Seorang gadis yang di paksa orang tuanya untuk menikah muda untuk melindunginya dari masa lalu yang terus menganggunya. Namun siapa sangka jika gadis itu di jodohkan dengan seorang pemuda yang menjadi musuh bebuyutannya. Lalu bagaimana pernikahan mereka akan berjalan jika mereka saling membenci?mungkin kah cinta akan tumbuh dalam diri mereka setelah kebersamaan mereka
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ella ayu aprillia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
9
Revan melangkah lebih dulu meninggalkan Gisella di belakangnya. Saat membuka pintu suasana hening menyambut kedatangan mereka berdua.
Mereka mendekati meja dan melihat wajah kedua orang tuanya yang tampak bertanya - tanya dan khawatir.
"Sayang mama minta maaf." Ucap mama Sinta memeluk anaknya lalu di susul bunda Diana yang juga memeluk calon menantunya.
"Kita sudah pikirkan ini matang - matang dan ini adalah yang terbaik buat kita semua."tambah bunda Diana.
"Iya tan, aku ngerti dan aku..aku setuju.."
Semua yang di sana tampak diam dan saling pandang. Dan sesaat kemudian mereka semua merasa lega dan bahagia.
"Kalau begitu mulai sekarang panggil tante bunda dan om ayah,oke."pinta bunda Diana. Gisella tampak diam lalu mengangguk samar.
"I..iya bunda.."
Mereka semua tersenyum lega, akhirnya Gisella dan Revan mau menerima perjodohan ini.
"Dan Revan juga sekarang harus belajar panggil om dan tante mama dan papa."pinta mama Sinta pula.
"Iya ma.."jawab Revan sopan. Tidak seperti biasa saat sedang di sekolah.
"Kenaikan kelas kalian tinggal sebulan lagi kan? Gimana kalau nanti pernikahan kalian di adakan di Bali sekalian kita liburan dan sekalian menyembunyikan pernikahan kalian dulu. Meskipun sekolah itu milik ayah tapi ayah tidak ingin pernikahan ini diketahui oleh pihak sekolah dan jadi contoh untuk siswa yang lain."terang ayah Derry.
Gisella merasa lega dengan keputusan yang diberikan ayah Derry karena ia juga tidak ingin teman - temannya tahu tentang pernikahan ini toh ini hanya pernikahan sementara.
"Sebulan lagi."katanya lirih namun masih bisa di dengar oleh semua orang.
"Iya sayang..bukanya 2 minggu lagi kalian akan ujian kenaikan kelas..?" Tanya mama Sinta.
"I..iya ma.."jawab Gisel gugup.
"Mama senang kamu menerima perjodohan ini sayang. Mama yakin Revan bisa jadi suami yang baik untuk kamu dan kamu juga harus jadi istri yang baik untuk Revan."ujar mama Sinta menasehati putrinya.
Revan dan Gisel saling pandang sesaat lalu memalingkan wajahnya ke arah lain.
"Gimana mau jadi suami yang baik kalau kelakuannya aja kaya preman,"batin Gisella dalam hati.
Di tempatnya pula Revan berucap dalam hati "gimana mungkin gadis bar - bar kaya Gisella jadi istri yang baik."
Waktu semakin malam kini kedua keluarga tersebut berpisah. "Sayang kapan - kapan main ya kerumah bunda. Kita bisa ngobrol - ngobrol bareng biar bunda ada temennya."ucap bunda Diana saat memeluk tubuh calon menantunya.
"Iya bun, nanti kalau ada waktu Gisel main."balas gadis itu dengan senyum ramah...
"Revan tolong jaga anak mama kalau di sekolah, tegur dia kalau dia buat masalah. Kamu pasti tahu kan kebiasaan Gisella."timpal mama Sinta.
"Iya ma, mama tenang aja aku akan jaga Gisel dengan baik."ucapnya dengan mata yang tertuju pada gadis yang ada dalam pelukkan bundanya.
Mereka berpisah dan Revan pamit lebih dulu karena ia akan pergi bertemu dengan teman - temannya.
"Ayah, bunda, mama, papa dan kak Marcel, kak Rania aku duluan karena ada acara sama teman - teman."pamit Revan sesopan mungkin.
Semua orang mengangguk dan Revan mencium punggung tangan kedua orang tuanya juga kedua orang tua Gisella.
"Marcel juga pamit ya ma pa mau antar Rania pulang."pamit Marcel kepada orang tuanya.
"Iya kak, kakak hati - hati jangan ngebut.."ujar mama Sinta. Begitu pun dengan Rania ia juga pamit kepada kedua orang tua kekasihnya, Marcel.l
"Ma pa Rania pulang. Om tante Rania pamit pulang terima kasih makan malamnya."pamit Rania sopan.
"Iya sayang..hati - hati.."jawab bunda Diana.
***
Revan sampai di markas di mana kedua sahabatnya sudah berada di sana dengan beberapa anggota lain. Iya memang Revan adalah ketua geng Dragon. Bukan geng yang membuat onar di jalanan melainkan geng yang solid dan sering melakukan santunan di panti asuhan.
"Bos bagaimana sudah siap?" Tanya Rio saat melihat Revan mendekat. Revan duduk di salah satu sofa kosong. "Hmmm." Gumamnya pelan dengan wajah kusut. "Elo kenapa bos kusut amat tuh muka." Tanya Rendi. "Gue nggak papa,gimana persiapannya sudah siap?"tanya Revan datar dan dingin.
"Semua sudah beres kita tinggal datang dan balapan."ujar salah satu anggota dragon. Revan mengangguk lalu melirik jam di pergelangan tangannya. 45 menit lagi balapan akan dimulai.
"Kita jalan sekarang."ajak Revan bangkit dari duduknya. Semua orang bangkit dari duduknya lalu melangkah keluar menuju motor masing - masing. Karena jarak yang cukup jauh mereka menempuh perjalanan selama 40 menit.
Tiba di area balapan semua orang memilih tempat biasa sedangkan Revan, Rio dan Rendi langsung menuju area balapan. Disana sudah ada beberapa orang yang juga akan ikut balapan. Bukan hadiahnya yang Revan inginkan tapi Revan hanya ingin meluapkan emosi dan kegundahan hatinya lewat angin malam. "Elo ketua geng dragon."tanya seseorang di samping yang tak lain adalah Dion ketua geng Tiger dari Bandung yang terkenal licik jika mengikuti balapan. "Gue denger - denger elo nggak terkalahkan, gue jadi penasaran seberapa hebatnya elo di area balapan."ucapnya yang tak digubris oleh Revan. Dion yang tak di anggap oleh Revan pun semakin kesal.
"Gue yang akan pertama ngalahin elo."ucapnya lagi namun tetap tidak di gubris oleh lawan nya itu. Terlihat wanita cantik dan seksi sudah berada di depan nya bertanda bahwa balapan akan seger di mulai. Mereka semua fokus ke depan dan saat bendera telah dikibarkan semua melajukan motornya dengan kecepatan tinggi. Revan berada di posisi paling depan lalu disusul oleh Dion, Rio lalu di posisi empat ada Rendi. Beberapa kali Dion mencoba memepet motor Revan dan hampir saja ia terjatuh ke trotoar namun dengan gesit Revan melajukan motornya meninggalkan Dion yang kini tampak geram menahan emosi.
Finish sudah terlihat ada di depan namun Dion masih satu meter berada di belakangnya. Hal itu semakin membuat Dion emosi dan marah. Beberapa detik kemudian Revan sampai di garis finish.
Lalu di susul dengan Dion, Rio lalu Rendi.
Semua anggota geng dragon bersorak girang atas kemenangan ketuanya. Tak beda jauh dengan Rio dan Rendi yang berseru senang atas kemenangan Revan.
Motor Revan berhenti tepat di tempat anggota Dragon berada namun tak lama terlihat seorang gadis cantik dengan pakaian yang sangat seksi mendekat.
Dengan gaya genitnya ia mendekati Revan. "Hai Revan, selamat ya atas kemenangannya dan hmm sebagai hadiahnya elo bisa bawa gue kemana pun elo mau."ucap sang gadis dengan tangan terulur ingin meraba - rasa tubuh gagah Revan. Namun belum sempat tangan itu menyentuh Revan menghentakkan tangan gadis tersebut hingga sang gadis terlonjak kaget.
"Jangan sentuh gue dengan tangan kotor elo itu."ucap Revan tegas dan dingin.
"Tapi Van,malam ini elo menang dan elo yang berhak bawa gue kemanapun,"tambah gadis itu yang tak menyerah. Siapa yang tidak mau pergi dengan pemuda tampan dan gagah seperti Revan. Bahkan banyak yang bermimpi bisa menjadi kekasihnya namun tidak ada satu pun yang dapat menyentuh pemuda itu.
"Gue balapan bukan untuk dapetin elo,"Setelah mengatakan itu Revan melajukan motornya pergi menjauh.
Rio dan Rendi saling pandang lalu mendekati gadis cantik tersebut.
"Hai,gimana kalau sebagai gantinya elo ikut sama gue. Kita sama kok sama Revan, dia teman kita. Dari pada elo nggak ada temennya mending sama kita."ujar Rio.
Gadis itu menatap Rio san Rendi bergantian. Ia memandang mereka dari bawah ke atas..
"Ogah.."ucapnya lalu melangkah pergi.