"Hei anak kecil, Saya mau kamu menjadi penguntit untuk mencari tau apa yang di lakukan oleh tunangan saya di luar sana" ucap Seorang pria tampan yang tak lain adalah presedir di perusahaan itu.
"Saya mau. Asal bapak mau membayar saya 2x lipat"
"Deal"
Berawal dari kerja sama yang saling menguntungkan membuat seorang Devano jatuh hati pada gadis yang biasa dia panggil dengan sebutan anak kecil.
Nadira puspita, Seorang karyawan magang di perusahaan milik keluarga besar Devano. Ikuti kisahnya, Ya!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Mia Novita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DASAR CEO GOBLOK
"Apa!!" balas Devano dan juga Nadira secara bersaman sambil saling pandang.
"Iya, Karna kalian berdua adalah pengantin baru. Kami berdua sarankan untuk rutin buat minum jamu ini. Karna jamu ini bukan hanya sembarang jamu. Selain buat penyubur, Jamu ini juga bisa membuat rumah tangga harmonis" ucap Wanita itu sambil memberikan jamu yang dia bawa pada Nadira.
"Eh, Tidak usah repot-repot bu. Tidak perlu seperti ini" ucap Nadira yang berusaha menolak jamu pemberian orang itu.
"Kata siapa tidak perlu. Justru ini sangat perlu buat kalian yang masih pengantin baru. Saya jamin, Rumah tangga kalian akan sangat harmonis" seru ibu itu sambil tersenyum.
Nadira menoleh pada Devano, Begitu juga sebaliknya. Mereka berdua sama-sama tersenyum kaku pada pasangan yang ad di hadapannya.
"Kita balik ke kamar yuk sayang. Jangan ganggu mereka yang sedang honeymoon" ucapnya.
Suaminya hanya mengangguk serta menoleh pad Nadir dan juga Devano sambil mengangkat kedu sudut bibirnya.
"Kami duluan, Ya. Jangan lupa jamunya di minum"
Setelah kepergian kedua orang itu, Nadira menoleh pada Devano sambil menatap jamu yang ada di depan mereka"Jamu apaan ini ya pak? Ada-ada saja mereka. Ini semua gara-gara bapak yang mengatakan kita pengantin baru"gumam Nadira sambil mengangkat sebelah sudut bibirnya.
"Ya udah terlanjur juga. Sudahlah tidak usah banyak protes. Dan soal jamu ini, Tidak usah di pedulikan. Tinggal di buang saja kan. Gitu aja kok repot"
"Tapi, Pak. Gara-gara bapak, Kita menjadi pusat perhatian. Coba liat mereka, Mereka sejak tadi menatap kita berdua. Ih pak Devan itu menyebalkan sekali"
10 Menit kemudian, Makanan pesanan mereka sudah datang."Silahkan, Pak. Bu" ucap Waiters itu sambil tersenyum.
"Terimakasih" balas Devano
POV NADHIRA
Uhhhhh, Aku mengambil nafas panjang dan membuangnya kasar. Rasanya begitu kesal saat mendengar pak Devano mengatakan jika kami berdua adalah pasangan pengantin baru yang sedang melakukan honeymoon di hotel ini. Astaga, Tak pernah terbayang jika seandainya hal itu yang benar-benar terjadi. Bisa strok aku jika harus terus-terusan bersama dengan pria menyebalkan sepertinya.
"Ngapain sih pak pakai acara ngaku kalau kita pasangan pengantin baru yang sedang melakukan honeymoon" ucapku sambil menatap wajah pak Devan yang selalu terlihat sangat menyebalkan.
"Biarkan sajalah, Nadira. Cepat kamu makan makanannya, Sebelum makanan itu dingin" jawabnya santai.
"Tapi, Pak. Karna ulah bapak, Kita saat ini menjadi pusat perhatian. Coba bapak liat mereka, Sejak tadi mereka terus menatap ke arah kita" ujarku lagi sambil menundukkan wajahku dan mengambil makanan yang sudah di pesankan oleh pak Devano.
Mendengar perkataanku membuat pak Devano menoleh ke sekeliling kami. Mereka semua ternyata masih terus memperhatikan kami.
"Biarkan saja. Tidak usah di perdulikan. Bukan kah mereka semua punya mata. Nanti kalau sudah lelah juga bakal berhenti liatin kita" ucapnya yang terdengar begitu menyebalkan.
Aku mengangkat sebelah sudut bibirku sambil meliriknya dengan tatapan tidak suka. Kemudian menyantap makanan yang saat ini sudah ada di hadapanku.
Ayam rica-rica khas bali. Ini kan makanan kesukaan ku, Kebetulan sekali pak Devano memesankan aku makanan ini. Karna memang aku sudah sangat lama tidak pernah makan ayam rica yang asli khas kota ini.
Karna terlalu merindukan masakan mama. Aku memakan nya dengan sangat lahap. Dan rasanya sama persis seperti ayam Rica buatan mamaku. Ayam rica khas kota bali. Kebetulan sekali mama adalah orang asli bali, Sedangkan papa asli medan. Hanya saja kedua orang tuaku memutuskan untuk stay di jakarta agar lebih mandiri. Begitu sih katanya. Mandiri setelah menikah. Entahlah aku tidak terlalu paham.
Tapi selama aku dilahirkan, Aku tidak pernah sama sekali bertemu dengan kakek serta nenek dari pihak mama maupun papa. Setiap kali aku menanyakan di mana tempat tinggalnya, Mama dan juga papa selalu saja mengalihkan pembicaraan. Hal itu tentu saja membuatku penasaran sebenarnya apa yang sudah terjadi dengan masa lalu kedua orang tuaku.
"Pelan-pelan makannya. Tidak perlu seperti orang kesurupan begitu. Nanti kamu keselek" ucap pak Devan saat melihat aku makan terlewat lahab. Karna selain aku merindukan masakan ini, Perutku juga terasa sangat kelaparan.
Aku meletakkan ayam itu dan menoleh ke arah pak Devan"Berisik, Mau saya makan kayak orang kesetanan atau kayak orang gila sekalipun itu bukan urusan bapak. Lagian bapak makan kenapa sambil liatin saya. Ah saya tau, Jangan-jangan sejak tadi bapak merhatiin saya, Iya kan?" ucapku sambil mengulum bibirku.
"Pede sekali kamu jadi wanita. Ya kali say mau merhatiin kamu. Seperti saya tidak ada pekerjaan saja" balas Devano sambil menikmati makanannya.
2 jam kemudian, Merek berdua sudah kembali ke dalam kamar hotel. Setelah cukup puas keliling sekitar hotel, Nadira serta Devan memutuskan untuk kembali.
"Pak, Jangan sedih begitulah. Saya tau pasti pak Devan sakit hati saat melihat bu Ratna mesra-mesraan sama pria itu. Tapi saran saya, Sepertinya bapak perlu menghubungi bu Ratna" ucap Nadira sambil meletakkan tasnya di atas nakas.
Devano menoleh ke arah Nadira"Untuk apa saya menghubunginya. Melihat Ratna seperti itu sudah membuat saya merasa sangat jijik" balasnya.
"Begini kalau sudah oon" gumam Nadira sambil mendekat dan duduk di samping Devano"Apa kamu bilang? Saya oon? Kurang ajar anak kecil" serunya sambil menatap tajam Nadir.
Nadira yang melihat raut wajah Devano terkekeh"Slow pak Devano. Rilexs, Jangan marah begitu dong"
"Bagaimana saya tidak marah, Kamu mengatakan saya oon. Kamu masih waras kan?"
"Ya kali saya sudah gila, Pak. Kalau saya gila, Sudah dari kemaren-kemaren saya amuk bapak yang menyebalkan" ucap Nadira serta menatap Devano sambil terkekeh.
"Dasar anak kecil ya. Lalu apa maksud kamu mengatakan saya oon, Hah! Mau saya pecat apa bagaimana?"
Mendengar kata pecat membuat Nadira kembali menatap Devano"Yaelah pak Dev. Selalu saja mengancam saya. Makanya dengerin say ngomong dulu. Biar tidak ada dusta di antara kita"
"Dih, Apaan biar tidak ad dusta di antara kita. Cepat katakan, Kenapa kamu bisa mengatakan saya oon?" tanya Devano lagi.
"Saya meminta pak Devano menghubungi bu Ratna untuk mengajaknya bertemu malam ini di tempat biasa" terang nya.
Devan mengerutkan keningnya"Gila kamu ya. Bagaimana bisa saya mengajak Ratna untuk bertemu di tempat biasa, Sedangkan kamu sendiri tau kalau saat ini kita berdua sama-sama ad di sini, Di kota bali. Dasar bodoh!" balas Devano sambil menggelengkan kepalanya.
"Nah ini, Ngakunya direktur, Tapi pikirannya pendek. Saya itu hanya meminta bapak menghubungi bu Ratna dan pura-pura mengajaknya bertemu di tempat biasa. Bapak liat apa jawaban dari bu Ratna" terang Nadir lagi.
"Oh iya. Kenapa saya tidak kepikiran akan hal itu. Pinter juga kamu anak kecil" pujinya sambil mengacak rambut Nadira.
"Iyalah, Memangnya pak Devano baru sadar kala saya pintar. Ih itu tangan kebiasaan banget deh" balas Nadira sambil merapikan rambutnya dengan menggunakan jari.
"Nadira nih boss, Bukan kaleng-kaleng" ucap Devano sambil tertawa. Begitu juga Nadira yang ikut tertawa saat mendengar perkataan Devano.
"Dasar CEO goblok"
