Di malam pertama pernikahannya, Siti mendengar hal yang sangat membuatnya sangat terluka. Bagaimana tidak, jika pernikahan yang baru saja berlangsung merupakan karena taruhan suaminya dan sahabat-sahabatnya.
Hanya gara-gara hal sepele, orang satu kantor belum ada yang pernah melihat wajah Siti. Maka mereka pun mau melihat wajah sebenarnya Siti dibalik cadar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kuswara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7
Leo dan Jun berada di ruang kerja Gio, mereka membicarakan pekerjaan yang akan berlangsung di luar kota. Absennya Teo tanpa alasan jelas yang tidak diketahui oleh ketiganya. Semoga saja itu bukan karena buntut taruhan itu, pikir Leo dan Jun.
Sampai jam makan siang pun mereka masih bertiga. Hanya bicara santai seputar persahabatan mereka yang sudah jarang ke club bareng sambil menikmati makan siang yang sudah dibawakan OB.
Pintu ruangan Gio terbuka lebar, Teo masuk dengan wajah kesal.
"Mau bicara jujur atau aku bongkar kebohonganmu!," tunjuknya pada Gio.
Gio bangkit berdiri di hadapan Teo, terhalang meja di mana makanan terhidang.
"Apa yang kamu bicarakan?." Karena Gio belum tahu usaha Teo yang mencari bukti kebohongannya.
Kemudian Gio membungkuk mengambil selembar foto yang baru saja di lempar mengenal tubuhnya dan sekarang tergeletak di kakinya. Pria itu bangkit sambil terus menatap foto wajah seorang wanita yang diakuinya sebagai wajah Siti.
"Apa kamu akan menyangkalnya?."
Gio menggeleng sambil menatap Teo.
"Ini bukan wajah Siti, aku telah membohongi kalian semua."
"See!," Teo menatap Leo dan Jun. "Aku benar, Gio main curang dan kali ini aku yang menang." Teo menepuk kencang dadanya. Membayar sakit hati atas kebohongan Gio, sahabat baik mereka dari kecil.
"Maaf," ucapnya pada ketiga sahabatnya.
Leo dan Jun tidak merespon, Teo berjalan dua langkah untuk bisa berhadapan langsung dengan Gio. Pria itu meminta Gio untuk menyerahkan kursi kekuasaannya kepadanya. Mengembalikan hadiah yang telah diberikan Leo dan Jun.
"Kamu pecundang!," ejek Teo.
Karena terpancing emosi Gio langsung menarik kencang kerah kemeja Teo.
"Pecundang!," ejeknya lagi.
Dalam waktu bersamaan Siti masuk ke ruangan Gio saat tangan Gio terangkat ke atas guna memberikan bogem mentah pada Teo. Mulut Teo sudah sangat lancang mengatainya pecundang. Seketika mata mereka tertuju pada Siti, Gio pun langsung melepaskan kerah kemeja Teo. Teo segera membalik tubuhnya dan berjalan ke arah Siti yang memegangi erat dokumen yang dibawanya.
"Karena wajah dibalik cadarmu yang masih tetap tertutup rapat, maka aku bisa memiliki perusahaan ini. Sekarang aku menjadi atasanmu, bukan Gio lagi."
"Gio tahu menghormati wanita jadi tidak membiarkanku menunjukkan wajahku pada kalian yang bukan muhrimnya. Dia menukar fotoku dengan foto wajah wanita lain."
Siti harus menyelamatkan suaminya dari kehancuran. Bukan karena takut jatuh miskin tapi ada orang tua Gio yang harus diselamatkannya juga. Siti tahu kebaikan si pemilik saham terbesar di perusahaan ini. Jadi sudah seharusnya dia melakukan hal yang sama untuk suaminya dan perusahaan.
Rahang Teo mengeras dibarengi tangan yang mengepal kuat. Posisi tertinggi di perusahan akan hilang jika sampai yang dikatakan Siti itu benar.
"Oke," kemudian Teo melangkah mundur. Menjauh dari Siti sambil memikirkan rencana apa yang akan diambilnya untuk mengamankan perusahaan.
"Lupakan foto itu, sekarang lepas hijab dan cadarmu!."
"Jangan!," Gio menghampiri Siti. Menatap tajam mata jernih itu. "Tidak perlu menutupi kebohonganku." Aku Gio. Dia tidak mau menjadi seseorang yang menyakiti hati istrinya dengan membangkitkan lagi trauma dari masa kecilnya yang sudah sembuh.
"Waktumu lima menit dari sekarang! Atau perusahaan ini menjadi milikku."
Gio menggeleng, melarang wanita itu mengorbankan dirinya untuk menyelamatkan kebodohannya. Ini akan menjadi pelajaran yang sangat mahal.
Gio, Teo, Leo dan Jun menatap Siti. Mereka menunggu apa yang akan dilakukan Siti. Gio sangat berharap kalau istrinya itu tidak mengikuti permintaan Teo.
Akan tetapi Siti tidak mendengarkan Gio, tangan wanita itu sudah bersiap membuka cadar dan perlahan kain berwarna hitam yang menutupi wajahnya mulai bergerak turun dan...
Dengan gerakan cepat Gio memeluk Siti, merapatkan wajah Siti ke dada bidangnya. Menutupi wajah Siti saat cadar mau lepas dari wajahnya. Memperlihatkan wajah yang seharusnya dia jaga dengan baik kehormatannya.
"Ambil perusahan ini dan jangan usik kehidupan istriku." Ujar Gio sambil memasangkan lagi cadar pada wajah Siti. Dia sendiri juga tidak melihatnya sama sekali, kecuali Siti sendiri mengizinkannya.
Kemudian Gio membawa Siti keluar, menggandengnya sampai masuk ke ruangan Siti.
"Jangan bertindak bodoh lagi."
"Perusahaan ini milik keluargamu, apa yang akan mereka hadapi setelah ini?."
"Aku bisa mengatasinya, kamu tenang saja."
Setelah ini dia tahu hidupnya tidak akan baik-baik lagi, dia harus siap menerima kemarahan orang tuanya karena kecerobohannya.
Gio dan Siti pulang, selama dalam perjalanan tidak ada yang buka suara. Cepat atau lambat kebohongan ini akan terbongkar juga. Sampai makan malam selesai pun mereka masih diam.
Cukup lama mereka diam sampai Gio buka suara.
"Mungkin setelah ini aku akan berhenti dari kantor, karena aku tahu pasti Teo akan terus menerus mencari gara-gara denganku. Aku akan mencari pekerjaan di tempat lain."
"Aku juga berhenti saja."
"Jangan korbankan dirimu! Aku yakin Teo tidak akan mempersulitmu. Bagaimana juga perusahaan butuh orang sepertimu."
"Maaf, karena aku kamu harus kehilangan banyak."
Gio tersenyum lebar.
"Benar katamu, aku telah kehilangan banyak materi. Tapi aku tidak menjadi orang yang lebih jahat.... karena telah melecehkan istrinya sendiri." Kalimat terakhir diucapkannya dalam hati.
Siti menautkan kedua alisnya. "Jahat kenapa?."
Gio segera menggeleng. "Lupakan saja."
*
Teo menduduki kursi milik Gio, rasanya sangat luar biasa membanggakan. Sanggup mengobati harga dirinya yang terluka karena Gio. Sekarang Gio bukan siapa-siapa lagi baginya.
Dia mulai bekerja, melanjutkan pekerjaan Gio yang belum selesai. Hal mudah baginya menjalankan perusahaan. Teo akan menujukkan kemampuannya dalam mengelola perusahaan sehingga bisa lebih bagus lagi daripada saat dipegang oleh Gio.
Di luar ruangan, Asih menerima dokumen dari Siti. Asih sangat menyesal tidak bisa menerima saran dari Siti. Dia pun tidak sanggup menatap mata Siti.
"Tolong segera di tanda tangan dokumennya, sudah ditunggu sama yang punya."
"Iya," jawab Asih singkat.
"Kamu kenapa?."
Barulah Asih menatap Siti.
"Pasti karena aku juga posisi Gio diambil alih Teo."
"Bukan, ini karena yang lain. Sekarang kamu tenang saja, sebab Teo yang memegang kendali. Tapi aku minta tetap pantau dan hati-hati setiap kali Teo mengambil keputusan. Bisa-bisa jadi malah merugikan perusahaan."
"Iya, tapi bantu aku juga, ya? Maaf aku sudah mengecewakanmu."
"Itu pilihanmu dan tidak ada hubungannya denganku."
Siti yang akan pergi dari sana di tahan suara Asih yang baru masuk dipanggil oleh Teo.
Lalu Asih menyerahkan dokumen yang tadi diberikan Siti. "Teo memintamu sendiri untuk mengantar dokumennya."
"Oke," Siti mengambil dokumen dari tangan Asih lalu memasuki ruangan Teo.
"Di hari pertama aku memegang perusahaan, kenapa perginya suamimu?."
"Surat pengunduran dirinya belum kamu terima?."
"Gio mengundurkan diri?."
"Seperti yang kamu dengar."
"Memang Gio itu pecundang!," ejeknya lagi.
"Gio benar, keputusan terbaiknya adalah berhenti dari sini."
Siti hamil anak Gio
saat kejadian malam kelam yg lalu,AQ yakin bahwa yg tidur dgn Teo bukanlah Siti melainkan Asih
tetap semangat berkarya kak 💪💪🙏🙏
semoga asih n teo dpt karma yg lebih kejam dari perbuatan nya pada siti