NovelToon NovelToon
Detektif Dunia Arwah

Detektif Dunia Arwah

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Iblis / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / TKP / Hantu
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Nadinachomilk

Seorang detektif muda tiba-tiba bisa melihat arwah dan diminta mereka untuk menyelesaikan misteri kematian yang janggal.

Darrenka Wijaya, detektif muda yang cerdas namun ceroboh, hampir kehilangan nyawanya saat menangani kasus pembunuh berantai. Saat sadar dari koma, ia mendapati dirinya memiliki kemampuan melihat arwah—arwah yang memohon bantuannya untuk mengungkap kebenaran kematian mereka. Kini, bersama dua rekannya di tim detektif, Darrenka harus memecahkan kasus pembunuhan yang menghubungkan dua dunia: dunia manusia dan dunia arwah.

Namun, bagaimana jika musuh yang mereka hadapi adalah manusia keji yang sanggup menyeret mereka ke dalam bahaya mematikan? Akankah mereka tetap membantu para arwah, atau memilih mundur demi keselamatan mereka sendiri?

Update setiap hari,jangan lupa like dan komen

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadinachomilk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

CHAPTER 9 PANTI KASIH

Selina memperlihatkan gambar panti itu lebih jelas,tempatnya kumuh,bahkan bangunannya ga layak kalau dapat donasi 1 milyar.

"Bangunan apa itu anjir"kata Gavin yang melihat dengan tatapan aneh.

"Iya anjir,bangunannya ga menggambarkan dapet donasi 1 milyar" Selina ikut menimpali.

"Gila duitnya buat apa itu anjir"kata Darren.

Gavin merebahkan diri di sofa, mengusap wajahnya.

"Gila besok bakal ribet nih. Gue nggak kebayang duit segede itu dipake buat bangunan yang kayak gini"

Darren menegakkan badan, menarik napas panjang.

"Ya kita nggak bisa mikir terlalu lama malam ini. Besok kita harus siap. Semua catatan, kamera, dan alat harus dibawa. Ini bukan sekadar investigasi biasa"

Selina menutup laptop, menaruhnya di meja, lalu menatap teman-temannya satu per satu.

"Kita istirahat dulu malam ini. Besok pagi kita berangkat ke Panti Kasih,buat cari tau apa yang ada disana"

Jena menepuk-nepuk tangannya pelan, masih membayangkan bangunan panti yang kumuh itu.

"Gue juga mau cek langsung. Kalau ini benar-benar bagian dari Li Meditech, pasti ada yang nggak beres di balik layar"

Mereka berempat akhirnya memutuskan untuk beristirahat. Darren menyalakan lampu meja kecil di samping sofa, sementara Selina dan Jena menata alat-alat mereka agar mudah dijangkau besok pagi. Gavin menutup matanya, mencoba menenangkan diri meski pikirannya masih dipenuhi pertanyaan tentang panti itu.

Keesokan paginya, sinar matahari belum terlalu terik saat Darren, Selina, Jena, dan Gavin bersiap. Mereka mengecek perlengkapan kamera, catatan, dan ponsel lalu masuk ke mobil Darren.

Gavin duduk di kursi pengemudi, menyalakan mesin, dan segera menyetel aplikasi peta di layar mobil.

"Oke, ini rute tercepat ke Panti Kasih. Harapannya nggak ada gangguan di jalan" ujarnya sambil sesekali menatap rekan-rekannya.

Darren menatap kaca depan, matanya tetap waspada. Selina duduk di kursi belakang sambil membuka catatan digital yang berisi semua dokumen dan data yang sudah ia kumpulkan tentang Li Meditech dan panti itu. Jena duduk di sampingnya.

Mobil itu melaju di jalanan pagi yang masih sepi, suara mesin bergema ringan di dalam kabin. Suasana hening, hanya terdengar napas dan sesekali suara jari yang mengetuk layar ponsel.

Beberapa menit kemudian, mereka tiba di lokasi Panti Kasih. Mereka memandang dari dalam mobil, disambut pemandangan yang jauh dari harapan.

Bangunan itu kumuh, cat dindingnya terkelupas, atapnya bocor di beberapa bagian. Halaman depan dipenuhi sampah dan rerumputan liar. Anak-anak yang terlihat di halaman tampak kucel, rambut acak-acakan, pakaian lusuh, beberapa bahkan berjalan tanpa alas kaki.

Darren menelan ludah.

"Ini tempatnya dapat donasi segede itu?" gumamnya.

Gavin menatap sekeliling dengan mata terbelalak.

"Nggak mungkin bangunannya bahkan nggak layak huni" katanya sambil mengusap wajahnya.

Selina mencondongkan tubuh, memotret beberapa sudut bangunan dan anak-anak di halaman.

"Ada yang nggak beres di sini. Kalau ini bagian dari Li Meditech, pasti ada sesuatu yang mereka sembunyikan" katanya tegas.

Jena mengangguk, menatap teman-temannya.

"Oke, kita harus masuk dan cari tahu. Tapi hati-hati, kita nggak tahu siapa atau apa yang bakal kita temui di dalam"

"Gue udah siap nih"Gavin memperlihatkan jas yang ia pakai lalu membawa koper isi uang.

"Lo mau ngapain vin?"tanya Selina.

"Biar ga dicurigain,kita harus nyamar mau donasi disini"kata Gavin.

"Oke,gue sama Gavin bakal masuk kalian berdua jaga disini"kata Darren.

"Bentar" Jena membenarkan dasi milik Darren dan Gavin.

Gavin menggunakan kacamata hitam,lalu bergaya .

"Gimana gue,keren kan"

"Uda buruan"Darren menyeret tangan Gavin.

Darren dan Gavin melangkah hati-hati ke dalam panti, membawa koper besar yang berisi uang seolah-olah mereka adalah donatur baru yang ingin menyumbang. Mereka menyesuaikan ekspresi wajah, menampilkan senyum hangat dan sopan, mencoba terlihat meyakinkan.

Begitu pintu terbuka, seorang wanita paruh baya muncul. Rambutnya disanggul rapi, wajahnya tegas namun ramah. Ia mengenakan seragam sederhana berwarna pastel.

"Selamat pagi, ada yang bisa saya bantu?" sapa wanita itu dengan suara lembut namun penuh kewaspadaan.

"Selamat pagi, Bu Kami ingin memberikan sumbangan untuk anak-anak di sini" kata Darren sambil tersenyum tipis.

Ia menggeser koper sedikit ke arah Bu Lina, seolah memberi kesan koper itu penuh dengan uang donasi.

Gavin menambahkan,

"Kami mendengar Panti Kasih ini menerima banyak bantuan, dan kami ingin ikut berkontribusi"

Bu Lina menatap koper itu sejenak, lalu tersenyum sambil menepuk-nepuk tangannya.

"Oh terima kasih banyak. Anak-anak pasti senang dengan bantuan seperti ini. Saya Bu Lina, salah satu pengelola panti"

Darren dan Gavin membalas senyum itu dengan anggukan, mencoba tetap tenang. Darren terus memperhatikan setiap detail lalu menggerakan badannya karena disitu ada kamera yang ada di dasi ke arah sudut ruangan, anak-anak yang bermain, pegawai lain yang lalu-lalang, dan suasana keseluruhan panti. Semua itu akan menjadi bahan penting untuk menyelidiki rahasia di balik Panti Kasih.

"Kalau begitu, mari kita ke ruang administrasi dulu. Nanti saya tunjukkan ke mana sumbangan bisa ditempatkan" kata Bu Lina sambil melangkah lebih dulu, diikuti Darren dan Gavin.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!