Aluna Maharani dan Reza Mahesa sudah bersahabat sejak SMA. Mereka kuliah di jurusan yang sama, lalu bersama-sama bekerja di PT. Graha Pratama hingga hampir tujuh tahun lamanya.
Kedekatan yang terjalin membuat Aluna yakin, perhatian kecil yang Reza berikan selama ini adalah tanda cinta. Baginya, Reza adalah rumah.
Namun keyakinan itu mulai goyah saat Kezia Ayudira, pegawai kontrak baru, masuk ke kantor mereka. Sejak awal pertemuan, Aluna merasakan ada yang berbeda dari cara Reza memperlakukan Kezia.
Di tengah kegelisahannya, hadir sosok Revan Dirgantara. Seorang CEO muda yang berwibawa dari perusahaan sebelah, sekaligus sahabat Reza. Revan yang awalnya sekadar dikenalkan oleh Reza, justru membuka lembaran baru dalam hidup Aluna. Berbeda dengan Reza, perhatian Revan terasa nyata, matang, dan tidak membuatnya menebak-nebak.
Sebuah kisah tentang cinta yang salah tafsir, persahabatan yang diuji, dan keberanian untuk melepaskan demi menemukan arti kebahagiaan yang sebenarnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon iqueena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KISS OR DRINK?
"Mas Revan? Eh nggak... Revan." ucap Aluna pelan, masih tak percaya dengan kehadirannya di depan pintu.
"Hai, emmm... Tadi Re-"
Belum sempat Revan menjelaskan, suara Reza dari dalam memotong. Aluna spontan menoleh ke arah Reza.
"Na, aku yang kasih tahu Revan soal kondisi kakimu. Aku pikir dia memang perlu tahu. Aku juga yang ajak dia ke sini."
Aluna mengangguk pelan, lalu kembali menatap Revan.
"Oh…" hanya itu yang keluar dari bibirnya.
Revan tersenyum tipis sambil mengangkat dan melihatkan kantung belanja yang ia bawa.
"Boleh aku masuk?"
Aluna sempat terdiam sepersekian detik, lalu buru-buru membuka pintu lebih lebar.
"Oh, boleh… Silahkan."
****
Suasana di dalam apartemen Aluna malam itu cukup ramai. Gelak tawa dan obrolan ringan teman-temannya memenuhi ruangan.
Ada yang bolak-balik mengamati interior apartemen dengan kagum, ada yang sibuk menikmati makanan yang sudah disiapkan, dan ada pula yang berdiri di balkon sambil melihat pemandangan kota malam hari.
Di ruang tamu, beberapa rekan yang berpasangan duduk santai bersama Aluna, Reza, Kezia, dan Revan. Posisi Aluna yang tepat di samping Revan membuatnya merasa canggung ia bahkan tak tahu harus berbuat apa.
Berbeda dengan Revan. Pria itu justru terlihat tenang dan nyaman, seolah suasana tidak membebaninya sama sekali.
"Kaki kamu masih sakit banget?" tanya Revan, matanya sempat melirik ke kaki Aluna yang terlihat bengkak.
Aluna menggeleng cepat, berusaha tersenyum.
"Nggak kok. Cuma bengkak aja. Sakitnya udah agak reda."
"Oh, syukurlah." jawab Revan.
Percakapan singkat itu pun berhenti di situ. Hening di antara mereka terasa kaku, membuat Aluna kembali diliputi rasa canggung.
Sementara itu, di sisi lain, Reza dan Kezia larut dalam tawa. Reza melontarkan lelucon, dan Kezia merespons dengan tawa ceria.
Pemandangan itu tanpa sadar membuat dada Aluna sesak. Biasanya, dialah yang berada di posisi Kezia tertawa dan bercanda di samping Reza.
Aluna menghela napas berat, wajahnya terlihat sedikit cemberut dan tertunduk. Namun, ekspresi itu tak luput dari perhatian seseorang.
Revan yang sejak tadi mengamati, sempat menoleh ke arah Reza dan Kezia, lalu kembali melihat Aluna. Ia mengangguk paham, dari sorot matanya, jelas ia mengerti apa yang sebenarnya membuat Aluna tampak murung malam itu.
Tak lama kemudian, Yuna keluar dari kamar Aluna setelah menikmati angin malam di balkon. Ia menepuk tangan beberapa kali, membuat semua orang menoleh.
"Heii, kalian ini gimana sih? Kita kan datang untuk menjenguk dan menghibur Aluna, kok malah sibuk sendiri-sendiri?" tegurnya dengan senyum lebar.
Beberapa rekan yang tadinya asik di balkon dan dapur segera berkumpul di ruang tamu, mendekati Yuna.
"Eh, gimana kalau kita main satu permainan?" usul salah seorang rekan dengan semangat.
Aluna mengerutkan dahi, heran. "Permainan? Permainan apa?"
Yuna langsung bersinar mendengar ide itu. Ia menoleh ke Andika, lalu dengan ekspresi penuh semangat berkata.
"Gimana kalau kita main putar botol?" ujarnya sambil menyenggol lengan kekasihnya.
Andika, yang langsung paham kode dari Yuna, cepat-cepat menimpali.
"Setuju! Permainannya gampang, namanya Kiss or Drink," jelasnya sambil mengambil botol kosong di meja.
"Kita duduk melingkar. Terus, botol diputar di tengah. Kalau ujung botol berhenti tepat ke arah kita, berarti kita harus cium orang yang duduk berhadapan dengan kita. Tapi kalau nggak mau cium, ya harus minum."
Beberapa rekan langsung bersorak setuju. Sementara itu, Aluna hanya bisa menghela napas. Menurutnya ide itu sedikit gila, tapi mengingat usia mereka yang rata-rata sudah lewat angka dua puluh lima, permainan semacam itu mungkin tak masalah.
Lagi pula, kalau ia tidak nyaman mencium seseorang, ia masih bisa memilih minum air putih saja.
****
Semua orang sudah duduk membentuk lingkaran. Ada yang sengaja memilih duduk berhadapan dengan pasangan, ada pula yang justru mendapati diri berhadapan dengan orang yang diam-diam mereka benci. Benci tapi cinta, tepatnya ^^.
Aluna sebenarnya berniat duduk di depan Reza. Baginya, itu kesempatan yang tak ingin ia lewatkan, mengingat hatinya sudah lama menyimpan rasa pada pria itu.
Namun rencananya buyar ketika Kezia dengan cepat menempati posisi di hadapan Reza. Aluna tak punya pilihan lain selain duduk di samping Kezia.
Dan siapa sangka, Revan ternyata sudah lebih dulu duduk di samping Reza yang artinya tepat berhadapan dengan Aluna.
Saat menyadari hal itu, Aluna langsung gelisah. Ia menggerakkan kakinya pelan, berniat berdiri dan mundur dari permainan.
Namun baru saja ia setengah berdiri, sebuah tangan menahan bahunya. Andika, yang sejak tadi berdiri di belakang, langsung menegur.
"Etsss… nggak ada yang boleh mundur dari permainan ini. Kalau ada yang mundur, maka harus didenda. Traktir semua orang di sini makan siang selama tujuh hari berturut-turut."
Aluna membeku, ternganga. Ia menoleh menatap Andika dengan wajah tak percaya, tapi akhirnya hanya bisa pasrah dan kembali duduk.
Dari seberang, Revan menatapnya dengan senyum tipis, jelas menikmati kegugupan Aluna.
Tak lama, Andika ikut duduk. Ia sengaja mengambil tempat berhadapan langsung dengan Yuna, belahan hatinya. Dengan ekspresi penuh percaya diri, ia mengeluarkan dua botol kaca hijau dari dalam tasnya.
"Ekhm… tentu saja minumnya bukan air putih. Permainan ini harus ada tantangannya." ucapnya sambil meletakkan dua botol itu di tengah lingkaran, lengkap dengan beberapa gelas kecil khusus.
"Soju? Yang bener aja, Dika. Lu dapat dimana lagi yang beginian." ucap Aluna tak percaya, matanya membulat melihat botol hijau itu.
Reza ikut terkejut, spontan menoleh.
"Tapi Aluna nggak minum alkohol, Dika."
Alis Andika terangkat, tatapannya berpindah ke arah Aluna. Gadis itu tersenyum tipis, seolah memberi isyarat bahwa dirinya bisa bebas dari kewajiban permainan.
Namun Andika jelas tidak mudah memberi celah. Ia menyeringai kecil lalu berkata,
"Kalau begitu ya jangan diminum, Aluna. Kan ada dua pilihan, Kiss or Drink."
Tawa pelannya pecah sesaat, hingga akhirnya ia buru-buru memutar botol pertama kali tanpa memberi kesempatan Aluna membantah.
****
Putaran pertama pun dimulai. Botol kaca berputar cukup kencang, berputar-putar hingga akhirnya melambat dan berhenti.
Ujung botol mengarah tepat ke salah satu perempuan, sementara di hadapannya seorang pria menatap dengan sorot mata dingin.
Sekejap ruangan pecah oleh suara tawa dan sorakan.
"Cium! Cium! Cium…!" teriak mereka hampir bersamaan.
Semua mengira perempuan itu yang akan maju. Tapi siapa sangka, justru pria di depannya yang lebih dulu bergerak. Ia mendekat, lalu dengan santai menarik dagu perempuan itu.
Cup!
Kecupan singkat mendarat di bibirnya. Spontan membuat semua orang berteriak kecil, sebagian menutup mulut menahan teriakan, yang lain sampai membungkuk menahan tawa.
"Akhhh… apa ini?!" seru salah satu dari mereka sambil tergelak.
"Hahaha, Kamu liat wajah Rika nggak? Wajahnya langsung jadi merah tuh !" timpal yang lain.
Aluna ikut tertawa, buru-buru menutup wajah dengan kedua telapak tangannya, tapi tetap menyisakan celah kecil di antara jari-jarinya untuk mengintip.
"Astaga… Fero," gumamnya di sela tawa. "Nggak nyangka malah dia yang duluan nyium."
💋💋💋
Putaran kedua pun dimulai. Botol kembali diputar dengan cepat, berputar liar di tengah lingkaran, membuat semua mata otomatis mengikutinya.
Tawa dan sorakan kecil kembali pecah, menambah tegang suasana. Putarannya perlahan melambat… Semakin pelan… Hingga akhirnya berhenti.
Kali ini, ujung botol tepat mengarah ke…
...----------------...
Ada yang bisa tebak gak, Ke arah siapa kepala botol tertuju?
Yang kepo dengan visual mereka, bisa langsung cek di ig yah... ⬇️⬇️⬇️
kebanyakan nonton Drakor lu lun..
kali dia emang mau ngasih duit segepok,tapi nyuruh jgn ninggalin anaknya
abis....takut belok beneran
ini mumpung ada betina yg mau dan khilaf🤣🤣🤣
yg penting pasangan perempuan..
seenggaknya lega euy,anak gw ga belok
abis ga pernah ketawan gandeng cewek
di ga tau aja,udah kyk soang anknya maen nyosor Mulu🤣🤣