NovelToon NovelToon
DENDAM KESUMAT

DENDAM KESUMAT

Status: tamat
Genre:Horor / Misteri / Balas Dendam / Iblis / Identitas Tersembunyi / Dendam Kesumat / Tamat
Popularitas:569k
Nilai: 5
Nama Author: Cublik

“Aku mohon! Tolong lepaskan!”
Seorang wanita muda tengah berbadan dua, memohon kepada para preman yang sedang menyiksa serta melecehkannya.

Dia begitu menyesal melewati jalanan sepi demi mengabari kehamilannya kepada sang suami.

Setelah puas menikmati hingga korban pingsan dengan kondisi mengenaskan, para pria biadab itu pergi meninggalkannya.

Beberapa jam kemudian, betapa terkejutnya mereka ketika kembali ke lokasi dan ingin melanjutkan lagi menikmati tubuh si korban, wanita itu hilang bak ditelan bumi.

Kemana perginya dia?
Benarkah ada yang menolong, lalu siapa sosoknya?
Sebenarnya siapa dan apa motif para preman tersebut...?

***

Instagram Author: Li_Cublik

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cublik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dendam : 28

“Innalillahi wa inna ilaihi roji'un. Telah berpulang ke Rahmatullah, saudara Pendi. Saat ini jasadnya masih di rumah sakit kota. Akan dikebumikan pagi hari pada pukul 10:00.”

Pengumuman diawali kentongan itu tidaklah terlalu mengejutkan, dikarenakan sebelumnya sudah terdengar desas-desus bila keadaan salah satu antek juragan Bahri, tengah sekarat.

Surti menggelung rambutnya, ia masih duduk diatas tempat tidur. Saat melewati kamar Farida, netranya menatap curiga pada pintu tidak ditutup rapat.

“Rida, kau sudah bangun belum?” Diketuknya daun pintu kayu, ketika tidak mendengarkan jawaban, Surti masuk ke dalam.

Kosong, tempat tidur Farida berantakan, selimut terjatuh ke lantai, tetapi sosoknya entah kemana.

Deg

Degup jantung Surti mulai meningkat, dia bergegas keluar menuju dapur, membuka pintu mencari Farida di kamar mandi terpisah dengan bangunan rumah.

“Farida! Kau dimana, Nak?!”

Surti panik luar biasa, menyingsing kain jarik, berlari kecil ke rumah pemuda tetangganya.

“Dayat! Dayat!”

Pintu dapur dibuka oleh ibunya Dayat. “Ada apa, Sur?”

“Putri ku hilang, tak ada di rumah!” Tubuh wanita bergelar ibu itu bergetar hebat, rona wajah pucat.

“Dayat! Bangun kau!” Ibunya Dayat ke ruang tamu, menggoyang lengan putranya.

.

.

Pencarian dilakukan berskala besar-besaran, meskipun langit terlihat terang, sebagian pemuda tetap membawa obor.

Mereka menyusuri jalan pedesaan, saat tak menemukan Farida, mulai memencar dan masuk ke ladang warga.

“Farida!”

“Farida!”

Teriakan itu menggema, hampir satu jam lamanya, sosok yang dicari belum ditemukan.

“Coba masuk ke area pemakaman, siapa tahu dia ada di sana!” usul salah satu warga, dia dan lainnya sudah terlihat frustasi, kelelahan.

Tidak ada pilihan, dikarenakan semua tempat sudah ditelusuri, mereka pun memasuki area pemakaman yang berada jauh dari pemukiman warga.

“Tidak ada!” Dua orang bapak-bapak mengecek pemakaman umum, seraya membawa obor.

“Di sini!” teriak suara pria.

“Astaga! Kok bisa dia masuk ke dalam jerat Babi hutan?!” semua terpekik, bulu kuduk meremang, mata melotot ngeri melihat ujung kayu yang diraut runcing terdapat secuil daging dan darah mulai mengering. Lalu sisi paha Farida masih menyangkut di tombak.

“Masih bernapas, tapi denyut nadinya sangat samar! Ayo angkat!”

“Hati-hati, jangan sampai dia lebih tersakiti lagi,” titah pria berumur, memberikan aba-aba kepada tiga orang pemuda termasuk Dayat yang masuk kedalam lubang.

Argh! Surti histeris, menjambak rambutnya sendiri, hatinya seperti dicabik-cabik melihat keadaan sang putri.

Beberapa warga merasa dejavu, dulu mereka juga menyaksikan bagaimana bu Mina meraung-raung menangisi suaminya yang sudah tidak bernyawa, tenggelam di sungai besar.

“Pakai sarung saja! Kita tandu dia!”

Bergegas lainnya memotong dua batang kayu keras dan lurus, lalu memasukkan ke dalam sarung sebagai penopang kain sarung.

Sangat hati-hati badan lemas Farida dibaringkan di atas kain, lalu diangkat empat orang. Kayu sepanjang lengan orang dewasa masih menancap di pahanya, tak ada yang berani mencabut.

Surti dipapah oleh ibunya Dayat. Sepanjang jalan menuju puskesmas, dia terus menangis. Ini sungguh berat baginya, belum lama ditinggal sang suami, kini putrinya sekarat.

Saat sampai di puskesmas, Farida langsung mendapatkan penanganan.

***

Di lain tempat, bi Ginem dikejutkan oleh penjaga rumah yang tidur di atas tanah.

“Juragan! Nyonya!”

“Ada apa Bi? Mengapa teriak-teriak di pagi buta?!” Hardi datang, menatap kesal pada pelayan. Kemudian matanya melotot melihat kedepan.

“Itu Tuan. Mereka kenapa?!” Tunjuknya.

“Sinar matahari saja belum muncul, tapi kalian telah bernyali buat gaduh! Kenapa ini?!” Samini dan juga Bahri mendekat.

“Apa yang terjadi?!” pekik Samini.

“Ambil air satu ember, Nem!” Bahri membenarkan gelungan kain sarung di atas perutnya.

“Hei Sampah, bangun!” kaki bersandal Lily kilat warna coklat itu menendang betis anak buahnya.

Usaha juragan Bahri tidak berhasil. Kemudian dia merebut air yang dibawa Ginem.

Byur!

“Hujan! Hujan!”

“Hujan gundulmu!” Bahri membanting ember, tatapannya seperti ingin menelan orang hidup-hidup.

Hardi berhasil membangunkan penjaga yang tidur bersandar pada dinding.

Samini menaruh rasa curiga akan kejadian janggal ini, diam-diam dia berjalan ke belakang melewati bangunan bercat merah.

“TIDAK MUNGKIN! Kang! Ternak kita hilang!” Samini sempoyongan, berpegangan pada pohon rambutan, menatap nanar kandang kosong melompong.

Semua orang mendekati nyonya rumah, dan sama terkejutnya.

“Bedebah! Siapa yang bernyali berkunjung tanpa diundang bahkan mencuri di istana Bahri! Cari maling itu!” Sosok yang mengenakan kaos singlet, bawahan sarung itu sangat murka.

Belum ada satu minggu, juragan Bahri dan juga Samini kehilangan banyak harta, belasan ekor ayam petarung hilang, kini lebih dari dua puluh ekor kambing dan Lembu, raib.

Para keroco juragan Bahri lari tunggang-langgang, mencari jejak kaki Kambing maupun Lembu.

Mata mereka melotot sempurna, menunduk menatap tanah, sejauh mata memandang, meneliti, dan pikiran menduga-duga. Tak ada satupun jejak tertinggal, semuanya bersih.

Samini dan juga Bahri terus memaki, menyalahkan bawahan mereka yang dinilai tidak becus.

***

Sirine ambulance berbunyi memasuki kampung Tani, membawa jenazah Pendi yang sudah dikafani, dan siap dikebumikan setelah di sholati.

Pagi itu menjadi hari kelam wilayah transmigrasi, terutama kampung Tani. Pendi meninggal dunia, Farida celaka hingga kini belum sadarkan diri, telah menghabiskan dua kantong transfusi darah. Terakhir, hunian juragan Bahri disatroni maling.

.

.

Lastri menjalani hari-harinya jauh lebih ringan dari sebelumnya, tak lagi membersihkan kotoran hewan. Dia kini tengah sibuk membantu mempersiapkan acara pernikahan pria yang dulu pernah menikahinya secara siri.

Wajah Lastri terlihat sumringah, senyumnya sangat misterius. Jangan dikira dia ikhlas membantu, sudah pasti ingin membuat rusuh, sampai Bahri, Sugeng kehilangan muka.

"Tersenyumlah! Sebelum mulut jelek kalian ku obras menggunakan benang beras!" Lastri terkekeh, matanya melirik pada Samini dan calon besannya yang tengah berbisik-bisik.

Hunian juragan Bahri terlihat ramai, para tetangga dan warga terdekat berdatangan, mereka datang dengan membawa pisau dapur untuk memotong bawang, cabai, dan bumbu lainnya.

Kerangka besi tenda mulai dipasang, dan dihias. Mobil pickup yang membawa dekorasi pelaminan memasuki halaman luas, siap mempercantik singgasana raja dan ratu sehari.

Bu Mina ikut rewang, dia datang bersama Surti. Farida sendiri masih di puskesmas, menjalani perawatan intensif.

Pahanya bolong, mendapatkan puluhan jahitan, kulit mulusnya menjadi cacat. Ada yang aneh dengan kondisi anak semata wayangnya Rahman, dia seperti orang linglung, mulutnya terus melantunkan tembang Lingsir wengi.

Tiba-tiba dua orang ibu-ibu, menjerit sejadi-jadinya.

"Ular! Ada Ular!"

.

.

Bersambung.

1
Nisa Nisa
kejahatan iblis yg kalian balas dgn memakai bantuan iblis juga, percayalah setelah dendam terbalas kalian akan tetap harus memberi tumbal pada iblis sesembahan kalian dan itu akan mengambil orang-orang tdk bersalah apa-apa pada kalian. jadi apa beda kalian dgn mereka??
Nisa Nisa
di desa udah tuir bukan pemuda lg kalau 35 tahun itu
Nisa Nisa
Rahman memang jahat Tp sepertinya Surti tdk terlibat. Itulah jahatnya dendam utk membalasnya kadang mengenai orang yg tak bersalah
Nisa Nisa
astaghfirullah al adzim
Nisa Nisa
atas nama dendam bahkan tega menjerumuskan putri sendiri ke dasar neraka
Nisa Nisa
sama aja, demi apapun kalau yg dipuja iblis ya sesat jg namanya.
Begitulah manusia ada yg diuji dgn harta atau penderitaan semua berpulang bgm manusia menjalani ujian itu, bersyukur atau takabur bersabar atau mengikuti nafsu
Nisa Nisa
sdh deh bakal diantar ke hutan larangan 🤣🤣
Nisa Nisa
ini perang sesama pemuja iblis. dan iblis pun tertawa krn makin banyak teman ke neraka 🤣🤣
Nisa Nisa
utk memotong motong manusia 🤬
Nisa Nisa
setan mana mau rugi, manusia aja gk ada yg gratis sekarang ini pertolongannya apalagi kunti. semua tumbal itu gk akan dimakan hanya jalan agar manusia makin jahat pada sesama manusia dan menumpuk dosa utk memastikan menemani mereka ke kerak neraka
Emi Widyawati
bagus sekali
Cublik: Terima kasih Kakak ❤️‍🔥
total 1 replies
Nisa Nisa
logika alur cerita ini bgm?
kejadian 15 th yg lalu.. td aku berasumsi masa umur Sawitiri baru 15 th udah kawin, eh keterangan selanjutnya saat kejadian umurnya 5 th oke jd umur Sawitri 20 th. kenapa kemudian dia mencari kakaknya, cerita ini lompat atau bgm kok aku bingung dibagian mana disebut ada kakaknya,
Cublik: Umur Sawitri saat kejadian Kakak dan orang tuanya, masih lima tahun.

Dan cerita ini dibuat saat umur Sawitri 20 tahun, baru beberapa bulan menikah dengan Hardi.

Ada kok semua ulasannya, Kak.
Terima kasih sudah membaca karya sederhana ini.
total 1 replies
Nisa Nisa
jebakan setan berhasil, satu lg manusia mau jd budaknya
Nisa Nisa
anak setan lah. Anak Nini mungkin korban entah juragan Bahri entah Hardi.
tp yg mati gk bisa balik ke dunia lagi, yg gentayangan ya setan.
emma mahriana
ceritanya ngeri2 sedap, ada rasa takut tp tetep penasaran & tetep lanjut baca
mksh thor
Cublik: Terima kasih Kakak ❤️
total 1 replies
Ass Yfa
centenge Juragan yg rudapaksa Sawitri ternyata
Ass Yfa
mampir thor...baru bab pertama udah ngeri...ditunggu pembalasan Sawitri
ttp semangat othor
emma mahriana
bayanganku Gareng itu burung gagak , iya ngga thor, maaf kl slh
Cublik: Bukan Kak.

Ada di bab berapa gitu, aku sertakan fotonya 😊
total 1 replies
emma mahriana
/Sob//Sob//Sob/ othooor /Sob//Sob//Sob/
Nisa Nisa
sehinga hina kematian adalah bunuh diri, Allah murka dan tak bakal mencium bau surga. Sesakit apapun jgn terlintas keinginan bunuh diri.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!