Savitri Pratomo, bungsu dari Reza Pratomo, generasi ketiga klan Pratomo, adalah seorang guru bimbingan konseling sebuah SMK di kota Solo. Guru nyentrik yang hobi naik motor besar terutama Kawasaki Ninja nya, guru yang dikenal bar-bar oleh para murid-muridnya, bertemu dengan...
Kim Jaehyun, seorang CEO perusahaan tekstil yang berada di Sukoharjo dan Sragen, pria yang paling tidak suka wanita kasar, tomboy dan tukang berantem.
Keduanya bertemu dalam situasi yang konyol tapi berkesan. Bagaimana absurdnya hubungan dua anak manusia yang berbeda karakter dan bagaimana reaksi keluarga besar Savitri?
Kisah generasi ketiga klan Pratomo
Isi hanyalah halunya author
Jangan plagiat karena jiwa gesrek kita berbeda.
Follow my IG @hana_reeves_nt
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hana Reeves, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Neil Blair
Savitri benar-benar membuktikan ucapannya untuk menuntut Herman atas perbuatan tidak menyenangkan yang membuat Neil Blair harus terbang dari Jakarta ke Solo demi sepupu judesnya. Neil sendiri mengikuti jejak sang ayah, Stephen Blair, menjadi seorang pengacara. Saudara kembar Neil, Nadya, memilih bekerja di kilang minyak.
"Wong sudah kamu hajar, masih saja kamu tuntut! Dia itu depan mata mau dipecat, Savitriiiii..." Neil menatap sepupunya yang cuek makan soto gading setelah mereka mendatangi kantor polisi dengan menyerahkan bukti-bukti CCTV.
Neil Blair
"Rasanya pengen aku lempar ke Bengawan Solo bang. Ndak masih ada buaya disana?" sahut Savitri cuek.
Neil hanya memegang pelipisnya. "Kamu itu!"
"Bang, siapa yang nggak jengkel. Aku ngeman-eman muridku tapi malah ada pria yang membuat masa depan muridku berantakan."
"Sav, kalau muridmu punya pendirian, dia tidak mungkin mau dong!"
"Kan bisa jadi tho dirayu gombal dengan alibi nilai jelek dan tidak bakalan naik kelas?" balas Savitri.
"Memangnya guru apa sih dia?" Neil menyesap es tehnya. "Yummy, teh wasgitel tenan."
"PPKn."
Neil tersedak. "What?!"
"Masih mending sudah tidak PMP namanya. Pendidikan Moral Pancasila tapi yang ngajar nggak bermoral!" sungut Savitri judes.
"Ohya, Eiji mau nikah!" celetuk Neil.
"Lha? Jadi sama Diajeng Aya-aya nya? Setelah bikin Oom Abi dan Tante Dara darting, sekarang mau nikah?" kekeh Savitri mengingat kakak sepupunya yang sama rusuhnya dengan dirinya.
"Sebenarnya Abang nggak mau kamu datang."
"Kenapa?" Savitri pun mendelik.
"Bisa rusuh Tokyo dengan kalian berdua!" gelak Neil. "Addduuuhhh! Sakit bambaaannggg!"
"Bodo!" Savitri meniup tangannya yang habis memukul bahu kekar Neil.
***
Sore itu Neil mengantarkan Savitri kembali ke sekolah karena dirinya akan langsung ke bandara. Sopir AJ Corp yang akan mengantarkan putra Stephen Blair itu. Sesampainya di depan pintu gerbang, gadis itu pun turun dengan diikuti oleh Neil dan keduanya pun saling berpelukan dan pria berkacamata itu mencium pipi Savitri hangat. Setelahnya Savitri melambaikan tangannya ketika mobil Toyota Camry itu pergi.
Gadis itu pun berjalan sambil tersenyum tapi senyuman itu menghilang ketika Ekadanta menatapnya tidak suka.
"Siapa itu dik?" tanya Ekadanta dengan nada cemburu yang tidak ditutupi.
"Bukan urusanmu pak. Sudah ya aku mau menghadap pak Agus." Savitri langsung berjalan menuju ruangan kepala sekolah. Yuni yang bersiap hendak pulang karena sudah jam tiga sore pun mempersilahkan Savitri masuk.
"Sudah ditunggu pak Agus, dik Savitri."
"Thanks mbak Yuni."
Savitri memang meminta ijin sehari untuk mengurus penuntutan ke Herman atas perilakunya yang hendak menyerang dirinya.
"Masuk!" Savitri membuka pintu ruangan pak Agus dan masuk ke dalam. "Bagaimana Bu Savitri? Sudah selesai?"
"Sampun pak. Sebenarnya saya cuma ingin memberikan pelajaran ke Pak Herman agar tidak macam-macam lagi."
"Benar Bu. Efek jera. Semoga setelah ini dia sadar karena ada empat nyawa yang harus diopeni."
"Iya pak."
"Apa benar Bu Savitri didampingi oleh pak Neil Blair?"
Savitri nyengir.
"Ya ampun buuuu..." kekeh Pak Agus mengingat nama Blair adalah pengacara terkenal.
"Lha saya ingatnya cuma dia pak. Lagian bayarannya murah."
"Apa Bu?"
"Traktir di soto gading dan gudeg adem ayem."
Pak Agus terbahak.
***
Savitri keluar dari ruangan pak Agus dan melihat mbak Yuni sudah pulang lalu menuju ruang bimbingan konseling nya. Tampak Anita menatapnya penuh kekepoan tingkat tinggi.
"Kenapa Nit?" tanya Savitri sambil membereskan bawaannya.
"Siapa cowok bule tadi?" tanya Anita sambil bersedekap.
"Lho? Kamu lihat?"
"Iiissshhh ditanya malah balik tanya. Siapa doi Sav?"
Savitri hanya menyeringai. "Sugar Daddy aku."
Anita melongo. "Yang benar kamu nduk!"
"Beneran!" Savitri cekikikan melihat wajah Anita yang tampak tidak senang. "Dia saudara aku, Anita. Ada urusan di Solo jadi tadi aku minta ijin sama pak Agus Nemani dia."
"Tenan kuwi dulurmu ( benar itu saudarmu )?" Anita memicingkan matanya dengan wajah menyelidik.
"Tenan Anita. Itu saudaraku dari Jakarta, namanya Neil. Kami agak lama karena dia pengen makan soto gading."
"Ya Wis. Ta kira dekne pacarmu."
Savitri terbahak. "Ora yooo. Neil bukan pacarku. Lagian dia sudah tunangan kok!"
"Sayang Wis tunangan, meh ta godain tadi" kerling Anita.
"Kenapa enggak?"
"Takutnya itu pacarmu, Sav. Dan aku tidak mau persahabatan kita bubar gara-gara lanangan. Kayak gadha wong Lanang liyane wae..." cengir Anita.
"Betul itu!"
***
Savitri berjalan menuju parkiran motor dimana Vespanya terparkir dengan santuynya. Gadis itu memasukkan tas nya ke dalam bagasi Vespanya dan memakai helm uwunya ketika Ekadanta menghampirinya.
"Dik, kamu hutang penjelasan padaku. Siapa laki-laki tadi?" tanya Ekadanta dengan wajah tidak bersahabat.
"Memang pak Eka tuh siapa? Kok aku harus memberikan penjelasan padamu?" Savitri menstater Vespanya.
"Aku tidak mau kamu salah langkah!"
"Hah? Salah langkah gimana?" tanya Savitri bingung.
"Mencintai pria yang salah."
Savitri nyaris tergelak. "Tenang pak, saya tidak akan salah langkah. Terima kasih atas warningnya. Kalau begitu..."
"Dik... Maaf kalau aku agak keterlaluan. Apa kamu ada acara hari Minggu besok?"
"Minggu? Kenapa pak?" Savitri menatap Ekadanta dengan perasaan deg-degan. Jangan bilang kondangan di hotel Dana.
"Mau ikut aku kondangan di hotel Dana?"
Bener kaaaann! Modyar Kowe Sav!
"Maaf pak, tapi aku ada urusan lainnya."
"Temani aku sebentar saja dik..."
"Maaf pak. Ajak lainnya saja. Bu Anita misalnya? Kan dia juga single. Tenang, dia makannya banyak!" kekeh Savitri. "Saya permisi dulu."
Savitri melajukan Vespanya meninggalkan area parkir dan keluar dari gerbang sekolah.
Ekadanta menatap kepergian gadis itu dengan perasaan kesal. Susah sekali mendapatkan dirimu dik.
***
Kediaman Keluarga Pratomo Manahan Solo
Savitri akhirnya menelpon Jaehyun bahwa dirinya harus membatalkan acara movie Sunday karena harus mendatangi kondangan kawinan.
"Apa kamu butuh plus one?" tawar Jaehyun.
"Tidak usah Oppa. Kebetulan ini kan yang punya gawe pak RT aku, nanti tetanggaku pada Julid binti kepo nanyain siapa pasanganku. Repot lah aku!"
"Ya sudah. Aku sudah menawarkan lho."
"Thanks Oppa. Rain check ( pending acaranya )?" senyum Savitri.
"Rain check Savitri-ya."
***
Savitri menatap layar iMac nya dimana semua sepupunya pada heboh tentang acara pernikahan Eiji dan Ayame.
"Aku kan iri sama Duncan, Joshua, mas Kenzo dan mas Keanu. Kalian sudah pada nikah, masa aku nggak? Gozali juga! Dia duluan malahan!" ucap pria tampan itu berdrama.
"Kayaknya mas Eiji takut manuke karatan" celetuk Savitri yang membuat semua sepupunya menatap horor.
"Savitriiiii!!!!" teriak semua orang di layar iMac nya.
"Lho rak tenan tho? Timbang karatan mending Ndang rabi. Yo opo ora?" gelak Savitri tanpa beban.
"Allahu Akbar! Adikku bar kesambit opo tho yoooo!" keluh Panji sambil memegang pelipisnya.
"Semoga sing jadi jodohe Savitri tabah sak tabah-tabahnya enthuk bojo koclak ngene!" kekeh Eiji.
"Lha timbang bojo galak!" balas Savitri membuat para sepupu perempuannya tertawa terbahak-bahak.
Yo wes ben nduwe bojo sing galak
Yo wes ben sing omongane sengak
Seneng nggawe aku susah
Nanging aku wegah pisah
Tak tompo nganggo tulus ing ati
Tak trimo sliramu tekan saiki
Mungkin wes dadi jodone
Senajan kahanane koyo ngene
"Gak usah dinyanyiin Savitriiiii!"
"Suaramu nggak enak!"
Savitri tertawa terbahak-bahak mendengar protes para saudara - saudaranya.
***
Siapa kangen Eiji, bokapnya Levi Opanya Hoshi?
***
Yuhuuuu Up Siang Yaaaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift comment
Tararengkyu ❤️🙂❤️