NovelToon NovelToon
Kukira Cinta Tak Butuh Kasta

Kukira Cinta Tak Butuh Kasta

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Perjodohan
Popularitas:12.2k
Nilai: 5
Nama Author: Lailatus Sakinah

Ziyanada Umaira, biasa dipanggil Nada jatuh cinta untuk pertama kalinya saat dirinya berada di kelas dua belas SMA pada Abyan Elfathan, seorang mahasiswa dari Jakarta yang tengah menjalani KKN di Garut, tepatnya di kecamatan tempat Nada.
Biasanya Nada menolak dengan halus dan ramah setiap ada teman atau kakak kelas yang menyatakan cinta padanya, namun ketika Abyan datang menyatakan rasa sukanya, Nada tak mampu menolak.
Kisah mereka pun dimulai, namun saat KKN berakhir semua seolah dipaksa usai.
Dapatkan Nada dan Biyan mempertahankan cinta mereka?

Kisahnya ada di novel ''Kukira Cinta Tak Butuh Kasta"

Selamat membaca!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lailatus Sakinah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menjaga Cinta, Menolak Takdir

Malam itu, Abyan duduk bersila di ruang keluarga rumah besarnya. Di depannya, duduk kakeknya yang tampak penuh wibawa, sementara ayah dan ibunya memilih posisi aman di sisi kanan dan kiri sofa.

Wajah mereka tampak sedikit tegang, seolah sudah tahu arah pembicaraan malam ini.

Abyan memutar cangkir tehnya, mengatur napas dan pikirannya yang sempat kacau. Lalu dia mulai bicara dengan nada penuh hormat.

“Kakek, Ayah, Ibu… Abyan ingin bicara soal rencana perjodohan yang kemarin sempat disinggung.” Sang kakek, Tuan Akbar, menaikkan alis.

"Apa yang ingin kamu sampaikan, Byan?”

"Saya tahu niat keluarga baik. Saya sangat menghormati itu. Tapi… saya ingin memilih sendiri siapa yang akan menjadi istri saya.”

Suasana ruangan langsung terasa berat. Sang ibu terlihat ingin bicara, namun tertahan oleh tatapan ayahnya.

“Kamu tahu siapa Indira, kan?” ujar sang kakek, suaranya tegas.

"Keluarga baik, latar belakang jelas, pendidikan tinggi. Dia akan mendampingi kamu dengan pantas.” Abyan menelan ludah, lalu menatap kakeknya dengan lembut.

“Saya tahu, Kek. Tapi… hati saya tidak bisa dibohongi. Saya sudah jatuh cinta pada seseorang.”

“Siapa dia?” Tuan Akbar menyipitkan mata. Abyan menarik napas panjang.

“Dia perempuan luar biasa. Sederhana, rendah hati, dan… dia membuat saya merasa menjadi versi terbaik diri saya.”

“Namanya?” tegas sang kakek. Abyan tersenyum tipis.

“Nada.” Sang kakek mendengus pelan.

“Siapa keluarganya? Apa latar belakangnya?” Abyan menunduk sebentar. Ini bagian yang ia siasati. Ia sengaja tak menyebutkan kalau Nada bekerja sebagai kepala cleaning service di hotel milik keluarga mereka.

“Dia orang baik, Kek. Dan saya ingin Kakek mengenalnya bukan dari statusnya.” Tuan Akbar bangkit dari duduknya.

“Kamu tahu, Abyan, keluarga ini tidak hanya bicara soal perasaan. Kita punya tanggung jawab nama baik.” Sang ibu tampak ingin menengahi.

“Ayah, mungkin kita beri kesempatan Abyan memperkenalkan gadis itu…”

“Tidak.” Sang kakek mengangkat tangan.

"Selama aku masih hidup, aku ingin melihat Abyan menikah dengan perempuan yang layak.” Ucapan itu seperti cambuk di dada Abyan. Ia menggenggam tangannya erat, menahan diri agar tidak terbawa emosi.

“Kalau saya menikah bukan karena cinta, apakah itu juga yang Kakek inginkan?”

“Kadang cinta bisa tumbuh,” jawab kakeknya datar.

“Tapi kehormatan keluarga tidak bisa dibentuk dari nol.” Abyan berdiri.

“Kalau begitu, beri saya waktu. Saya tidak akan lari dari keluarga. Tapi biarkan saya yang memilih.” Tanpa menunggu jawaban, Abyan meninggalkan ruangan.

Ibunya hanya bisa menatap punggung anaknya dengan mata berkaca-kaca.

Keesokan harinya…

Indira muncul lagi di kantor dengan setelan elegan dan senyum semanis madu. Ia membawa dua cup kopi yang ia sodorkan langsung ke meja Abyan.

“Pagi, Abyan. Aku tahu kamu suka kopi hitam, tanpa gula.” Abyan menyambutnya sopan.

“Terima kasih, Dir.”

“Kamu kelihatan lelah. Banyak pikiran?” Abyan menyandarkan punggungnya di kursi.

“Sedikit.” Indira duduk tanpa dipersilakan.

Abyan membiarkannya, walau bagaimana pun selama ini mereka cukup dekat sebagai teman kuliah saat di luar negeri.

“Mungkin kamu butuh teman cerita. Dan siapa tahu… dari obrolan kecil bisa tumbuh rasa.” Abyan menahan napas.

“Kamu perempuan hebat, Dir. Tapi jangan buang waktumu untuk seseorang yang tidak punya rasa yang sama.”

“Tapi aku nggak gampang nyerah, Abyan,” ucap Indira sambil tersenyum tipis.

“Apalagi saat semua orang mendukung kita.”

“Kecuali aku,” balas Abyan lembut namun tegas. Indira terdiam.

Namun ia tetap bertahan dengan gaya manisnya, lalu pamit dengan kalimat,

“Aku masih di sini kalau kamu berubah pikiran.”

Sementara itu di hotel…

Nada sibuk mengatur jadwal shift sore, sementara Rosa membersihkan meja bar lobby.

“Eh, Nad… tahu gak?” bisik Rosa sambil menyodorkan lap basah.

“Indira itu mantan Miss Kampus yang katanya calon istri Kak Abyan.” Nada tersenyum samar.

“Ya… selamat untuk mereka.”

“Nad, kamu nggak penasaran sama dia?” Nada menggeleng.

“Aku lebih penasaran besok menu sarapan pegawai apa. Soalnya kemarin buburnya asin banget.” Rosa nyengir.

“Kok kamu bisa setegar itu sih. Kalau aku, udah nulis puisi galau sepuluh halaman.” Nada tertawa.

“Karena aku belajar, bahwa perasaan itu bisa ditata, asal kita tahu caranya.”

“Tapi dia cinta pertama kamu, Nad.” Nada menoleh, menatap Rosa serius tapi lembut.

“Justru karena dia cinta pertama aku, aku nggak mau ngerusak kesan itu dengan sikap kekanak-kanakan. Kalau dia memang jodoh aku, dia akan datang dengan cara yang dewasa.” Rosa melongo.

“Gue malu deh, kemarin masih stalking akun IG-nya Kak Rendi.” Nada menepuk pundak sahabatnya.

“Itu juga manusiawi. Tapi jangan lupa, harga diri kita bukan barang diskon yang bisa dilempar kapan aja.” Tegas nada.

Di ruang kerja Abyan...

Rendi mengetuk pintu sebelum masuk. Wajahnya cerah, seperti habis menemukan harta karun.

“Bro… tadi pagi gue ketemu Rosa lagi.”

Abyan menoleh dari layar laptopnya.

“Rosa?”

“Iya, si mulut bawel waktu KKN. Masih rame aja. Tapi lo tahu gak yang bikin gue shock?”

“Apa?”

“Nada ternyata sudah jadi kepala cleaning service, menurut HRD nilai tesnya paling tinggi dibanding beberapa seniornya.” Abyan masih bersikap tenang,

"Aku sudah tahu.” Jawabnya ringan.

“Serius? Dia jadi kepala cleaning service bukan karena Lo kan?”

“Ishhh… ya enggak lah.” Sentak Abyan.

“Oke oke, Tapi bro… gue percaya, sejak dulu dia memang cerdas, sekarang juga dia tetap seperti dulu. Kalem, tegar, dan nggak nyari muka.” Abyan menyandarkan tubuhnya.

Dadanya sesak. Jadi itu sebabnya Nada menunduk waktu mereka hampir bersitatap. Jadi itu alasannya Nada tak pernah menyapanya lebih dulu.

“Gue kira… dia udah lupa sama gue,” gumam Abyan lirih.

“Justru dia inget, Bro. Tapi dia nggak mau nyapa karena nggak percaya diri.” Abyan diam. Ia mengusap wajahnya, lalu berdiri dan menatap keluar jendela.

“Gue sudah temuin dia.” Rendi mengangguk. Tapi sesaat kemudian dia memekik.

“Lo serius?” Abyan mengangguk sebagai jawaban.

“Tapi lo juga harus tahu, kakek lo masih ngotot banget soal Indira.”

“Gue tahu. Tapi kalau hidup harus terus ngikutin kehendak orang lain, kapan gue bisa bahagia?” ucapnya pilu. Membuat rendi seketika diam, Iba dengan keadaan sahabat sekaligus bosnya itu.

Sore itu…

Nada berjalan di lorong kamar hotel dengan trolley pembersihnya. Di balik ketenangannya, dadanya berdebar karena sempat mendengar kabar dari Rosa bahwa Abyan akan segera bertunangan dengan gadis pilihan keluarganya.

Tapi ia tak mau terlalu berharap. Tidak pada laki-laki sekelas Abyan.

Ia membuka pintu salah satu kamar yang kosong dan mulai bekerja. Saat sedang mengganti seprai, suara ketukan terdengar di pintu.

“Nada.”

Nada terkejut. Ia menoleh dan melihat Abyan berdiri di ambang pintu. Tanpa jas formal, hanya kemeja putih dan celana hitam. Wajahnya tampak lelah tapi penuh tekad.

“Pak Abyan... kenapa anda di sini?” Nada mencoba tetap tenang.

Abyan masuk perlahan.

“Aku hanya ingin kamu tahu semuanya sekarang.” Nada tersenyum lemah.

“Maaf Pak, saya tidak mengerti maksud Bapak. Kalau Bapak datang untuk mengatakan perihal pekerjaan, saya pikir ini bukan waktu yang tepat, saya izin menyelesaikan dulu pekerjaan saya.”

“Bukan itu, Nad.” Abyan menatapnya dalam.

“Aku datang karena aku mau bilang, kalau aku… masih mencintaimu.” Nada tercekat. Tapi ia tidak menunjukkan gejolak hatinya.

“Bapak, sudah saya bilang bercandanya jangan berlebihan. Kita berbeda Pak, dan ingat sudah ada Wanita yang bersedia menjadi calon istri Bapak. Jika kami di bandingkan, perbandingannya sungguh bagai bumi dan langit. Tolong Pak, jangan kasihani saya, dan lagi pula …” Nada menjeda ucapannya.

“Cinta nggak butuh dikasihani, Pak Abyan.”

“Aku nggak kasihan. Aku bangga. Kamu hebat, Nad. Kamu nggak lari dari kenyataan, kamu bertahan meski dunia kayaknya nggak adil.” Nada memalingkan wajah. Air matanya nyaris tumpah, tapi ia tahan mati-matian.

“Aku gak punya apa-apa buat dibanggakan. Bahkan status pun aku nggak punya.” Abyan mendekat.

“Aku nggak butuh status, aku butuh kamu. Cukup kamu.” Nada tertawa kecil, getir.

“Pak Abyan, kamu itu direktur. Sementara aku cuma… cleaning service.”

“Kamu adalah gadis yang pernah aku kagumi di lapangan desa. Dan kamu tetap gadis itu. Pekerjaan nggak akan pernah mengubah cintaku.” Nada terdiam. Tangisnya akhirnya tumpah, tapi ia tetap berdiri tegak.

“Aku… aku juga masih mencintaimu. Tapi aku nggak mau kamu kehilangan apa pun karena aku.” Jujur Nada pada akhirnya. Abyan menyentuh pundaknya, lembut.

“Kalau aku kehilangan segalanya karena mencintaimu, maka itu bukan kehilangan, tapi pengorbanan.”

“Dan aku tidak akan pernah tega kamu berkorban sebesar itu untuk aku yang sama sekali tidak layak mendapatkannya.”

“Nad …”

“Sekarang, kita cukup tau saja, Abang masih mencintaiku, aku juga masih mencintai Abang. Tapi mari kita sadari, bahwa cinta tak selalu harus memiliki.”

“Tidak Nad, aku akan memperjuangkannya.”

“Tapi aku, tidak layak untuk diperjuangkan, Bang. Aku sudah cukup sadar diri. Sudahlah Bang, mari kita tetap berjalan di jalan kita masing-masing, seperti selama tiga tahun ini. Aku tetap berdiri di tempatku dan kamu tetap berdiri di tempatmu.”

Nada memilih pergi dari kamar itu, dia belum sempat menyelesaikan pekerjaannya. Kehadiran Abyan dengan perkataannya benar-benar membuatnya tidak bisa focus bekerja.

“Mit, tolong kamu bersihkan kamar 1020 ya.” Titah Nada pada salah satu cleaning service yang berpapasan dengannya di Lorong kamar lantai 14.

“Baik, Mbak.” Jawabnya tanpa banyak tanya.

Malam harinya, Abyan kembali menemui sang kakek yang masih berada di Jakarta.

“Kalau aku harus memilih antara nama besar dan perempuan yang membuatku hidup… aku akan memilih perempuan itu.” Ucapnya mantap, tanpa jeda dan tanpa ragu.

Dan dari kejauhan, Nada menatap langit malam sambil berbisik dalam hati.

"Cinta tak pernah salah, tapi jalan menuju cinta yang benar… butuh keberanian luar biasa."

1
Yhanie Shalue
ayo semangat nad,, kalian pasti bisa meluluhkan hati kakek akbar,, raih kebahagiaan kalian🥰
Kuntar Retno Rukmini
Ceritanya bagus. Ada nilai2 kehidupan yg bisa jadi teladan. Ada pemikiran2 gadis muda yg bersikap dewasa. Tetapi penyebutan nama kadang2 keliru.
Rahmawati
abyan terlalu lemah, tuh Indira lagi mantau kalian, entah apa lagi yg dia rencanakan
Rahmawati
Indira sampai nyari nada ke garut hanya utk nyelakain nada
Yhanie Shalue
semoga Indira gagal nyakitin nada,, dan abyan segera tahu rencana liciknya,, nada segera sembuh dan bs kerja lg
terimakasih double up nya kak🥰
Nurhartiningsih
lama update nya
Yhanie Shalue
kak Laila,, ditunggu up nya ya kak🥰
Yhanie Shalue
nada mulai goyah ni,, jangan ya nada ya, abyan sudah rela jd garda terdepan buatmu,, hargai usaha dia untuk memilikimu😌
Rahmawati
aduh gimana sih nada, cintamu jgn bercabang ke arfan ya.
kira kira apa lagi rencana indira
Lita
*yang
Rahmawati
pak walikota perhatian bgt sama nada, apa masih menyimpan rasa sama nada
Yhanie Shalue
duch2 pak abyan hrs extra hati2, sainganmu x nie tdk bisa diremehin ga cm jd walikota tp dia jg susah py rasa dari waktu msh sekolah,, semangat mengejar cinta sejati 😍
lanjut kak
Rahmawati
kasian nada jd korban kebencian indira
Teh Fufah
novel author yang satu ini kata2 nya begitu indahhh
Yhanie Shalue
indira2 sekuat ap kamu akan menghancurkan nada,, tapi dia orang baik pasti dia bakal dikelilingi orang2 baik juga
adelina rossa
lanjut kak semangat buat nada semoga orang yang bikin fitnah segera ketahuan...
Indri anti
nada keren meski orang tak punya semangat dan pemikirannya is the best
Rahmawati
indira mau jebak nada ya, nada km harus hati-hati
Rahmawati
nadaa bergerak dalam diam, tetap semangat nada
Rahmawati
kakek akbar jg sebenarnya kagum sama nada
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!