosan hidup.
“Gabriel, bukan kamu yang.. "
“Aku bukan orang gila Val, mana mungkin sampai melibatkan masyarakat." sela Gabriel memutar bola matanya malas.
“Kamu memang sudah gila, buktinya melakukan hal-hal bodoh, sampai membuat kekacauan seperti sekarang ini."