NovelToon NovelToon
Kepincut Musuh Bebuyutan

Kepincut Musuh Bebuyutan

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta / Kisah cinta masa kecil / Cinta Seiring Waktu / Cintapertama
Popularitas:5.4k
Nilai: 5
Nama Author: juyuya

"Awas ya kamu! Kalau aku udah gede nanti, aku bikin kamu melongo sampai iler kamu netes!" teriak Mita.

" Hee… najisss! Ihh! Huekk" Max pura-pura muntah sambil pegang perut.

Maxwel dan Mita adalah musuh bebuyutan dari kecil sayangnya mereka tetangga depan rumah, hal itu membuat mereka sering ribut hampir tiap hari sampai Koh Tion dan Mak Leha capek melerai pertengkaran anak mereka.

Saat ini Maxwel tengah menyelesaikan studi S2 di Singapura. Sementara Mita kini telah menjadi guru di sma 01 Jati Miring, setelah hampir 15 tahun tidak pernah bertemu. Tiba-tiba mereka di pertemukan kembali.

Perlahan hal kecil dalam hidup mereka kembali bertaut, apakah mereka akan kembali menjadi musuh bebuyutan yang selalu ribut seperti masa kecil? Atau justru hidup mereka akan berisi kisah romansa dan komedi yang membawa Max dan Mita ke arah yang lebih manis?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon juyuya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

mimpi bikin emosi

Kringgggg!!!

"Maaaaxx!!!" teriak Mita sambil duduk tegak di kasurnya. Suaranya sampai bergema ke seluruh rumah.

Mak Leha langsung mengetuk pintu kamar.

"Mit, kamu kenapa?!" tanyanya dari luar.

Mita buru-buru mengusap wajahnya yang penuh keringat. "Nggak apa-apa kok, Maakk!" jawabnya tergesa.

Napasnya masih memburu. Ia memegang dada, lalu terdiam beberapa detik.

"Jadi… itu mimpi??"

Mita langsung merebahkan tubuhnya lagi dengan wajah penuh drama.

"Ya Allah, ngeri banget mimpinya!!"

Tangannya refleks menyentuh bibir, lalu buru-buru mengibaskan tangan seperti habis pegang sesuatu yang jijik.

"Ihhh… iuhhh!! Nggak!! Ya Allah, tolong kasih hamba jodoh yang soleh, seagama, baik, lembuttt… jangan kayak Max! Ya allah amit amittt ya allahhh"

Ia menutup wajah dengan bantal sambil meringis.

"Astaghfirullah… masa iya mimpi aku dicium sama si Max… dasar otak! Bisa-bisanya mikir yang aneh-aneh gitu."

Mita melirik jam dinding di balik bantalnya, seketika dia langsung lemas sendiri.

Mita beranjak dari kasurnya dengan malas, mengambil handuk yang tergantung di belakang pintu lalu berjalan menuju kamar mandi.

Dari dapur, Mak Leha menatapnya dengan heran.

“Kenapa kamu, Mit? Sariawan ya? Dari tadi megang-megang bibir terus,” tanyanya.

“Enggak,” jawab Mita singkat.

Brak! pintu kamar mandi langsung ditutup rapat.

Mak Leha menghela napas panjang. "Ya Allah, kenapa sih anak itu? Apa lagi itu ya, SMS? Ahh, udahlah… paling nanti balik ceria lagi."

Ia kembali fokus pada wajan panas yang sudah menunggu. Adonan pisang goreng ia masukkan perlahan, suara cesshh menyebar di udara, baunya harum sekali. Sementara itu, Pak Adul duduk santai di meja makan sambil menyeruput kopi hitam kesukaannya.

"Bah, abah tau nggak Mita kenapa?" bisik Mak Leha, meletakkan sepiring pisang goreng di hadapan suaminya.

Pak Adul hanya menggeleng pelan sambil mengambil sepotong pisang. Ia kunyah dengan tenang tanpa ekspresi.

Mak Leha mendengus, lalu menepuk lengan suaminya.

"Eh, sakit loh!" protes Pak Adul, mengusap lengannya. "Sifatnya memang sebelas dua belas sama Mita… sama-sama usil" gumamnya sambil meringis kecil.

Tak lama kemudian, terdengar bunyi cklek

pintu kamar mandi terbuka. Mita keluar dengan muka masih masam, semasam kedondong muda. Ia melangkah tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

Mak Leha dan Pak Adul saling pandang, lalu otomatis kepala mereka ikut mengikuti gerakan Mita sampai gadis itu masuk ke kamarnya.

Beberapa menit kemudian, Mita keluar dengan pakaian rapi. Ia langsung menyambar satu pisang goreng di piring, memasukkannya ke mulut dalam sekali hap!

Pak Adul sampai melongo. "Ya Allah, Mit… nggak sobek itu mulutmu?"

Mita hanya menggeleng sambil mengunyah, mulutnya penuh. Ia lalu duduk di samping ayahnya, menuang air putih ke gelas, dan meneguknya cepat.

"Mita pergi dulu" katanya singkat sambil berdiri.

"Kamu nggak sarapan dulu?" tanya Mak Leha.

Mita kembali menggeleng. "Nggak selera" Ia menyalami kedua orang tuanya, lalu berjalan menuju pintu depan.

Di rak sepatu, ia mengambil pantofel hitamnya, memakainya cepat.

Cklek! pintu rumah terbuka

udara pagi yang segar langsung menyapa wajahnya.

Mita menarik napas panjang. Ia tahu, ia tak boleh terus berlarut dalam kekesalan. Lagi pula… itu hanya mimpi, bukan kenyataan, yakannn?

"Aduh, ngapain sih aku harus mimpi itu? Nggak ada yang lain apa? Misal cowoknya diganti Sehun atau Taeyong? Ini siiii.." gerutunya sendiri, sambil melirik rumah bercat putih di seberang jalan.

Ctakk! Suara engsel pagar terdengar nyaring. Pagar hitam tinggi itu perlahan terbuka, dan Max mendorongnya hanya dengan sebelah tangan. Otot lengannya tampak jelas menegang, membuat Mita refleks menelan ludah.

Bayangan mimpinya tadi pagi langsung menyambar otaknya. Ya ampun! Jangan sekarang! Jangan kebayang lagi! buru-buru ia mengibaskan tangan ke depan wajah, seolah mengusir lebah.

"Heh, Mita! Ngapain kamu? Mau latihan nilang orang?" suara Max tiba-tiba memecah pagi. Ia bersandar santai di tembok pagar, posenya udah mirip model majalah.

Mita melotot, lalu mendengus. "Apasih! Main nyeletuk aja!"

Max ngakak keras. "Hahaha! Saya nyeletuk karena tingkah kamu aneh, udah kayak orang gila tau nggak?"

"Huh! Terserah kamu, Max. Aku waras, jadi ngalah aja! sahut Mita, pura-pura cuek sambil melangkah pergi.

"Mita!" Max cepat menyusul dua langkah.

Hedehh… apalagi sih sekarang? batin Mita kesal.

"Kamu bilang aku gila?" Max menyipitkan mata.

Mita bersedekap, mendongakkan dagu. "Aku nggak bilang, loh ya. Kamu sendiri yang bilang!"

Tatapan Max tajam menusuk, tapi Mita tak mau kalah. Ia balik menatap lekat, seolah ada percikan api yang siap meledak di udara.

"Kamu nyebelin, Mita!"

"Kamu juga nyebelin, Max!"

Mereka saling berbalik, sama-sama jengkel. Max masuk ke rumahnya, sementara Mita melangkah cepat ke arah sekolah. Bibirnya tak berhenti mengomel.

"Dasar manusia nyebelin! Nggak capek apa dari kecil kerjaannya ngusilin aku?" Mita manyun sambil menendang batu kerikil di jalan. Ia benar-benar lupa kalau dirinya sekarang seorang guru, bukan lagi anak kecil.

"Hehhh! Ya Allah… hamba nggak tau lagi mau nyebut dia itu apa! Haruskah dibilang koko geer abadi? Atau sekalian aja sultan geer nasional?" ia terus ngoceh dengan wajah masam.

"Ahhh! Pusing! Rasanya pengen kubekap mulutnya pakai kain lap bekas motor Abah!" serunya, masih sendiri.

Tanpa sadar, langkahnya sudah sampai di depan gerbang sekolah. Ia mendengus kesal.

"Gara-gara koko geer itu, aku jadi nggak nyadar udah sampai sini!"

Dengan sisa kekesalan, Mita berjalan masuk kelas. Tuk! Tasnya diletakkan keras di atas meja, sampai Bu Janah yang sedang duduk menoleh kaget.

“)"Kenapa Bu Mita? Kayak lagi ditagih tukang utang ajaaa" celetuk Bu Janah, wanita gempal bersetelan PNS yang duduk di depannya.

Mita mendengus, lalu menjatuhkan diri ke kursi plastik oranye. "Saya lagi kesel, Bu."

"Lahhh, emang kesal kenapaaa?" tanya Bu Janah sambil mengunyah keripik.

"Ahh, ada deh, Bu. Kalau diceritain, malah bikin makin kesel."

Bu Janah tersenyum menggoda. "Aduhh… perjaka mana yang nyakitin hati Bu Guru kita ini, hmm?" nadanya dibuat mendayu.

Mita memalingkan wajah, tak sanggup menjawab.

Ada, Bu. Perjaka depan rumah. Mulutnya itu loh… sewot banget, kayak bebek kelaperan nggak bisa diem! batin Mita sambil menghela napas panjang.

Tringggg! suara bel masuk berbunyi.

Dengan hati yang masih kesal, Mita berusaha tersenyum di depan murid-muridnya. Walaupun ia tahu, kalau muridnya terlalu sulit diatur, kodamnya bisa muncul kapan saja.

"Burhan!" panggil Mita.

Seorang siswa berkulit gelap menoleh ke depan, senyumnya cengengesan tanpa dosa.

Mita sudah berdiri dengan tangan berkacak pinggang di depan papan tulis, sepidol di tangannya. "Kamu ini ya, Ibu lagi jelasin masih aja main-main. Sini kamu!!"

Burhan tetap duduk di bangkunya, lalu menggeleng pelan.

"Eh, nggak ada geleng-geleng! Maju sini! Berdiri di samping Ibu!" suara Mita kali ini tegas, nyaris marah.

Burhan pun maju dengan langkah ragu. Mita menggeleng tak percaya melihat penampilan muridnya itu hari ini.

Bajunya kusut seribu lipatan, celana abunya kependekan, udah kayak dipensil. Sepatunya? Sepatu futsal! Wajahnya juga kusam, persis kayak orang nggak pernah mandi setahun.

Mita mendesah panjang. "Ya allah, Burhan… kamu ini sekolah atau baru pulang main bola sih?!"

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!