Sivania Amelia merupakan putri dari keluarga konglomerat. Tanpa kasih sayang orang tua dan perhatian dari semua orang membuatnya menjadi sosok arogan.
Hingga suatu hari dirinya menemukan sebuah buku novel di lorong sekolahnya. Buku dimana dirinya menjadi tokoh antagonis. Seorang putri palsu yang berusaha keras untuk membunuh putri asli. Tapi berakhir dengan kematian tragis.
Anehnya, semua nama tokoh di buku itu merupakan anggota keluarganya. Satu persatu kejadian dalam buku benar-benar terjadi dalam kehidupan nyata. Sebuah buku dengan akhir cerita kematiannya yang penuh derita.
Tapi satu hal berbeda, hati Sivania telah membeku, meninggalkan keluarganya untuk diberikan pada putri asli.
Ini bukan miliknya, maka dirinya akan membuang segalanya. Tapi kenyataan lain terbongkar membuat keluarganya memohon agar Amelia kembali.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KOHAPU, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Disukai
Beberapa jam lalu_
Perlahan mobil milik Amelia terparkir. Wanita yang melirik ke arah Savier. Terlihat begitu terkesan dengan rumahnya.
"Ini bukan milikku. Ini milik Tiara." Amelia membuka sabuk pengamannya, begitu juga dengan Savier.
"Apa Amelia menyukai rumah seperti ini? Jika suka, aku akan membuat rumah dengan gaya yang serupa." Ucap Savier antusias, matanya terlihat penuh harapan. Membuat Amelia menghela napas kasar.
"Teruslah berharap." Amelia mengangkat sebelah alisnya. Melangkah menjauhi mobilnya diikuti oleh Savier.
Para pelayan yang dilewati oleh mereka bagaikan menoleh tidak percaya. Wanita yang begitu arogan, tidak punya teman, tiba-tiba membawa seorang pria dengan wajah polos ke rumah?
Terlebih pemuda ini sama sekali tidak terlihat menggunakan pakaian bermerek. Bahkan seragamnya sedikit kusam. Bukankah Amelia alergi dengan hal-hal tidak sempurna seperti orang miskin.
Seorang pelayan yang tengah menuangkan air ke dalam gelas bahkan membiarkan airnya meluap. Saking... begitu anehnya kejadian hari ini.
Amelia duduk di kursi ruang tamu, diikuti oleh Savier. Pemuda yang pandangan matanya menelisik ke arah sekitar, bagaikan mengamati. Apa Savier untuk pertama kalinya melihat rumah mewah? Mungkin saja bukan?
Salah seorang pelayan menghidangkan green tea dan cheese cake.
"Sayang... terimakasih, aku untuk pertama kalinya memakan makanan seenak ini." Ucap Savier mencicipi cheese cake.
Para pelayan yang berada di dekat sama tertegun. Pemuda ini memanggil Amelia sayang? Sudah pasti nona muda sok berkuasa ini akan murka. Mengamuk bagaikan penyihir.
"Hidangkan lagi, pacarku bilang dia menyukainya." Perintah Amelia pada pelayan. Benar-benar tanpa ekspresi.
Membuat sang pelayan jatuh ke lantai seketika. Kakinya lemas, pada awalnya berpikir nona muda kaya yang manjanya seperti setan akan menampar pemuda berwajah malaikat ini.
Tapi ternyata benar-benar pacar Amelia?
Amelia menatap tajam pada pelayan yang terjatuh di lantai. Mata pelayan itu menelisik ketakutan. Hendak segera bangkit, tidak menyukai nona muda yang ternyata bukan anak kandung majikannya ini.
Tapi.
Savier bangkit dengan cepat membantu sang pelayan berdiri."Amelia mungkin dia kelelahan bekerja." Ucapnya benar-benar bagaikan sayap malaikat ada di belakang punggungnya. Sungguh Tiara pun kalah jauh dengan orang ini.
"Maaf, ya? Amelia sebenarnya baik. Hanya saja raut wajahnya memang seperti kucing kecil yang mau mencakar. Sebenarnya Amelia adalah orang yang paling baik, yang pernah aku temui." Gila! Kalimat demi kalimat sederhana yang mengalahkan gula. Apa yang diucapkan pemuda ini pasti benar, karena pemuda ini seperti malaikat hidup yang berjalan.
"Kalau lelah, kamu boleh istirahat. Suruh orang lain yang mengambilkan cheese cake untuk pacarku." Kalimat dari Amelia yang menikmati tehnya dengan tenang.
Sang pelayan tertegun, bukankah orang ini iblis? Tapi sejak kapan menjadi kucing anggora. Amelia menikmati tehnya, sedikit melirik ke arah sang pelayan.
"Belum pergi istirahat juga?" Tanyanya tersenyum, bagaikan memaksakan wajahnya untuk terlihat ramah.
"Ba...baik nona..." Jawab sang pelayan menunduk. Benar-benar tidak mengerti, ada yang tidak beres.
"Ta...tapi sebelumnya boleh saya bertanya tentang tuan muda Tristan---" Kalimat dari sang pelayan disela.
"Orang itu... mengeringkan...aku tidak suka dengan pria yang mengerikan. Aku lebih menyukai malaikat seperti Savier. Jadi lain kali, aku tidak ingin mendengar kalian mengatakan tentang Tristan dihadapanku. Aku tidak ingin mimpi buruk." Ucap Amelia terlihat tenang, walaupun raut wajahnya masih terlihat datar.
"Maafkan saya nona ..." Sang pelayan undur diri. Kemudian melangkah pergi. Tapi memang lebih bagus Amelia putus dengan tunangannya. Pacarnya yang sekarang membuat anak manja itu terlihat lebih manusiawi.
Savier duduk kembali di samping Amelia. Menatapnya penuh damba."Amelia mau Savier suapi...aaaa..." Ucapnya dengan sengaja menyuapi menggunakan tangan. Pria ini memang sedikit gila.
Amelia mengangkat salah satu alisnya. Menerima suapan Savier, menjilat sedikit jari tangan sang pemuda."Lain kali gunakan dessert spoon."
"A...aku tidak tau makan kue juga ada alatnya. Maaf, sudah membuatmu malu, aku bukan pacar yang berguna." Savier sedikit menunduk, mengamati jari tangannya yang sempat bersentuhan dengan bibir Amelia. Pemuda yang mengigit bagian bawah bibirnya sendiri tanpa disadari oleh Amelia.
Dari luar begitu manis, siapa yang sangka apa yang ada di dalamnya.
"Tidak apa-apa, justru kamu pacar yang paling berguna." Kalimat dari Amelia, dijawab dengan pelukan oleh Savier.
"Memang hanya sayang yang paling baik padaku." Ucapnya cepat.
Menjadikan fans beratnya sebagai pacar, ternyata tidak buruk juga.
Dua orang menghabiskan waktu dengan mengerjakan beberapa tugas. Sungguh pantas menyandang gelar juara satu umum. Pemuda yang mendapatkan beasiswa bakat dan prestasi.
Cukup lama mereka mengerjakan tugas bersama. Bukan tugas biologi seperti praktek ajian jaran goyang. Hanya mengerjakan tugas biasa.
Hingga hari telah menjelang sore. Amelia memutuskan untuk membersihkan dirinya terlebih dahulu sementara Savier menunggu di ruang tamu. Pemuda yang baru saja meletakkan handphonenya setelah sedikit bicara dengan kakak Amelia. Wanita bernama Siska.
Suara mobil terdengar, mata Savier melirik ke arah foto keluarga. Foto keluarga tanpa Amelia di dalamnya. Apa semua karena Tiara?
Perlahan pemuda itu bangkit, tangannya bergerak menyentuh foto masa kecil Amelia. Ternyata pacarnya dari kecil memang raut wajahnya jarang tersenyum. Tapi tetap saja, terlihat menyenangkan untuk dimiliki.
Derap langkah terdengar. Apa Tiara? Tidak! Bukan mobil sport. Mungkin kedua orang tua Amelia.
"Cih..." Savier bergumam kesal. Kemudian duduk di lantai, mengambil buku. Orang-orang inilah yang melukai Amelia. Tapi sebelum Amelia memutuskan untuk pergi dari rumah ini, kedua orang ini tetaplah ayah dan ibu Amelia.
"Kamu siapa? Kenapa duduk di lantai?" Tanya Gina kala menatap seorang pemuda berseragam SMU."Apa teman Tiara?"
"Ta...Tante." Savier menunduk ragu, bangkit dari lantai tempatnya duduk."Perkenalkan aku Savier, pacarnya Amelia. A...aku duduk di lantai karena menulis lebih mudah. Aku tidak terbiasa duduk di sofa saat menulis soal. Maafkan aku ya Tante..."
Oh! Sungguh begitu sopan dan kasihan pemuda ini. Membuat Gina tidak dapat berkata-kata.
"Pacar!? Anak kurang ajar itu punya---" Kalimat Narendra terhenti, kala pemuda itu mengeluarkan kerupuk yang harganya 5000 an di warung.
"Ini untuk Om, maaf aku cuma membawakan ini. Sebenarnya aku ingin membeli martabak. Tapi kata Amelia, aku harus menabung untuk uang ujian nanti. Sekali lagi, aku minta maaf, karena pertemuan pertama hanya membawa ini." Ucap Savier menunduk.
Perlahan Narendra menerimanya, mengingat kala dirinya diusir oleh mendiang ayahnya dari rumah, hidupnya juga tidak mudah. Wajah pemuda ini begitu baik, begitu terlihat tegar. Cocok dengan Amelia yang suram.
Tapi, tunggu dulu! Bukankah tunangan Amelia adalah Tristan. Itu artinya Amelia berselingkuh.
"Namamu Savier? Om hanya ingin mengatakan ini agar kamu tidak sakit hati. Amelia sudah memiliki Tristan. Jadi mungkin Amelia membohongimu agar Tristan cemburu." Ucap Narendra begitu mengenal watak Amelia.
"Amelia... Tristan dia menjadi kekasih Tiara." Savier tertunduk sejenak, kemudian kembali menatap wajah Narendra.
"Tidak mungkin---" Kalimat Narendra disela.
"Amelia menangis sepanjang hari. Tapi dia berkata, semuanya memang dari awal adalah milik Tiara, termasuk Tristan. A...aku hanya ingin Amelia bahagia, karena itu aku menjadi kekasihnya. Maafkan aku, aku cuma dari keluarga biasa-biasa saja." Benar-benar bagaikan malaikat bersayap lebar, tidak ada yang mengalahkan pesonanya.
"Tante setuju, tapi Tante hanya takut Amelia menindasmu." Gina menghela napas.
"Tidak kaya tidak apa-apa. Yang penting tekun, punya fisik yang baik, tekad dan kebijaksanaan. Kamu pasti akan sukses seperti Om..." Ucap Narendra terpesona.
Pasangan suami-istri yang tidak memiliki anak laki-laki. Hanya memiliki anak perempuan. Ada anak laki-laki semanis dan sebaik ini? Tentu saja akan dimanja.
Dan, mungkin itulah pemandangan yang dilihat oleh Siska hingga dirinya tidak dapat berkata-kata. Savier berada diantara kedua orang tuanya, diperlakukan seperti anak kandung sendiri.
Ditambah Amelia yang baru keluar dari kamarnya."Sayang...jangan terlalu dekat dengan orang-orang jahat ini."
Adiknya yang datar tiba-tiba manja?
"Apa kabar dunia? Sudah gila..." Gumam Siska dengan suara kecil.
manipulatif sifatnya yaa🤣🤣🤣
fix ini ketuker dari rahim 🤣🤣🤣
ayo savier tarik smua aimpati kluarg amelia,biar tmbh panas tu tiara