NovelToon NovelToon
Mari Kita Menikah! Tapi...

Mari Kita Menikah! Tapi...

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintapertama / Pernikahan Kilat / Obsesi / Cinta Seiring Waktu / Bercocok tanam
Popularitas:3.3k
Nilai: 5
Nama Author: CatVelvet

"Mulai sekarang, kau bekerja sebagai istriku," tegas Gyan Adriansyah kepada istrinya, Jasmine.

Nasib sial tengah menimpa sang gadis cantik yang terkenal sebagai bunga desa. Mulai dari beredarnya video syur yang menampilkan siluet mirip dirinya dengan calon tunangan. Terungkapnya perselingkuhan, hingga dijadikan tumbal untuk menanggung hutang ayahnya pada pria tua.

Namun, ditengah peliknya masalah yang terjadi. Takdir kembali mempertemukan dirinya dengan musuh bebuyutannya semasa kecil dengan menawarkan pernikahan kontrak. Jasmine tak punya pilihan yang lebih baik daripada harus menikahi pria tua.

Akan seperti apakah pernikahan mereka? Gyan yang ia kenal dulu telah berubah drastis. Ditambah lagi harus menghadapi ibu mertua yang sangat membencinya sejak lama.

Yuk simak keseruan ^⁠_⁠^

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CatVelvet, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 10. Dasar gila!

Dikediaman rumah megah kedua orangtua Gyan. Yaitu, Bu Vivian dan Pak Irwan. Terlihat Bu Vivian sedang bersiap-siap untuk berangkat kerja. Ia memasang salah satu koleksi anting-anting mewahnya yang berhiaskan berlian yang kemilau, tampak serasi dengan setelan formalnya yang elegan.

“Pah, sejak semalam Gyan tidak bisa dihubungi. Apa papah bisa menghubunginya?“

Pak Irwan nampak baru selesai mandi dan memilih pakaian dilemarinya. “Nanti juga dia bisa dihubungi. Dia kan, bukan anak kecil lagi. Mungkin dia sedang sibuk dengan pekerjaannya.“

“Iya sih dia memang bukan anak kecil lagi. Sudah waktunya dia menikah. Mama mau menjodohkan dia sama anaknya temen mama, namanya Anne.“

“Lagi? Mama bukannya sudah beberapa kali menjodohkan Gyan,” ucap heran Pak Irwan seraya makai kaos oblongnya.

Bu Vivian mengernyitkan dahinya menatap bayangan suaminya di cermin dengan tajam. “Memangnya kenapa? Dia kan, anak laki-laki mamah satu-satunya. Dia tampan, sukses dan juga berwibawa. Dia harus dapat yang setara. Cantik, elegan, berkelas dan juga berpendidikan tinggi,“ ucap Bu Vivian menjabarkan tipe menantu idamannya.

Pak Irwan menghela napas panjang. Alangkah lebih baik menurutnya, jika putra satu-satunya itu memiliki kebebasan untuk mendapatkan calon istrinya sendiri. Namun, mengenal bagaimana watak keras istrinya membuat Pak Irwan merasa percuma jika memperdebatkan masalah ini lebih lanjut. Ujung-ujung pasti istrinya ngambek. Untuk itu Pak Irwan lebih memilih jalan aman, yaitu mengalah.

“Yah… terserah mamah ajalah.“

***

Gyan mulai bangun pukul 07:00. Sedangkan Jasmine tampaknya benar-benar akan bangun kesiangan seperti bagaimana perkiraannya kemarin. Demamnya sudah turun dan tubuhnya terasa jauh lebih baik ketika ia membuka mata. Ia menggeliat sebentar, kemudian keluar dari kamarnya untuk ke kamar mandi.

Bu Nayla nampak merapikan lauk pauk di meja makan. Ia menghidangkan begitu banyak makanan untuk sarapan. Gyan sempat menyapanya saat hendak ke kamar mandi.

“Selamat pagi, bu.“

“Selamat pagi nak Gyan. Ayo cepat sarapan. Semuanya sudah matang.“

“Ya, baiklah. Saya akan mandi dulu. Tapi… kenapa anda menyiapkan begitu banyak makanan? Seharusnya anda tak perlu repot-repot.“

Bu Nayla tersenyum. “Ah… ini bukan apa-apa. Aku sama sekali tak merasa direpotkan,” ucap Bu Nayla dengan senyuman. “Eum… terimakasih banyak ya nak Gyan karena kamu sudah menolong ibuk. Juga menolong Jasmine. Aku berhutang banyak padamu.“

“Oh soal itu, tidak masalah. Sebenarnya ada yang ingin saya sampaikan kemarin. Hanya belum sempat.“

Bu Nayla mendekat penasaran. “Ada apa nak? Apa yang mau disampaikan?“

“Saya mau menikahi putri anda.“ ucapnya tanpa basa-basi.

“Haaaah, astaga!“ Bu Nayla tercengang mendengar hal itu. Matanya membelalak lebar serta mulutnya yang ikut menganga ditutupi kedua telapak tangannya. Saking terkejutnya langkahnya refleks mundur kebelakang hingga kakinya terpentok kursi.

Namun ekspresi Gyan justru terlihat datar-datar saja. “Apakah ada yang salah?“

Bu Nayla tergagap. “Bu, bukan begitu. Ma,masalahnya… apa… ini serius? Kamu nggak bercanda?“ Bu Nayla sulit mempercayai kata-kata pemuda tampan dihadapannya yang tampak tenang.

“Saya serius, tapi saya belum mendapatkan jawaban dari putri anda. Maaf, kedengarannya hal ini terlalu tiba-tiba. Tapi ada alasan dibalik itu semua.“

Bu Nayla masih syok. “Be, begitu ya? Tentu saja, ini sesuatu yang sangat mengejutkan.“

“Saya harap anda segera berbaikan dengan putri anda, agar bisa membahas masalah ini.. Dia sudah tau bagaimana alasannya dibalik pernikahan ini,” tutur Gyan menyarankan.

Bu Nayla hanya mengangguk dan tersenyum kecil. Mengingat perseteruan kemarin saat menampar putri kesayangannya dengan begitu keras. Ada perasaan sedih serta penyesalan yang teramat dalam. Tergambar jelas pada raut wajah yang bimbang. Rasa bersalah yang menyelimuti hatinya begitu besar sehingga tak yakin akan mendapatkan maaf dari putrinya.

Gyan tersenyum. “Putri anda pasti akan memaafkan anda. Saya permisi dulu.“

Bu Nayla cukup terkejut. Sepertinya pemuda itu cukup peka terhadap perasaan seseorang hanya dari melihat ekspresi. Bu Nayla hanya mengangguk mengiyakan dan tersenyum pahit membalas perkataannya. Berharap putrinya benar-benar akan memaafkannya.

Matahari sudah mulai terik. Waktu menunjukkan pukul 09:30. Namun Jasmine tak kunjung bangun juga. Seorang gadis berambut pendek berkacamata datang kerumahnya dan terus memanggil nama Jasmine.

“Jasmine? Jasmine? Apa kau ada di dalam?“ Teriak Nessa.

Gyan yang sedang berada dikamar Kakek Haris untuk membereskan kasurnya yang belum sempat diberesi, ia segera beranjak keluar membuka pintu begitu mendengar seseorang terus memanggil Jasmine.

“Oooohhh Jaaassmiiiinnn! Yuhuuuu! Apa kau ada dirumah??“ panggilnya dengan nada suara yang lebih tinggi.

Ceklek! Suara pintu terbuka.

Nessa tersenyum ceria mengira bahwa itu adalah sahabatnya. “Hei! Jas…” kata-katanya terhenti tiba-tiba. Ia terperangah menatap sosok pria tampan dihadapannya seakan baru saja bertemu dengan idol favoritnya. Sosok pria itu tinggi, tampan, kulitnya putih bersih dengan hidung mancung dan matanya yang tajam. “Min…” sambungnya.

Gyan memandang gadis dengan setelan traning berwarna hijau. Gadis itu lebih pendek dari Jasmine dan rambutnya pun potongan pendek se-bahu. Matanya menggunakan kacamata minus. Dan sedikit berjerawat di pipinya.

Pemandangan yang sungguh indah. Pikir Nessa, saat sempat mematung terpesona menatap pria tampan dengan mulut yang masih terbuka lebar. Jantungnya berdegup kencang tak terkendali. Pipinya menjadi merah bersemu.

Apa dia artis?? Kenapa dia tampan sekali?! Oh my God!! Apa aku salah rumah? Batin Nessa sambil celingak-celinguk memastikan dengan benar apakah ini benar-benar rumah sahabatnya.

Benar ini rumah Jasmine. Tapi dia… siapa?

“Apa anda temannya Jasmine?“ tanya Gyan memecah kekaguman Nessa terhadapnya. Gadis itu nampak salah tingkah.

“A, ah i, iya. Jasmine nya ada?“

“Dia masih tidur. Apa mau ku bangunkan untuk menemui mu?“

Oh my God!! Dia siapanya Jasmine? Kenapa dia tinggal bareng? Kenapa dia tau Jasmine masih tidur?! Astaga, Jasmine hebat sekali. Setelah membuang sampah brengsek seperti Rendy dan dalam sekejap, dia sudah bisa mendapatkan sebongkah berlian seperti ini. Ini berita heboh!

“Bo, boleh.“

Gyan mempersilahkan Nessa untuk menunggu di kursi teras. Saat ini dirumah itu hanya ada Gyan dan Jasmine. Sementara Bu Nayla pergi keluar sebentar. Entah untuk urusan apa. Dia tidak menjelaskan apapun.

Gyan mengetuk pintu kamar gadis itu selama beberapa kali. Namun tak kunjung mendapat respons. Gyan sudah bisa menebak. Gadis ini pasti tak tidur semalaman setelah sempat merawatnya. Makannya sulit dibangunkan.

“Apa ku buka saja ya pintunya?“ gumam Gyan sambil berfikir. “Aku kan, hanya sekedar ingin membangunkannya. Baiklah, kubuka saja.“

Ceklek!

Nggak dikunci?

Gyan membuka pintu itu secara perlahan. Ia mengedarkan pandangannya. Terlihat kamarnya yang begitu rapi namun kasurnya sangat berantakan. Ada beberapa potong buah apel tersisa dan segelas susu coklat yang masih sisa sedikit.

Gyan tersenyum kecil menatap gaya tidur gadis itu yang tengkurap asal-asalan dengan mengenakan piyama merah muda lengan panjang lengkap dengan setelan celana panjangnya. Wajahnya menghadap ke samping dan tertutup beberapa helai rambut panjangnya.

Gyan mendekati wajah gadis yang tertidur pulas itu. Jari jemarinya menyingkap perlahan menyingkirkan helaian rambutnya dari wajah Jasmine. Sudut bibirnya basah. Air liurnya mengalir membasahi hingga ke sprei kasur. Gyan tertawa kecil. Ingin sekali rasanya mengabadikan wajahnya yang lucu itu dalam ponselnya.

Klik!

Ia memotret wajah gadis itu dengan kamera ponselnya. Namun hal tidak terduga terjadi. Ia lupa mematikan flash kameranya sehingga membuat Jasmine mengernyit dengan mata masih terpejam. Gyan menegang saat gadis itu mulai mengerjapkan matanya dan membuka perlahan dengan rasa kantuk yang tersisa.

“Hmm… apa masih hujan? Kenapa ada kilat?“ lirihnya.

Gyan buru-buru menyembunyikan ponsel dibelakangnya. Tak ada waktu untuk menghindar. Pada akhirnya Jasmine terkejut bukan main saat wajah pria itu muncul didepan matanya. “Aaakh… hmmpp!“

Dengan cepat Gyan membungkam mulutnya saat Jasmine tersentak dan refleks membalikkan tubuhnya. Secara otomatis membuat Gyan terpaksa bangkit dan berada diatas tubuh gadis itu dengan kedua lulutnya yang menopang dirinya.

Dasar gila! Apa dia punya hobi menyerang wanita seperti ini?! Umpat Jasmine dalam hati.

Posisi ini lagi! Pikir Jasmine. Dia masih kesulitan bicara meski berusaha memberontak. Gyan yang sudah tertangkap basah terpaksa melakukan hal ini.

“Diamlah Jasmine!“ ucapnya berbisik. Jasmine mengernyit menatap tajam seolah meminta untuk dilepaskan.

“Akan ku lepaskan, tapi kau jangan teriak! Temanmu datang mencari mu dan kau tak kunjung bangun, jadi aku terpaksa masuk ke kamarmu untuk membangunkan, jadi jangan salah paham!“ tutur Gyan menjelaskan kesalahpahaman. “Berjanjilah untuk tidak teriak. Aku akan melepasmu. Mengangguk lah kalau kau mengerti.“

Jasmine mengangguk. Gyan merasa kurang yakin gadis itu akan menepati janji. Maka dari itu ia melepaskan bungkaman itu secara perlahan. Jasmine hanya terdiam mengatur napas dan mencoba tenang dari keterkejutannya.

Ternyata dia menepati janji. Syukurlah.

“Dasar gila!“ umpat Jasmine setengah berbisik sambil memukul dada bidang pria di atasnya.

“Maaf” ucap Gyan singkat sambil menghembuskan napasnya. Ia juga merasa gugup.

Namun saat ia tak sengaja menurunkan pandangannya ke arah dada gadis itu. Gyan dengan cepat mengalihkan matanya. Wajahnya merah seketika seperti kepiting rebus.

Ck! Sial! Kenapa dia mengenakan pakaian tanpa 'itu' sih?! Batin Gyan.

“Ada apa? Cepat minggir!“

“Aku akan pergi sekarang. Be, bersiaplah. Temanmu menunggu didepan,“ ucapnya terbata-bata tanpa menatap Jasmine sedikitpun.

Dengan buru-buru Gyan langsung pergi meninggalkan Jasmine dengan gelagat yang aneh dan mencurigakan. Jasmine sempat berpikir. Kenapa dia? Kenapa mendadak kaku seperti robot. Saat ia mengikat rambutnya dan melempar pandangannya kebawah... saat itu juga, baru-lah ia menyadari bahwa kebiasaan sebelum tidurnya adalah… tidak memakai bra! Wajahnya langsung merah menyilangkan tangan pada kedua buah dadanya.

“Dasaaaaarrr mesuuuumm!!“

Teriakan yang sungguh menggelegar.

Akan ku bunuh kau sialaaan!

***

1
Roxanne MA
yuk bantu ramein karya ku jugaa💖
Roxanne MA
akhirnya up jugaa
ARM
oke kak siyap 👍🏻
ARM
Terima kasih banyak kak🙏🏻 btw aku masih pemula, banyak kesalahan yg perlu ku koreksi 🙏🏻☺️
Roxanne MA
lanjut thor
Roxanne MA
baru awalan bab sudah sebagus inii
riniasyifa
Semangat terus berkarya kak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!