 
                            Sepuluh tahun menikah bukan menjadi jaminan untuk terus bersama. gimana rasanya rumah tangga yang terlihat adem-adem saja harus berakhir karena sang istri tidak kunjung mempunyai anak lantas apakah Aisy sanggup di madu hanya untuk mendapatkan keturunan?? saksikan kisahnya hanya di Manga Toon
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumarhumah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26
Sore itu Aisy dan Zea nampak sudah puas bermain, matahari mulai tenggelam meninggalkan cahaya kuning keemasan. Di bawah semburat jingga, anak kecil itu merengek karena wanita yang ia panggil Mama ingin pulang.
"Ma, jangan pulang dulu Zea masih kangen," cegah anak itu sambil menggenggam tangan Aisy.
Aisy menatap dengan tatapan teduh, ada rasa bersyukur yang begitu besar terhadap satu anak ini. Rengekan Zea membuat Aisy merasa ditangisi oleh seorang anak, meskipun ia masih belum menjadi Ibu.
Dari Zea lah Aisy bisa merasakan bagaimana menjadi sosok ibu yang selalu dirindukan oleh anaknya. "Zea Sayang, hari sudah mulai malam, jadi Mama Aisy harus cepat pulang, Insyaallah besok datang kesini lagi," ucap Aisy sambil mengelus kepala Zea.
Zea masih bersikukuh seolah enggan melepas tangan wanita yang sudah membuat hidupnya aman beberapa bulan ini. "Ma, jangan pulang ya, temani Zea tidur," pinta anak itu seolah haus akan kehangatan seorang ibu.
Aisy yang menatapnya menjadi terenyuh, sementara itu Kenny yang dibelakangnya mulai memberi perhatian kepada anaknya. "Sayang tidak boleh begitu, Mama Ais harus pergi," ujar Kenny sambil mendekat ke arah Zea.
"Gak mau Pa, plis ... malam ini saja, Papa bujuk Mama Aisy untuk temani Zea tidur," pinta anak itu dengan rengekannya.
Kenny mendengus pelan ia juga tidak bisa memaksa Aisy hingga pada akhirnya pria itu hampir berada diambang pasrah, sementara itu Aisy, mulai menatap mata Zea yang mulai berair.
Aisy menunduk mensejajarkan tubuhnya dengan Zea. "Sayang, jangan nangis ya, baiklah Mama Aisy tidak pulang dulu."
Seketika mata anak kecil itu berbinar, mendengar kata-kata sederhana yang mampu membuat hatinya bahagia. "Beneran Ma, Mama Aisy mau temani aku dulu."
"Aisy mengangguk pelan sambil tersenyum. "Iya Sayang, Mama mau temani Zea."
Seketika tangan kecil itu mulai melingkar ke pinggang Aisy, terasa begitu erat dan menghangatkan, seolah sudah menemukan rumah barunya. "Ya Allah terima kasih, lewat anak ini aku bisa merasakan bagaimana bahagianya menjadi ibu," gumam Aisy dengan lirih.
Selesai bermain di taman gadis kecil itu terlihat begitu bahagia, lihat saja tangan halus Aisy mulai menyisir kepalanya, dengan pelan. "Ma, andai saja Mama tinggal di sini setiap hari, pasti aku sangat bahagia, mandi di temani Mama, dan tidur pun juga di temani," ungkap gadis itu.
Aisy hanya tersenyum simpul memberi perhatian. "Sayang, Mama tidak bisa setiap hari, karena tugas Mama juga banyak, tapi ... jika ada waktu kosong pasti akan Mama luangkan untuk Zea."
"Wah beneran itu Ma," sahut Zea.
Aisy mengangguk, sambil menjepitkan sesuatu di rambut gadis kecil itu. "Anak cantik, lihatlah sekarang kamu sudah terlihat segar," ucap Aisy.
Dari arah samping Kenny dan Merry mulai mendekat melihat langsung kehangatan yang terjadi diantara kedua orang yang saling mencoba melengkapi satu sama lain.
"Ken, lihatlah, mereka berdua, seolah sudah menemukan tempat baru," ujar Merry kepada anaknya.
"Mereka bukan sekedar tempat Ma, tapi rumah," sahut Kenny sambil menatap pandangan indah itu.
"Kau yakin bisa menaklukkan dia?"
"Kita lihat saja Ma," sahut Kenny.
Waktu berjalan terlalu cepat, tanpa terasa gadis kecil tadi sudah terlelap di dalam tidurnya, setelah dibacakan dongeng oleh Aisy.
Aisy tersenyum lega, sementara Kenny datang untuk memastikan keadaan Aisy. "Ais ...," panggil Kenny dengan suara cukup keras.
Aisy segera memberi isyarat untuk menekankan nada suaranya. "Shuuut jNgan kencang-kencang."
"Oh, rupanya sudah tidur," sahut Kenny pelan.
"Sudah Pak," sahut Aisy singkat.
Kenny mulai menatap Aisy, ada rasa kagum juga iba, karena anaknya wanita dihadapannya ini terlihat letih.
"Ais, maaf ya, Zea susah merepotkanmu," ujar Kenny.
"Gak apa-apa Pak, aku senang kok," sahut Aisy.
Kenny hanya mengangguk, sementara Aisy langsung berpamitan untuk pulang. "Pak, karena Zea susah tidur, aku pamit pulang dulu ya."
Kenny menatapnya sekilas lalu mengangguk pelan. "Baiklah aku antar,"
Beberapa menit kemudian, mobil meluncur pelan di jalanan yang mulai sepi. Lampu-lampu kota memantul di kaca jendela, menciptakan bayangan lembut di wajah Aisy yang tampak lelah tapi damai.
Kenny melirik sekilas, lalu berkata pelan, “Kalau tiap malam kamu pulang sendiri, aku nggak tenang, Ais.”
Aisy tersenyum tipis. “Aku sudah biasa, Pak. Tapi… terima kasih, sudah peduli.”
Mereka terdiam lagi. Hanya suara mesin dan rintik hujan yang mulai turun, menambah kehangatan di antara dua hati yang diam-diam mulai saling memahami.
☘️☘️☘️☘️☘️
Beberapa Minggu kemudian ....
Ruang sidang hari itu terasa lebih sunyi dari biasanya. Udara siang yang panas tidak mampu menembus ketegangan yang menggantung di antara dinding putih dan meja kayu panjang. Aisy duduk tegak di kursinya, mengenakan blus putih sederhana dan rok panjang berwarna krem. Wajahnya tampak tenang, tapi kedua tangannya saling menggenggam erat di pangkuan, menahan gemuruh di dada.
Di seberangnya, Reyhan duduk dengan jas abu-abu muda. Sorot matanya menatap lurus, tapi sesekali bergetar ketika pandangannya tak sengaja bertemu mata Aisy. Di belakang, Kenny berdiri diam dengan wajah tegas, hanya sesekali menghela napas pelan saat hakim mulai membuka persidangan.
“Sidang perceraian antara pihak Aisy Rahmawati dan Reyhan Pradipta kami nyatakan dibuka kembali,” suara hakim bergema berat, membuat semua kepala menunduk hormat.
Beberapa saksi dan pengacara hadir, namun yang paling terasa adalah aura antara dua orang yang pernah saling mencintai kini duduk berhadapan sebagai lawan.
Hakim memandangi berkas-berkas di depannya, lalu bertanya lembut, “Apakah kedua pihak masih berkeinginan untuk mempertahankan pernikahan ini?”
Suara Reyhan terdengar lebih berat dari biasanya.
“Saya masih ingin mempertahankan, Yang Mulia. Tapi… saya juga menyadari, mungkin saya bukan laki-laki yang bisa memberi ketenangan untuk istri saya.”
Ruangan hening. Hanya detak jam di dinding yang terdengar.
Aisy menatap meja, lalu perlahan berkata dengan nada nyaris berbisik tapi tegas,
“Saya sudah memaafkan. Tapi memaafkan bukan berarti saya harus kembali ke luka yang sama. Kadang cinta itu bukan bertahan… tapi melepaskan agar dua orang bisa sama-sama sembuh.”
Beberapa orang di ruang sidang terdiam, bahkan hakim menatap Aisy sejenak sebelum melanjutkan.
“Baik. Berdasarkan hasil mediasi dan pertimbangan pengadilan, maka diputuskan… pernikahan antara Aisy Rahmawati dan Reyhan Pradipta resmi dinyatakan berakhir.”
Palu diketuk tiga kali.
Suara itu menggema, seperti memecahkan sesuatu yang tak terlihat tapi selama ini menyesakkan dada.
Aisy menunduk, menutup matanya sesaat. Ada air bening yang jatuh di punggung tangannya, namun senyum tipis terukir di bibirnya bukan karena bahagia, tapi karena akhirnya selesai.
Reyhan menatapnya lama, seolah ingin mengatakan banyak hal yang tak lagi bisa diucapkan.
Ketika Aisy berdiri hendak pergi, suara pria itu pelan terdengar di belakangnya,
“Aku harap kamu bahagia, Ais.”
Aisy menoleh sedikit, menatapnya dengan pandangan lembut namun pasti.
“Aku juga harap kamu belajar mencintai tanpa harus memiliki dua hati.”
Ia berjalan keluar dari ruang sidang, langkahnya mantap. Di luar, sinar matahari menyambut dengan hangat.
Kenny sudah berdiri menunggunya di depan pintu, tanpa sepatah kata. Ia hanya membuka payung, menaungi Aisy dari terik siang itu.
“Akhirnya selesai,” ucap Aisy pelan.
Kenny menatapnya, lalu berkata dengan nada rendah namun penuh makna,
“Bukan selesai, Ais… tapi baru mulai. Kamu bebas sekarang untuk hidup, bukan sekadar bertahan.”
Aisy tersenyum, menatap langit cerah di atas sana.Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, dadanya terasa ringan.Mungkin benar kata Kenny ini bukan akhir, melainkan awal dari dirinya yang baru.
Bersambung .....
 
                     
                     
                    