NovelToon NovelToon
Bukan Kamu Boss...Tapi Barista Berotot Itu

Bukan Kamu Boss...Tapi Barista Berotot Itu

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Persahabatan / Romansa / Satu wanita banyak pria
Popularitas:748
Nilai: 5
Nama Author: whatdhupbaby

Vivian Shining seorang gadis dengan aura female lead yang sangat kuat: cantik, baik, pintar dan super positif. Dia tipe sunny girl yang mudah menyentuh hati semua orang yang melihatnya khusunya pria. Bahkan senyuman dan vibe positif nya mampu menyentuh hati sang bos, Nathanael Adrian CEO muda yang dingin dengan penampilan serta wajah yang melampaui aktor drama korea plus kaya raya. Tapi sayangnya Vivian gak sadar dengan perasaan Nathaniel karena Vivi lebih tertarik dengan Zeke Lewis seorang barista dan pemilik coffee shop yang tak jauh dari apartemen Vivi, mantan atlet rugbi dengan postur badan bak gladiator dan wajah yang menyamai dewa dewa yunani, juga suara dalam menggoda yang bisa bikin kaki Vivi lemas sekita saat memanggil namanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon whatdhupbaby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 9 Date Dadakan dengan Sang CEO

Hari ini hari dimana jadwal meeting dengan klien yang telah direncanakan oleh Pak Nathanael.

Vivian, demi hari ini memilih tampilan yang jauh dari kesan manis dan hangat yang biasa dia kenakan namun masih membawa kesan elegan profesional.

Kemeja biru muda, dengan detail kerut di lengan, memberikan twist modern pada siluet formal. Rok A-line panjang berwarna putih gading jatuh dengan anggun, menciptakan gerak yang lembut dan penuh kemewahan di setiap langkah.

Sabuk tipis beige dengan buckle emas mengukir garis pinggang yang sempurna. Gelang emas berhiaskan liontin bundar memantulkan cahaya dengan setiap gerakan tangan, dan tas bucket bag warna cokelat muda melengkapi tampilan dengan nuansa kemewahan understated. Loafer putih dengan emblem emas menjadi sentuhan akhir yang memadukan kenyamanan dan gaya tanpa kompromi.

Dan rambut yang biasanya digerai kini disempurnakan dengan tatanan messy bun yang anggun. Beberapa helaian tipis yang sengaja terurai di pelipis.

Meskipun memakai outfit yang mampu memancarkan aura kepercayaan diri Vivian terlalu pasrah dengan rasa gugupnya.

Berdiri di depan restoran mewah, jari-jarinya memeluk tasnya seperti perisai. Matanya berkali-kali melirik pria tampan tinggi yang berdiri disampingnya.

"Kliennya telat." Ucap Nathanael matanya terarah pada jam rolex di pergelangan tangannya, berdiri di samping Vivian dengan jas abu-abu yang membuat bahunya terlihat lebih lebar.

Kemudian Nathanael menghela napas, aroma kayu dan vanilla dari parfumnya bercampur semilir angin yang bertiup lembut langsung menuju indra penciuman Vivian. "Sepertinya iya, pak. Tapi kita sudah terlanjur revervasi meja ."

" Kita tunggu di dalam saja." Ucap Nathanael sambil melangkahkan kaki panjangnya masuk kedalam restoran mewah di ikuti Vivian dibelakangnya berusaha mengejar langkah panjang Nathanael.

" Kamu tampak beda hari ini Vi." Ujar Nathanael tiba tiba saat Vivi sudah berjalan disampingnya.

Vivian yang mode panic langsung melihat penampilannya yang sudah dia siapkan sedari subuh. " Eh, apa...apa gak cocok...pak?."

" Ini cocok untukmu," Ujar Nathanael, suara rendah tapi jelas. "Elegan. Tapi tetap..." Mata Nathanael melirik sekilas pada Vivi disamping nya. "...mempertahankan cahayamu."

Seketika Vivian hampir jatuh tersandung anak tangga.

Mini-Vivi jatuh terguling dari atas bahu Vivi. "DIA BARU SAJA MEMBUNUH KITA DENGAN SATU KALIMAT! CEO INI TAK BOLEH DIREMEHKAN!"

" Hati-hati. " Ucap Nathanael yang sigap meraih bahu Vivian yang tersandung agar tidak terjatuh dan membantunya berdiri seimbang.

" GYAA!! .VI, DIA SENTUH KAMU DENGAN TANGAN JUTAAN DOLLAR NYA!!" Teriak Mini-Vivi yang menjadi backsound di dalam kepala Vivian yang terus berulang.

Dan Vivian berjalan tegang dengan keringat dingin juga jantung berdetak liar dengan tangan hangat yang masih menyentuh punggung nya seolah menjaganya untuk tidak kembali terjatuh.

” SKENARIO DRAMA APA LAGI INI!!! ”

_____

Saat sudah berada didalam restoran, telapak tangan yang terasa hangat itu melepas punggungnya.

Dan tidak tahu kenapa Vivian merasa kecewa...atau lega...

Seorang pelayan berpakaian kemeja rapi membawa mereka ke meja bundar kecil paling tepi di pinggir jendela dengan view pemandangan kota, yang jelas didesain untuk 2 orang.

Mini-Vivi melompat turun dari pundak Vivi untuk berdiri di atas meja. "INI MEJA ROMANTIS! UNTUK CANDLELIGHT DINNER! KLIENNYA PASTI DIKADALIN NIH,"

Vivian menyenggol gelas air dengan sengaja untuk membungkam Mini-Vivi yang berdiri diatas meja dengan kedua lengan di pinggang mungilnya.

" Jangan ke PEDE an." Desis pelan Vivian pada meja didepannya yang entah kenapa bisa terdengar oleh Nathanael yang langsung mengarahkan pandangan padanya. " Kenapa Vi?."

Vivian yang panik langsung menggoyangkan kepalanya cepat." A..ah gak..Pak..."

Mini-Vivi balas mendesis. "DASAR VI BODOH!!"

______

Menu yang mereka pesan akhirnya datang.

Tanpa bertanya pada Vivian, Nathanael memesankan scallop truffle untuk Vivian dan Steak Wagyu untuk dirinya.

Entah mengapa dan bagaimana, dengan alasan apa, tiba tiba saja Nathanael menyodorkan satu potongan kecil daging steak di garpunya ke arah Vivian dengan wajah dingin flat nya. "Coba. "

Vivian membeku.

Mini-Vivi berteriak di telinganya. "INDIRECT KISS! INDIRECT KISS! TAPI DIA CEO! KALAU KAU NOLAK, KITA DI-PHK!"

" Udah aku bilang jangan buat skenario drama gak masuk akal!." Bisik Vivian memperingatkan Mini-Vivi dari dalam kepalanya.

Lalu dengan wajah merah, Vivian tergagap. "Aku... aku... Terimaksih."

Tetapi tidak untuk menyuapinya seperti kehaluan Mini-Vivi. Nathanael dengan senyum tipis meletakan potongan daging itu diatas piring Vivi. " kalau suka aku akan pesankan untukmu."

" Yah gak jadi inderct kiss deh..." Mini-Vivi kecewa skenario dramanya gak terjadi.

______

Meskipun sampai hidangan mereka hampir habis, klien yang di tunggu tidak juga datang.

Vivian memberanikan diri mengatakan."Apa kita perlu telpon kliennya?."

Nathanael tenang meminum Wine nya. "Dia sudah kirim pesan kalau batal meeting hari ini lewat WA 10 menit lalu."

Mini-Vivi jatuh pingsan di atas piring. "DIA SENGAJA! INI DATE! KITA DITIPU DATE!."

Vivian minum air 3 teguk berturut-turut.

"Proyekmu minggu lalu," Nathanael tiba-tiba bicara, mata menyala di bawah sinar matahari yang masuk dari jendela kaca disamping mereka. " Itu brilian."

Vivian tersedak oleh pujian yang tiba-tiba itu." ..oh..te.. terimakasih pak..."

"Tapi presentasimu saat memimpin proyek itu lebih menarik."

Mini-Vivi bangkit dari pingsan. "APA YANG MENARIK?! SIAPA YANG MENARIK?!. PROYEK NYA ATAU ORANGNYA?!."

Sekali lagi Vivian tersedak minumannya.

_______

Nathanael dengan lancar menggesek kartu hitamnya tanpa sempat Vivian melihat nominalnya. Vivian mencoba protes, "P-Pak Nathanael, biar...biar aku saja..."

"Sudah," potongnya halus tapi tegas, "anggap ini bonus untuk keberhasilan proyek pertama mu."

Mata Nathanael yang dingin tapi hangat menatap (?) nya, membuat Vivian cepat-cepat mengangguk dan mengurungkan niat membayar separuh.

Mini-Vivi di bahu Vivian menggigil:

"DIA BAYARIN MAKANAN KITA. INI RESMI DATE. AURA MALE LEAD NYA MEMANG TAK TERKALAHKAN!!"**

Perjalanan pulang mobil mewah Nathanael meluncur mulus di jalanan yang sudah sepi. Vivian duduk di kursi penumpang dengan postur kaku seperti robot, tangannya terlipat rapi di atas tas.

"Kamu selalu segugup ini di dekatku?" Nathanael tiba-tiba bertanya, suaranya lebih rendah dari biasanya.

"A-Aku tidak..."

"Atau hanya aku yang bikin kamu nervous?". Senyum kecil muncul di sudut bibirnya.

Mini-Vivi nyemplung ke dashboard mobil. "DIA BERCANDA?! CEO DINGIN INI BISA BERCANDA?! VI, KITA DALAM BAHAYA BESAR!!."

Vivian menggigit bibir, berusaha tenang. "Aku cuma... tidak terbiasa dengan situasi seperti ini."

Siapa yang sangka meskipun mata tetap fokus memperhatikan jalan didepannya tiba-tiba Nathanael mengembangkan senyuman menawan yang sangat langka yang mampu membuat jantung Vivian berdegup semakin kencang.

" Situasi seperti apa Vi?." Tanya nya masih dengan senyuman terkembang memandang sesaat Vivian sebelum kembali memperhatikan jalan mengendalikan laju mobilnya.

JAWAB KALAU KAMU GAK TERBIASA NGEDATE SAMA BOS!! Teriak Mini-Vivi.

Entah kenapa Vivian merasa terpojok dengan pertanyaan itu dan hasutan Mini-Vivi mengaburkan pikirannya. Si...si...situasi makan bersama

Nathanael tertawa. " Kan, aku sudah bilang Vi, biasakan. Karena selanjutnya kita akan lebih sering keluar bersama."

"WHAT!! DALAM RANGKA APA!! BISNIS ATAU DATE LANJUTAN!!." Panik Mini-Vivi dari atas dasboard mobil.

Seketika Vivian memucat.

" Becanda Vi." Ucap Nathanael. "Tapi aku juga serius, biasakan dirimu jika didekat ku."

Perjalan menuju apartemen Vivian dibayangi kesunyian diantara keduanya. Nathanael yang harus konsentrasi saat menyetir dan Vivian tidak tahu obrolan apa yang harus dia buat terlalu canggung dengan percakapan sebelumnya.

Lalu mobil melintasi jalan yang dilewati Vivi setiap hari untuk berangkat dan pulang kerja. Dan disana perlahan terlihat semakin jelas kafe yang selalu dia datangi setiap pagi dan sore.

Dan tanpa sadar seperti tarikan magnet, matanya otomatis tertuju ke arah kafe Zeke yang masih ramai.

Di sana, Zeke dengan tubuh tinggi besarnya sedang berdiri di depan kafe, kaos hitam ketat yang tak mampu menampung lengan berotot nya dan celana jeans biru kusam yang entah bagaiman menambah aura dominasinya. Dia sedang mengantarkan pesanan ke pelanggan yang hendak pergi. Tawanya yang khas terdengar samar dari dalam mobil.

Vivian tanpa sadar menatap terlalu lama, bibirnya bergetar hampir tersenyum.

Mini-Vivi menempelkan seluruh tubuhnya seperti cicak dikaca mobil agar dapat view jelas tubuh bak gladiator nya Zeke.

Lalu tiba-tiba Zeke menoleh memandang ke arah mereka atau mobil mewah Nathanael yang langsung membuat Vivi refleks bersembunyi dengan sedikit menurunkan badannya ke dalam kursi mobil, kebiasaan setiap kali dia mengambil foto diam diam Zeke.

Dan Nathanael yang tanpa Vivi sadari melihat nya. "Kamu kenal dia?." Suara Nathanael tajam dan tiba-tiba, memecah lamunan Vivian.

Vivian menoleh cepat, pipi memerah."I-Itu... itu barista di kafe langgananku."

Nathanael dengan nada suara yang berubah datar tidak seperti Nathanael yang penuh tawa tadi. Mata tajam dan dingin melihat sekilas ke arah Zeke. " Oh."

Mini-Vivi dengan mata terbelalak dan tubuh bergetar hebat. "DIA...DIA KENAPA?!. KENAPA TIBA TIBA MARAH?. DIA GAK CEMBURU SAMA ZEKE KAN?."

Vivian menelan ludah.

______

Setelah sampai di depan Apartemen dan akhir perjalan yang canggung.

Mobil berhenti. Nathanael turun dan membukakan pintu untuk Vivian seperti gentleman sejati.

Vivian nyaris tersandung ( untuk kedua kalinya ) saat keluar dari dalam mobil, tapi Nathanael tanpa kata-kata memegang lengannya ( untuk kedua kalinya ) sentuhan singkat tapi membuat jantungnya berdegup kencang ( untuk kesekian kalinya )

"Terima kasih untuk hari ini," Ucap Vivian, suaranya kecil, matanya tak berani menatap.

Nathanael mengangguk, matanya gelap menatap Vivi.

Tapi sebelum Vivian bisa balik badan untuk masuk gedung apartemennya, Nathanael memanggil nya. " Vivian," Suaranya lebih dalam dari biasanya, " Outfitmu tadi... sangat cocok untukmu."

Mini-Vivi nyaris menjerit. "DIA ULANGI PUJIANNYA!. JADI...JADI DIA GAK MARAH KAN??. TADI CUMAN HALUSINASI KITA KAN??."

Vivian yang mendengar jeritan Mini-Vivi perlahan mengangkat wajahnya yang tertunduk, melihat langsung Nathanael memastikan kalau apa yang dikatakan Mimi-Vivi nyata.

Dan Nathanael meskipun tetap dengan mata tajam melihatnya namun tidak ada jejak tatapan dingin untuknya.

Lalu dengan senyum kecil Vivian mengucapkan, " Terimakasih." Sebelum kakinya membawa lari masuk kedalam gedung apartemennya.

1
Naurila Putri
kereenn lanjutt terussssss kakkk
ethereal: terimakasih kak🙇🙇
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!