NovelToon NovelToon
Whispers Of A Broken Heart

Whispers Of A Broken Heart

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta setelah menikah / Pengantin Pengganti / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu / Ibu Mertua Kejam
Popularitas:711
Nilai: 5
Nama Author: my name si phoo

Kisah dewasa (mohon berhati-hati dalam membaca)

Rianti bekerja di perusahaan milik Bramantya, mantan suami adiknya. Menjelang pernikahannya dengan Prabu, ia mengalami tragedi ketika Bramantya yang mabuk dan memperkosanya. Saat Rianti terluka dan hendak melanjutkan hidup, ia justru dikhianati Prabu yang menikah dengan mantan kekasihnya. Di tengah kehancuran itu, Bramantya muncul dan menikahi Rianti, membuat sang adik marah besar. Pernikahan penuh luka dan rahasia pun tak terhindarkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my name si phoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 9

Sesampainya di rumah sakit, Bramantya membawa semua makanan yang dipesan oleh istrinya.

Dengan langkah lelah dan rambut sedikit berantakan, Bramantya masuk sambil membawa empat kantong plastik di kedua tangannya.

Rianti yang sejak tadi berbaring memeluk selimut langsung menoleh.

Begitu melihat isi kantong-kantong itu, bibirnya mengerucut otomatis.

“Bram, itu apa?” tanya Rianti

Bramantya menghampiri Rianti dan menunjukkan apa yang ia beli tadi.

"Sate kulit sudah dingin, burger dingin, es krim, dan ayam mentah." jawab Bramantya sambil menunjukkan semuanya kepada Rianti.

Rianti yang ingin marah langsung tertawa terbahak-bahak.

Bramantya yang terkejut langsung menutup mulut Rianti.

"Jangan keras-keras kalau ketawa. Ini masih tengah malam." ucap Bramantya.

Rianti langsung menganggukkan kepalanya dan menyingkirkan tangan Bramantya.

"Kamu masukkan saja di lemari es, Bram. Tidak mungkin kita masak disini. Aku makan ini saja," ucap Rianti yang mengambil es krim.

Bramantya memasukkan semuanya kedalam lemari es.

Rianti membuka es krimnya dan meminta suaminya untuk duduk.

"Ayo, Bram. Kamu dulu yang makan." ucap Rianti.

"Ri, itu buat kamu. Aku nggak suka es krim." ujar Bramantya.

Rianti langsung menyuapi suaminya yang terlihat kelelahan.

"Terima kasih ya, Bram. Aku malah merepotkan kamu." ucap Rianti sambil menikmati es krimnya.

Bramantya menganggukkan kepalanya sambil tersenyum tipis.

Kemudian Bramantya menundukkan kepalanya sambil menggenggam tangan istrinya.

"Bram, ada apa?" tanya Rianti yang melihat suaminya menundukkan kepalanya.

Bramantya meneteskan air matanya saat akan menjawab pertanyaan dari Rianti.

Jemarinya menggenggam tangan Rianti erat-erat, seakan takut jika wanita itu menghilang jika ia melepaskannya.

Ri… aku… aku salah. Semua yang kulakukan padamu… aku menyesal setengah mati,” ucapnya dengan suara serak. “Kalau kau ingin pergi dari hidupku, aku rela. Aku tak akan menahanmu lagi.”

Rianti menatap wajahnya dengan mata yang masih berkilat oleh tangis. Tubuhnya lelah, tapi hatinya tetap membara.

“Dasar bodoh! Kamu sudah memperkosaku. Menenggelamkan aku. Mendorongku sampai kepalaku berdarah. Aku tidak mau pergi dan aku akan membalas semuanya.”

Tanpa menunggu Bramantya menjawab, Rianti mendekat dan memeluk tubuhnya.

Pelukan itu kuat, menandakan kemarahan sekaligus kasih sayang yang kompleks.

Tubuh Bramantya menegang sejenak, tapi kemudian ia membalas pelukan itu dengan tangan gemetar.

Rianti menggigit lengan Bramantya dengan lembut tapi tegas, seolah ingin menegaskan bahwa ia masih hidup, masih berani, dan masih punya kekuatan.

“Ri, aku pantas menerima semua ini. Aku pantas dihukum. Aku hanya ingin kamu tetap di sini, di sisiku.”

Rianti melepaskan pelukannya sedikit, menatap mata Bramantya langsung.

Bramantya melihat bekas gigitan pada lengannya.

"Mau gigit lengan satunya?" tanya Bramantya.

Rianti menganggukkan kepalanya dan ia kembali menggigit lengan suaminya.

"Impas, kan. Sekarang aku nggak mau kamu seperti dulu lagi. Aku ingin kita menjadi suami istri sesungguhnya, Bram. Dan, aku minta tolong ajarkan aku untuk melupakan Mas Prabu." ucap Rianti sambil meneteskan air matanya.

Bramantya menatap wajah istrinya sambil menghapus air matanya.

"Rianti, aku janji akan mengajarimu untuk melupakan Prabu. Dan sekarang aku ingin pernikahan kita mulai dari nol lagi." ujar Bramantya.

Kemudian Bramantya meminta istrinya untuk kembali istirahat.

"Bram, mau temani aku tidur?" tanya Rianti.

Bramantya membelalakkan matanya saat mendengar perkataan dari istrinya.

"A-apa, Ri?" tanya Bramantya.

Rianti menggenggam tangan suaminya dan mengajaknya untuk naik ke atas tempat tidur.

Walaupun tempat tidurnya tidak besar seperti di apartemen mereka.

"Ri, sempit ya?"

Rianti yang mendengarnya langsung tertawa terbahak-bahak.

"Namanya juga rumah sakit, Bram. Kalau tempat tidurnya besar. Itu apartemen kamu." jawab Rianti.

Bramantya memeluk dan menepuk-nepuk punggung istrinya.

"Tidurlah, Ri. Besok aku bangunkan kamu." ucap Bramantya.

Dalam hitungan detik, Rianti langsung memejamkan matanya.

Sementara itu di ruang tamu, Prabu duduk termenung menatap dinding kosong dengan mata yang memancarkan penyesalan.

Tryas berdiri di depannya dengan wajahnya yang memerah.

“Mas, ada apa sampai kamu dan Bramantya bisa bertengkar seperti itu?” tanya Tryas, suaranya bergetar.

Prabu menghela napas panjang, menundukkan kepalanya sejenak sebelum menatap Tryas.

“Tryas, aku harus jujur padamu. Semua ini tentang Rianti."

Tryas langsung mengernyitkan keningnya saat suaminya menyebut nama Rianti.

"Maksud Mas Prabu, apa?" tanya Tryas.

Prabu menghela nafas panjang dan ia akan mengatakan sejujurnya kepada Tryas

"Sebenarnya aku calon suami Rianti dan aku yang sudah meninggalkannya di altar. Aku salah besar karena tidak memberitahukan kepada Rianti kalau aku menikah dengan kamu."

Tryas menatap wajah Prabu yang ada di hadapannya.

“Astaghfirullah, Mas! Kenapa kamu jahat sekali, Mas? Kamu meninggalkan Kak Rianti seperti itu? Dia tidak pantas diperlakukan seperti itu!”

Prabu menundukkan kepalanya lebih dalam, menutup mata sebentar, lalu mengusap wajahnya dengan tangan.

“Aku tahu kalau aku tidak berhak minta maaf. Tapi aku masih mencintainya, Tryas. Aku tidak bisa melupakan Rianti”

“Kalau begitu, Mas pilih aku atau Rianti. Aku tidak mau menjadi orang ketiga yang kamu sakiti. Aku ingin jelas, Prabu!"

Prabu bangkit dari duduknya dan menyusul istrinya.

"Tryas, tolong buka pintunya! Tryas!"

Tryas menangis sesenggukan dan meminta Prabu untuk tidur di luar kamar.

Prabu menghela nafas panjang dan ia pun kembali ke ruang tamu.

Prabu akhirnya memilih tidur di ruang tamu rumah sakit, tubuhnya terkulai di kursi panjang dengan selimut tipis yang disediakan rumah sakit.

Ia menatap kosong ke arah langit-langit, pikirannya penuh dengan rasa bersalah dan penyesalan.

Malam itu, ia tidak bisa memejamkan mata dengan nyenyak.

Setiap detik teringat Rianti, setiap detik menyesali keputusan masa lalunya yang telah membuatnya kehilangan kepercayaan wanita yang dicintainya.

Lampu ruang tamu yang redup menyoroti wajahnya, memperlihatkan garis lelah dan kantung mata yang jelas akibat kurang tidur.

Sesekali Prabu mengusap wajahnya, mencoba menenangkan diri, namun pikirannya terus berkecamuk, membayangkan Rianti dan Bramantya yang berada dalam satu kamar, sementara dirinya hanya bisa menunggu di luar.

Prabu yang tidak bisa tidur memutuskan untuk mengambil kunci mobilnya dan keluar mencari udara segar.

Prabu melangkah keluar dari ruang tamu rumah sakit, menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan.

Udara malam yang sejuk menyentuh wajahnya, tapi tidak mampu menenangkan kegelisahannya.

Ia memutar kunci mobilnya dan menyalakan mesin, berpikir untuk pergi sejenak ke apartemen Bramantya.

"Aku harus bertemu dengan Rianti dan meminta maaf. Aku tidak mau Rianti dengan Bramantya yang seperti itu." gumam Prabu.

Tak berselang lama ia telah sampai di apartemen Bramantya.

Saat akan memarkirkan mobilnya, petugas keamanan apartemen bertanya kepada Prabu untuk bertemu dengan siapa.

"Sayang ingin menemui Bramantya, Pak."

Petugas mengatakan kalau Bramantya tidak berada di apartemen.

"Apakah Bapak tahu kemana Bramantya pergi?" tanya Prabu.

"Saya minta maaf, Pak. Karena ini rahasia dan saya tidak bisa memberitahukannya."

Bramantya menganggukkan kepalanya dan akhirnya ia memutuskan untuk pulang ke rumahnya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!