NovelToon NovelToon
Jika Aku Dipelukmu

Jika Aku Dipelukmu

Status: tamat
Genre:Cintapertama / Diam-Diam Cinta / Cinta Murni / Enemy to Lovers / Rebirth For Love / Idola sekolah / Tamat
Popularitas:340
Nilai: 5
Nama Author: Miss Anonimity

Keinginan untuk dipeluk erat oleh seseorang yang dicintai dengan sepenuh jiwa, merasakan hangatnya pelukan yang membungkus seluruh keberadaan, menghilangkan rasa takut dan kesepian, serta memberikan rasa aman dan nyaman yang tak tergantikan, seperti pelukan yang dapat menyembuhkan luka hati dan menenangkan pikiran yang kacau, memberikan kesempatan untuk melepaskan semua beban dan menemukan kembali kebahagiaan dalam pelukan kasih sayang yang tulus.

Hal tersebut adalah sesuatu yang diinginkan setiap pasangan. Namun apalah daya, ketika maut menjemput sesuatu yang harusnya di peluk dengan erat. Memisahkan dalam jurang keputusasaan dan penyesalan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Anonimity, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 31 : Air Mata Darah

Kilatan guntur menyambar langit, pertanda dimulainya pertarungan. Gita melesat seperti panah, tubuhnya yang ramping dan gesit membawanya mendekati Fonix dengan kecepatan yang mematikan. Tinjunya yang terkepal dengan erat menghantam Fonix dengan keras, namun Fonix dengan sigap berhasil mengelak dan membalas dengan tendangan yang kuat. Pertarungan antara keduanya berlangsung dengan intensitas yang tinggi, keduanya saling serang dan bertahan dengan kemampuan yang luar biasa. Gita mengeluarkan seluruh kemampuan bela dirinya, serangannya yang cepat dan tepat membuat Fonix sedikit kewalahan. Namun, Fonix tidak mau kalah, ia membalas dengan serangan yang kuat dan tak terduga.

Hujan deras yang terus turun membuat atap gedung menjadi licin, keduanya bergulat dan bergelut untuk mencari keseimbangan. Gita melompat dan berputar, serangannya yang beruntun membuat Fonix terpaksa mundur. Namun, Fonix tidak menyerah, ia membalas dengan serangan yang lebih kuat dan membuat Gita terkejut. Pertarungan antara keduanya semakin memanas, keduanya saling serang dan bertahan dengan kemampuan yang luar biasa. Kilatan guntur terus menyambar langit.

Gita terpaksa melompat ke samping untuk menghindari tendangan Fonix, namun ia tidak membuang waktu dan langsung membalas dengan pukulan yang cepat dan tepat. Fonix terkejut dengan kecepatan Gita, namun ia berhasil menahan pukulan tersebut dengan lengan atasnya.

Gita sedikit kesulitan mengalahkan Fonix, karena kemampuan bela diri Fonix yang luar biasa. Keduanya terus bertarung dengan gigih, keduanya tidak mau menyerah dan ingin menjadi pemenang dalam pertarungan ini. Kilatan guntur terus menyambar langit, pertanda bahwa pertarungan ini akan segera berakhir dengan kemenangan salah satu pihak. Keduanya sama-sama mundur untuk memberi jarak.

"Kenapa kau mengalah?" Tanya Gita. Ia menyadari kemampuan Fonix jauh melebihi dirinya. Namun, sejak pertarungan di mulai, pertarungan mereka berdua terkesan imbang, malah Gita yang lebih banyak mendominasi.

"Aku tidak mengalah, kemampuanku sudah menurun belakang ini." Ucap Fonix.

Gita mendengus, "Kau tidak pintar berbohong, bajingan! Aku tau kau meremehkanku." Gita kini menyingkap belati yang sejak tadi dia simpan. "Tidak perduli meski kau mengalah, akan ku bunuh kau malam ini." Ujar Gita. Fonix tersenyum tipis, tidak ada yang tau arti dari senyuman tersebut.

Pertarungan tangan kosong telah usai, kini keduanya menggunakan senjata masing-masing. Gita dengan belati yang dia miliki, begitu juga Fonix yang menggunakan senjata yang sama. Kilatan petir untuk yang kesekian kalinya, kembali memulai pertarungan yang kini semakin meningkatkan intensitas dan gairah dalam pertarungan.

Pertarungan antara Gita dan Fonix semakin memanas, keduanya saling serang dan bertahan dengan kemampuan yang luar biasa. Belati mereka berdua beradu, mengeluarkan suara yang tajam dan mematikan. Gita menyerang dengan cepat dan tepat, namun Fonix berhasil mengelak dan membalas dengan serangan yang kuat. Fonix menyerang dengan belati yang tajam, Gita terpaksa melompat ke samping untuk menghindari serangan tersebut. Namun, ia tidak membuang waktu dan langsung membalas dengan serangan yang sama.

Pertarungan antara keduanya semakin intens, Gita menyerang dengan belati yang tajam, Fonix terpaksa mundur untuk menghindari serangan tersebut. Namun, Fonix tidak menyerah, ia membalas dengan serangan yang kuat dan membuat Gita terkejut. Keduanya terus bertarung dengan gigih, keduanya tidak mau menyerah dan ingin menjadi pemenang dalam pertarungan ini.

Tiba-tiba, Gita melihat kesempatan untuk mengalahkan Fonix. Ia menyerang dengan belati yang tajam, Fonix terpaksa melompat ke belakang untuk menghindari serangan tersebut. Namun, Gita tidak membuang waktu dan langsung membalas dengan serangan yang cepat. Fonix tidak siap untuk menghadapi serangan tersebut, dan belati Gita menghantamnya dengan keras. Fonix terjatuh ke tanah, Gita berdiri di atasnya dengan belati yang masih terhunus. Ia menatap Fonix dengan mata yang membara.

"Kau kalah.." Ucap Gita, ia bersiap menusuk Fonix.

"Belum tentu.." Balas Fonix. Fonix tersenyum tipis, meskipun tubuhnya terjatuh ke tanah dan belati Gita menghantamnya dengan keras. Gita terkejut dengan reaksi Fonix, ia tidak mengerti apa yang ada di balik senyumannya.

"Tidak mungkin!" Ucap Gita, ia menatap Fonix dengan mata yang membara. "Kau sudah kalah, tidak ada lagi kesempatan untukmu."

Fonix tidak menjawab, ia hanya tersenyum tipis dan menatap Gita dengan mata yang tajam. Gita merasa ada sesuatu yang tidak beres, ia tidak bisa membaca ekspresi Fonix. Tiba-tiba, Fonix menggerakkan tubuhnya dengan cepat, Gita terkejut dan tidak siap untuk menghadapi serangan tersebut. Fonix berhasil menghindari belati Gita dan membalas dengan serangan yang kuat.

Gita terkejut dan terjatuh ke tanah, sementara Fonix sedikit memberi jarak dengan senyum yang masih terukir di wajahnya. "Serangan seperti itu tidak akan bisa mengalahkanku." Ucap Fonix, ia menatap Gita dengan mata yang membara. Pertarungan antara Gita dan Fonix belum berakhir, keduanya masih memiliki kesempatan untuk mengalahkan lawannya.

Gita bangun, sembari mengusap darah yang timbul dari sudut mulutnya. Fonix tidak ingin memberi Gita kesempatan untuk bangun. Ketika Gita berdiri, Fonix melesat seperti peluru, menghantam dagu Gita dengan lututnya. Gita terpental, namun belum cukup sampai di situ, Fonix menjambak rambut Gita, kemudian melemparkannya ke tembok.

Gita terjatuh ke lantai, kepalanya terbentur tembok dan membuatnya sedikit pusing. Fonix berdiri di atasnya, menatapnya dengan mata yang membara. "Kau tidak cukup kuat untuk mengalahkan aku, bagaimana kau bisa membalaskan dendam adikmu." ucap Fonix, ia menatap Gita dengan sinis.

Gita mencoba bangun, namun tubuhnya masih lemah akibat serangan Fonix. Ia merasa sakit dan pusing, namun ia tidak menyerah. Gita tahu bahwa pertarungan ini belum berakhir, dan ia masih memiliki kesempatan untuk mengalahkan Fonix. Fonix menarik rambut Gita dan memukulinya ke tembok lagi, membuat Gita semakin pusing. Gita merasa bahwa kekuatannya semakin lemah, dan ia tidak tahu berapa lama lagi ia bisa bertahan.

Tiba-tiba, Gita teringat akan sesuatu. Ia menggunakan seluruh kekuatannya untuk menghantam Fonix dengan lututnya, membuat Fonix terkejut dan melepaskan jambakannya. Gita memanfaatkan kesempatan ini untuk bangun dan menyerang Fonix dengan belati yang masih di tangannya. Fonix terkejut dengan serangan Gita, namun ia berhasil mengelak dan membalas dengan serangan yang kuat.

Keduanya kembali memberikan jarak. Pertarungan sudah berlangsung cukup lama, dan hari sudah semakin larut. Mereka tau ini akan menjadi serangan terakhir sebagai penentu kemenangan. Keduanya adalah tipe petarung, jadi mereka bisa mengindetifikasi dengan tepat, kapan saatnya memulai serangan. Sekali lagi, keduanya melesat seperti dua panah yang siapa beradu.

Tapi Gita menyadari ada sesuatu yang salah, tepat saat kedua belati mereka hendak berpapasan, Fonix tersenyum tipis, Kemudian menjatuhkan belatinya dengan sengaja. Gita tidak sempat menghentikan serangannya, meski dia sendiri terkejut. Bersamaan dengan kilatan petir yang menyambar, Darah mengalir deras dari tubuh seseorang. Gita terhenyak, belatinya dengan telak menembus tubuh Fonix. Fonix jatuh ke lantai dengan darah yang bersimbah. Dibawah hujan deras yang menerpa, keduanya saling terdiam.

"Kenapa?" Tanya Gita. Gadis itu duduk bersimpuh. Dia tau sejak awal Fonix mengalah dalam pertarungan ini. Seakan-akan Fonix memang berharap dibunuh olehnya.

"Aku tau kau membenciku.." ucap Fonix. Suaranya semakin melemah.

"Tapi ini adalah permintaan terakhirku, aku harap kau bisa melakukannya.." ucap Fonix.

"Kau belum menjawab pertanyaan, bajingan! Kenapa kau sengaja ingin kubunuh!" Sentak Gita Frustasi. Harusnya dia senang karena telah membalaskan dendam adiknya, tapi kenapa Gita merasa bersalah.

"Selain sebagai seorang petarung, aku juga tau kalau kau sangat pintar dalam operasi kedokteran. Aku ingin, kau mengambil jantungku, dan memasukannya kedalam tubuh kekasihku. Saat ini, dia hanya punya sedikit waktu untuk hidup. Aku berharap jantungku akan bisa menyelamatkannya. Aku mohon padamu.." ucapnya sembari menggenggam tangan Gita lembut.

"Kau ini memang seorang bajingan!" Lirih Gita, namun tak urung ia juga menangis tanpa arti.

1
Riding Storm
Boleh kasih saran?? /Applaud/
Riding Storm: Wkwk, sama aja. Kalau males ya gak bakal ada yang berubah. Semangat, Kak.
Miss Anonimity: Udah lama pengen di Revisi, tapi masih perang sama rasa males.
total 4 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!