NovelToon NovelToon
DIUJUNG IKHLAS ADA BAHAGIA

DIUJUNG IKHLAS ADA BAHAGIA

Status: sedang berlangsung
Genre:Obsesi / Dikelilingi wanita cantik / Pelakor / Poligami / Keluarga / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: zanita nuraini

---

📖 Deskripsi: “Di Ujung Ikhlas Ada Bahagia”

Widuri, perempuan lembut yang hidupnya tampak sempurna bersama Raka dan putra kecil mereka, Arkana. Namun di balik senyumnya yang tenang, tersimpan luka yang perlahan mengikis keteguhan hatinya.
Semuanya berubah ketika hadir seorang wanita kaya bernama Rianty — manja, cantik, dan tak tahu malu. Ia terang-terangan mengejar cinta Raka, suami orang, tanpa peduli siapa yang akan terluka.

Raka terjebak di antara dua dunia: cinta tulus yang telah ia bangun bersama Widuri, dan godaan mewah yang datang dari Rianty.
Sementara itu, keluarga besar ikut memperkeruh suasana — ibu yang memaksa, ayah yang diam, dan sahabat yang mencoba menasihati di tengah dilema moral yang makin menyesakkan.

Di antara air mata, pengkhianatan, dan keikhlasan yang diuji, Widuri belajar bahwa bahagia tidak selalu datang dari memiliki… kadang, bahagia justru lahir dari melepaskan dengan ikhlas.

“Karena di ujung ikhlas… selalu ada bahagia.”


---

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zanita nuraini, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 9 AIR MATA SEORANG ISTRI

Siang itu, rumah terasa sunyi.

Bahkan detak jarum jam di dinding terdengar seperti menembus udara yang berat — tik… tak… tik… tak… — lambat, menusuk, mengiringi kesunyian yang terasa ganjil.

Widuri duduk di ruang tamu dengan ponsel masih tergenggam di tangannya.

Layar itu menampilkan pesan yang sejak pagi belum berani ia hapus:

"Mbak, cewek itu datang lagi ke kantor Mas Raka… dia bawa sarapan, dan terang-terangan nyebut nama Mas Raka di depan banyak orang."

Kalimat itu terasa seperti pisau yang diselipkan di dada.

Sejak membacanya, napas Widuri tak lagi sama — berat, pendek, dan penuh sesak yang tak bisa dijelaskan.

Air matanya sudah menggenang, tapi ia menunduk, menolak menyerah.

“Jangan nangis, Widuri…” bisiknya sendiri dengan suara bergetar.

“Tuhan nggak suka kalau kamu lemah…”

Namun, kata-kata penguat itu justru terdengar getir.

Tangannya gemetar saat melipat pakaian Raka. Setiap helai baju membawa kenangan — aroma sabun yang sama, sisa parfum suaminya,

bayangan senyum hangat yang dulu membuat hatinya tenang.

Semuanya kini terasa jauh.

Seolah ia sedang memegang peninggalan dari seseorang yang perlahan menjauh, tapi belum benar-benar pergi.

> “Mas nggak akan menduakan kamu, Mas cinta sama kamu…”

Janji itu bergema di kepalanya, tapi kini terasa seperti gema dari masa yang tak bisa dijangkau.

Langkah kecil terdengar mendekat.

Arkana muncul dengan mobil mainannya, matanya berbinar seperti biasa.

“Mama, kenapa Mama diem aja? Mama sakit ya?”

Widuri tersentak pelan, buru-buru menghapus air mata di pipinya.

Ia memaksakan senyum. “Nggak, sayang. Mama cuma capek.”

“Capek kenapa, Ma?”

Ia menatap wajah polos anaknya. Mata itu — mata yang begitu mirip dengan Raka.

“Capek mikirin Papa kerja. Mama cuma takut Papa kecapean.”

Arkana mengangguk kecil, lalu memeluk ibunya erat.

“Mama jangan sedih, ya. Kalau Mama sedih, Arka nggak suka.”

Pelukan kecil itu menghancurkan dinding pertahanan terakhir Widuri.

Air matanya jatuh begitu saja, membasahi bahu mungil anaknya.

Ia menunduk, memeluk Arkana semakin erat.

“Maaf ya, Nak… Mama cuma manusia. Kadang Mama juga takut kehilangan.”

---

Senja merambat turun. Langit di luar berwarna tembaga.

Raka baru pulang kerja dengan wajah letih.

Dan seragam security yang sedikit berantakan, langkahnya berat. Tapi yang paling berat bukan langkahnya — melainkan pikiran yang memenuhi kepalanya sejak pagi.

Begitu membuka pintu, yang ia temui bukan suara sambutan lembut seperti biasanya, melainkan keheningan.

Tak ada tawa, tak ada langkah riang dari dapur, tak ada “Mas udah pulang?” yang biasanya membuat rumah terasa hidup.

Hanya aroma masakan yang sudah dingin di meja makan, dan jam dinding yang terus berdetak tanpa peduli.

“Sayang…” panggilnya pelan.

Tak ada jawaban.

Ia melangkah ke ruang tengah, dan di sanalah ia melihat pemandangan yang membuat dadanya sesak.

Widuri duduk di sofa, memeluk Arkana yang tertidur di pangkuannya.

Rambutnya sedikit berantakan, matanya sembab.

Ada kelelahan dan kesedihan yang nyata di wajah itu.

Raka menelan ludah. “Kamu… nangis?”

Widuri menggeleng pelan, suaranya nyaris tak terdengar.

“Enggak. Cuma lelah.”

“Kenapa nggak istirahat di kamar?”

Pertanyaannya terdengar canggung, tapi penuh kegelisahan.

Widuri akhirnya menatap Raka.

Dan tatapan itu — bukan marah, bukan benci, tapi luka. Luka yang dalam, tapi ditahan agar tak meneteskan darah.

“Mas…” ucapnya lirih, “kalau suatu hari aku nggak kuat, kamu masih mau jagain aku?”

Raka terpaku.

Pertanyaan itu seperti tamparan yang dingin dan lembut sekaligus.

Ia ingin menjawab ya, tapi suaranya hilang.

Ia ingin memeluk Widuri, tapi tubuhnya beku oleh rasa bersalah.

Widuri menarik napas panjang, suaranya pelan namun tegas.

“Aku tahu, Mas. Perempuan itu datang lagi, kan?”

Raka membeku.

Ruangan terasa membisu. Bahkan detak jam kini terdengar terlalu keras.

Widuri menunduk, jemarinya membelai rambut anaknya yang tertidur.

“Aku nggak butuh penjelasan, Mas. Aku cuma pengen jujur sama perasaanku. Aku takut.”

Air mata menetes pelan, tapi kali ini tanpa isakan.

Hanya sepi — sepi yang mengiris.

Raka akhirnya berlutut di hadapan istrinya, menatap wajah yang telah menemaninya dari masa-masa susah.

“Sayang… aku nggak pernah bermaksud nyakitin kamu. Aku juga bingung harus gimana. Aku cuma—”

“Tolong, Mas…” potong Widuri lirih.

Suaranya nyaris hilang, tapi cukup untuk mematahkan hati siapa pun yang mendengarnya.

“Kalau nanti kamu harus memilih… jangan karena kasihan. Pilih karena cinta.”

Raka tak bisa berkata apa-apa.

Ia menatap Widuri lama — perempuan yang telah berjuang bersamanya sejak nol, yang tak pernah menuntut apa pun selain kesetiaan.

Tapi dalam benaknya, bayangan wajah Rianty pagi tadi terus muncul: senyumnya, keberaniannya, keyakinannya.

Di dalam hatinya, Raka berteriak:

“Kenapa harus begini, Tuhan…? Kenapa saat aku bahagia, Engkau kirimkan ujian sebesar ini?”

Ia menunduk, mencium tangan istrinya perlahan.

Widuri menatapnya dengan mata basah dan berbisik,

“Mas… aku masih cinta. Tapi aku juga manusia.”

Malam itu, rumah mereka tenggelam dalam keheningan yang panjang.

Tak ada pertengkaran.

Tak ada pelukan.

Hanya dua hati yang sama-sama mencintai… tapi mulai terpisah oleh jarak yang tak terlihat — jarak bernama luka dan ketakutan.

---

#TBC

---

Waduh badai mulai datang apa solusi yang raka berikan nanti pantengin terus ya readers

Jangan lupa like vote komen and kirsan nya ya

1
Intan Pandini
Ohh jadi sebelumnya pernah di suruh poligami ya sama keluarganya
Intan Pandini
Hmm jadi penasaran sama rianty ini, kira kira siapa ya
Intan Pandini
Shock banget tiba tiba di tanya boleh berbagi suami 😭 aku reflek bakalan ngamok kayak nya 🙏
Delwyn
Ngakak sampe geleng-geleng!
zanita nuraini: terima kasih sudah mampir
total 1 replies
Kovács Natália
Makin penasaran dengan twist ceritanya.
zanita nuraini: terimakasih sudah mampir cerita author
ditunggu kelanjutan nya ya☺️
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!