'Menikah dengan kakak ipar bukanlah keinginan ku, tapi kenapa?? kenapa pandangan semua orang menjadi kian buruk hanya karena diriku menerima permintaan dari para orang tua demi bisa menyelamatkan mental keponakan ku?? aku-, diriku memang memiliki perasaan terhadap pria itu, tapi aku sama sekali tak memiliki niatan untuk merebut hati pria itu dari siapapun!! diriku bahkan telah lama mengubur perasaan ku dalam-dalam, karena-, ia adalah suami dari seorang wanita yang telah menyelamatkan kehidupan ku ...,'
'Saat langkah serta takdir kehidupan semakin terasa mencekik, kemana lagi aku harus pulang?? bayi yang ku besarkan-, apa aku mampu menyatakan semua kebenaran ini?? tapi jika diriku terus bungkam, bagaimana dengan nasib kak Wimie? wanita lemah lembut yang memungut serta menjadikan ku sebagai seorang adik perempuan yang ia banggakan!! tapi Tuan Louis?? aku-, getaran hatiku masih saja sama saat ia tiba-tiba menggenggam tanganku untuk pertama kalinya!! apa aku egois??' ~Hannah~
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon JackRow, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Topeng Domba Yang Dikenakan Oleh Wilhelmina??!!
Kekhawatiran yang menjalar pada diri Louis Ferdinand agaknya membuat pria itu tak mampu duduk didepan laptop dengan tenang.
Hannah yang lebih sering mengambil pekerjaan untuk shift malam di resto membuat pikiran pria itu terus dihantui kecemasan berbalut kan rasa bersalah.
Hannah ...., haruskah aku menjemputnya??
"Louis, kemari lah honey!!! tolong bantu diriku!!"
Suara Wilhelmina yang terdengar melengking dari ambang pintu seketika membuat pria itu beranjak.
"Apa yang terjadi??"
"Leah dan Fabio, mereka tak ingin keluar dari kamar untuk makan malam!! padahal aku dan juga ibu sudah berkali-kali membujuk mereka, aku-, hanya takut jika sampai mereka jatuh sakit!! semenjak pulang sekolah, Leah dan Fabio sama sekali tak mengkonsumsi apapun, honey!!" mulut Wilhelmina tampak terdengar berceloteh panjang lebar tatkala Louis melangkah beriringan di samping tubuh nya.
"Dimana bibi Buzaya!??"
"Bibi Buzaya?-, dia sepertinya sedang keluar, keluarga nya di kampung sangat membutuhkan uang!! jadi mungkin bibi pergi untuk mentransfer sejumlah gaji nya,"
"Astaga!! selain Hannah-, hanya bibi Buzaya yang bisa sedikit menenangkan anak-anak!! bagaimana ini??" Louis bergumam lirih seraya memegangi area kepala,
Hannah?? jadi-, apa benar putra-putri ku tumbuh besar dalam asuhan Hannah??
Langkah kaki Wilhelmina tampak melambat, wanita itu bahkan nampak sedikit tertinggal dibelakang Louis Ferdinand tatkala memasuki ruang kamar sang buah hati.
Ibu mertua bahkan meminta Hannah untuk tetap tinggal dirumah ini untuk beberapa bulan ke depan!! itu artinya-, anak-anak juga suamiku memang telah terikat kuat pada Hannah?? tidak!! apa yang harus kulakukan?? jika terus diam saja, maka diriku lah yang akan terdepak keluar dari kehidupan suami serta buah hatiku sendiri!! kau harus melakukan sesuatu Wimie!!!
"Sayang!! kemari lah! Oh my prince dan princess!! what's wrong??!! you have to do your dinner right??"
"No!! we don't!!"
"Hey-, listen!! Honig memiliki mimpi, dan dia berhak mencoba untuk meraih mimpinya, benar kan??" Louis Ferdinand berucap lembut, telapak tangan pria itu terus mengusap lembut area pipi dari kedua bocah yang sama-sama berada duduk diatas pangkuan nya.
"Tapi dad, sampai kapan Honig akan bekerja?? bagaimana jika kami tidak bisa lagi tidur bersama Honig!??"
"A-apa?? itu, Honig pasti-,"
"Kalian bisa tidur bersama mommy!!"
Tatapan Wilhelmina menajam, hatinya kembali terasa disayat saat Leah dan Fabio terus merengek dan menyebutkan nama Honig.
"Sayang-,"
"Diam Louis!!! aku ibu kandung mereka!! mereka harus mendengarkan perkataan ku mulai saat ini!!!"
"Daddy ..., kami takut!!" Leah yang reflek menyembunyikan wajah pada dada bidang sang ayah saat Wimie meninggikan suara seketika membuat Louis Ferdinand menatap ke arah sang istri dengan sinis.
"H-honey,"
"Pergilah ke kamar mu lebih dulu!!"
"Tapi-, Louis,"
"Jangan membuat Leah dan Fabio semakin membenci mu, Wilhelmina!!!"
Louis, kau membentak ku??
Wilhelmina Brunhilda, wanita itu akhirnya memutar badan dan meninggalkan ruang kamar putra-putri nya dengan langkah gontai serta wajah sendu.
"Daddy,"
"Tenang lah sayang!! mommy, dia hanya sedang merasa tidak nyaman!! ia harus beradaptasi dengan rumah ini lagi, dan hal itu membuat ia sedikit tak mampu mengontrol emosi, daddy yakin, mommy Wimie sama sekali tak memiliki niat untuk menyakiti kalian,"
"Aku ingin Honig, dad!!"
"Bawa Honig kemari dad!! kami ingin makan malam dan tidur bersama Honig!! kami sungguh merindukan Honig!!! kenapa daddy membiarkan Honig bekerja!??? apa daddy yang melarang Honig untuk tidur bersama kami selama 3 hari ini?? kenapa daddy jahat sekali!????"
"Sayang, tak ada siapapun yang melarang Honig untuk tidur bersama kalian, Honig-, dia pasti lelah karena harus bekerja seharian!! dan Honig pasti butuh waktu istirahat yang berkualitas!! jadi-, daddy minta tolong ...cobalah untuk memahami hal ini, hmmmm??!!"
"Daddy, apa pernikahan kontrak daddy dengan Honig akan segera berakhir?!! apa benar Honig akan segera meninggalkan rumah ini dad??" celetukan dari lisan mungil Fabio seketika membuat Louis Ferdinand mematung beku untuk sesaat.
"Apa?? siapa yang berkata demikian??!!"
"Kakek Walter!! ia berkata bahwa kami harus terbiasa dengan mommy Wimie, kami sungguh tidak mau dad!! kami ingin ikut Honig!! tolong buat Honig untuk tetap tinggal disini!! kami mohon dad!!"
*****
Jalanan nampak lengang!!
Begitu pun dengan kesunyian yang berada didalam kendaraan milik Hanz, tak ada percakapan apapun antara dirinya dengan Hannah hingga hypercar itu terhenti.
"Apa kau sedang memikirkan ucapan ku?? atau kau memendam amarah padaku?"
"Mmmm??" Hannah berpaling, ia menatap sepintas ke arah sang pria yang mengemudi dan mengantarkan ia hingga tiba dikediaman Louis Ferdinand.
"Kau membuat ku bingung Hannah!"
"Jangan memikirkan apapun perihal diriku, Hanz!! aku ..., diriku sungguh tidak pantas mendapatkan perhatian yang sebesar ini dari orang lain!!"
"Orang lain kau bilang??"
"Baiklah teman!!" senyum manis dari bibir Hannah nampak sia-sia saat sang pria tetap menampilkan wajah datar.
"Aku ingin lebih!!!"
"Hanz ...,"
"Louis Ferdinand itu merupakan seorang pengecut!!! dan kau masih saja mengharapkan kasih sayang dari nya??"
"Dia-, aku tidak mengharapkan apapun!"
Astaga!! bagaimana cara ku untuk bisa menghadapi ini semua? aku tak ingin membuat Hannah semakin kebingungan, tapi aku juga tak ingin membiarkan gadis ku berlama-lama tenggelam dalam kendali busuk keluarga Brunhilda!!!!
Hanz seketika menyandarkan kepala!! isi hati yang tak mampu ia ungkapkan perihal sisi buruk dari keluarga angkatnya membuat pria itu kembali berdebat dengan dirinya sendiri dalam hati.
"Kau bisa berharap padaku!!"
"Terima kasih!!"
"Berharap lah lebih besar hanya padaku Hannah!!"
"A-apa??"
Hannah bergidik ngeri, nafas hangat Hanz yang tiba-tiba mendekatkan wajah dan menggenggam telapak tangannya membuat gadis itu membeku dengan pikiran yang berkecamuk.
"Aku masih mencari mu!! dan aku-, tetap disini saat kau ingin menumpahkan semua keluh kesah dari masa kelam itu!!"
"Aku tak lagi memiliki masa kelam!! kak Wimie telah menempatkan diriku dalam posisi terbaik!!"
"Apa kau yakin!!?? bagaimana jika itu hanyalah topeng domba yang dikenakan oleh Wilhelmina??!!"
Hanz, bagaimana ia bisa mengetahui perihal nama asli kak Wimie??
Hening!!!
Kedua insan manusia itu saling terkunci atas pandangan dari netra indah masing-masing.
"Aku, itu sungguh mustahil!!"
"Lihat aku Hannah!!"
"Tidak Hanz!! tolong jangan berbicara yang bukan-bukan!!" Hannah menampik telapak tangan sang lawan bicara yang hampir kembali menangkup pipinya.
Aku memang berasal dari panti asuhan!! ibu panti berkata bahwa diriku telah dibuang sejak lahir, tak ada informasi apapun!! aku ..., benar-benar seorang anak yang tak diinginkan, jadi-, mana mungkin??
"Tolong buka pintu nya, aku harus segera masuk sekarang."
"Setidaknya luangkan waktu untuk kita menghabiskan waktu bersama!! aku ingin membawa mu ke suatu tempat!!"
"Hanz-,"
"Aku hanya ingin mencoba untuk mendapatkan apa yang seharusnya menjadi milikku!!" meski nafas nya terdengar kasar, tapi Hanz tetap melontarkan kalimat lembut saat menekan tombol pengunci pintu dari kendaraan.
Hannah!! aku telah berusaha sejauh ini!! aku mohon!!! jangan membuat ku menanti lebih lama lagi!!! kau milikku Hannah.
Telapak tangan berurat itu kembali melayangkan pukulan pada stir, Hannah yang melangkah pergi tanpa ingin berpaling membuat Hanz Volksraad dilanda kekecewaan yang menusuk dalam relung kalbu.