NovelToon NovelToon
EXONE Sang EXECUTOR

EXONE Sang EXECUTOR

Status: sedang berlangsung
Genre:Identitas Tersembunyi / Dunia Lain
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: Aegis zero

Seorang penembak jitu tewas kerena usia tua,dia mendapatkan dirinya bereinkarnasi kedunia sihir dan pedang sebagai anak terlantar, dan saat dia mengetahui bahwa dunia yang dia tinggali tersebut dipenuhi para penguasa kotor/korup membuat dia bertujuan untuk mengeksekusi para penguasa itu satu demi satu. Dan akan dikenal sebagai EXONE(executor one) / (executor utama) yang hanya mengeksekusi para penguasa korup bahkan raja pun dieksekusi... Dia dan rekannya merevolusi dunia.



Silahkan beri support dan masukan,pendapat dan saran anda sangat bermanfaat bagi saya.
~Terimakasih~

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aegis zero, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

before

Malam berlalu pelan, membawa hawa dingin yang menusuk seperti ribuan jarum es menembus kulit. Angin laut yang basah menghembus dari kejauhan, membawa aroma asin yang melekat di tenggorokan. Ombak menghantam karang dengan ritme berat, seakan memanggil badai yang akan datang. Langit gelap tanpa bulan, hanya bintang-bintang pucat yang berkelip lemah, seolah menyembunyikan diri dari apa yang akan terjadi.

Di dalam kendaraan, hanya bunyi detak jam yang memecah keheningan. Jarum pendek hampir menyentuh tengah malam ketika Arya, yang sejak tadi duduk dengan mata terpejam, perlahan membukanya. Tatapannya dingin, seperti kilatan baja di kegelapan.

“Waktunya bergerak,” ucapnya dingin.

Sekejap, seluruh anggota tim terbangun dari diam mereka. Dina menarik napas panjang sebelum merapatkan ikatan sarung dagger di pinggang, suara gesekan kulit terdengar jelas di ruang sempit itu. Gamma memeriksa benang tipis di jarinya, seolah merasakan denyut kehidupan yang sebentar lagi akan ia putus. Raius menepuk gagang pedangnya, wajahnya tanpa ekspresi. Yui berdiri tenang dengan tatapan yang tak tergoyahkan. Venus, diam-diam, mengangkat kedua tangannya, hawa lembap yang tiba-tiba memenuhi udara menjadi tanda ia sudah siap membangkitkan murka air kapan saja.

Begitu tiba, mereka tidak membuang waktu. Dina mengendap di antara tumpukan peti kayu, lalu dalam satu gerakan cepat, “Srett!”  leher seorang penjaga terbuka tanpa sempat mengeluarkan suara. Tubuhnya jatuh perlahan, darah merembes di papan lantai. Gamma dan Raius bergerak memblokir akses keluar, memastikan tak ada satu pun yang kabur. Venus mengangkat tangannya.

“Water Cutter.”

Suara seperti kain yang dirobek memenuhi udara, namun yang terbelah bukan kain melainkan tubuh tiga penjaga yang hancur tanpa sempat menjerit.

“Search!” Arya memejamkan mata, merasakan denyut hidup di sekitarnya. “Gamma, gudang di sebelahmu. Bebaskan mereka.”

Gamma mengangguk, lalu memotong gembok baja dengan benang tak kasat mata. Pintu terbuka, dan cahaya bulan memperlihatkan wajah-wajah pucat ketakutan yang berdesakan. “Kalian aman sekarang,” ucapnya singkat.

Arya sendiri masuk ke kapal. Rantai-rantai di sana diputus, para korban dipapah keluar.

Mereka meninggalkan pelabuhan menuju mansion. Jalanan kosong, hanya lampu minyak yang bergoyang diterpa angin. Bangunan mewah itu berdiri angkuh di ujung jalan, namun di mata Arya, itu hanyalah sarang busuk yang menunggu untuk dibersihkan.

Di gerbang, Arya memberi isyarat. Dina melesat. “Srett!” Dua penjaga ambruk dengan mata masih terbuka, tak paham mereka sudah mati. Gamma menyelinap, memotong rantai gerbang dalam hening.

Begitu mereka masuk, suara tawa, musik, dan dentingan gelas terdengar samar. Arya mendorong pintu aula utama. Aroma anggur mahal bercampur bau tubuh yang tidak mandi menyambut mereka. Di singgasananya, penguasa kota duduk sambil tertawa, wajahnya merah, dua wanita mengapitnya.

“Oh? Targetnya ternyata sudah menunggu kematiannya sendiri,” kata Arya, bibirnya melengkung dingin.

Penguasa itu mendengus, “Siapa kau? Pengawal! Bunuh mereka semua!"

27 penjaga berlari maju. "Kalian akan mati!" Teriak mereka.

Venus menggerakkan tangannya. “Water Cutter.” 9 di antaranya terbelah di tengah jalan. Darah memercik di dinding, tawa dan musik berhenti seketika. Raius maju, “One Step Slash!” Dalam kedipan mata, ia muncul di belakang 6 penjaga lain, tubuh mereka terpotong dari pinggang.

Dina menerjang sisanya, "Double Slash!” Dina menebas semua penjaga yang tersisa. Cahaya lilin memantulkan kilat dari dagger-nya, dan dalam detik yang sama, penjaga yang tersisa itu roboh tercincang ke lantai.

Sunyi.

Penguasa itu mulai gemetar, meraih pedang hias di dekatnya. “Kalian takkan keluar dari sini hidup-hidup!”

Arya berjalan mendekat, mata hitamnya memaku. “Justru kau yang takkan keluar dari ruangan ini.” Dalam satu kilatan, pedang di tangan penguasa terlepas, tangan penguasa ditembak oleh arya. 

"Argghh!" Teriak kesakitan. "Dor!" Menembak kaki.

"A ampuni aku!" Menangis kesakitan.

“Dosa dan perbudakanmu… tidak ada ampun bagimu." Dor! Peluru menembus kepala penguasa itu.

Arya tak berhenti. Semua orang bersenjata di mansion itu diburu dan dibunuh tanpa belas kasih. Pelayan dibiarkan, tapi hanya untuk menyaksikan akhir penguasa mereka.

“Dina, potong ini.” Arya menunjuk pintu besi di ruang bawah. “Baiklah.” Srett! Pintu itu terbelah rapi.

“Light!” Cahaya memenuhi ruangan. Wajah-wajah pucat menoleh, mata mereka membelalak. “Kalian bebas sekarang,” ucap Arya pelan, lalu menoleh ke Yui. “Sekarang tugasmu.”

“Heal!” Cahaya hijau menyelimuti luka-luka mereka. Tangis pecah. “Terima kasih… terima kasih…”

Arya mengeluarkan makanan dan air. “Makanlah dulu.” Tangis bercampur tawa lega memenuhi ruang itu.

Malam itu, kota yang biasanya terlelap dalam ketidaktahuan, justru menjadi saksi lahirnya sebuah tanda baru. Arya, berdiri di depan gerbang mansion yang kini berlumur darah, menempelkan simbol Exone pada dinding batu yang dingin. Lambang itu diletakkan dibawah obor dan tertutup bayangan obor, menjadi pesan bisu yang akan menggetarkan siapa pun yang melihatnya keadilan telah datang, dan ia tidak mengenal ampun.

Namun, di tempat yang jauh dari kegembiraan itu, di sebuah ruangan gelap yang hanya diterangi cahaya lilin, perbincangan dingin berlangsung.

“Solvier sudah mati?” ??? suara berat namun dingin bergema di ruangan.

“Dia kuat… tapi terlalu sombong,” ??? jawab suara datar yang nyaris tanpa emosi.

“Siapa yang akan melawannya? Kita semua?” ??? suara lain bergemuruh, seperti dari dalam gua.

Senyum tipis namun kejam muncul di wajah seseorang yang duduk di kursi paling ujung. “Bagus.”

Deklarasi perang Arya terhadap Kerajaan Kirezo telah terdengar jelas, menembus tembok dan jarak. Dan selanjutnya, sesuatu yang lebih besar akan segera terjadi.

1
luisuriel azuara
Karakternya hidup banget!
Nandaal: terimakasih banyak
total 1 replies
Ani
Gak sabar pengin baca kelanjutan karya mu, thor!
Nandaal: terimakasih banyak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!