NovelToon NovelToon
Ibuku Adalah Surgaku

Ibuku Adalah Surgaku

Status: sedang berlangsung
Genre:Matabatin
Popularitas:949
Nilai: 5
Nama Author: Rosida0161

Bagi seorang ibu selama khayat di kandung badan kasih sayang pada anak tak akan hilang. Nyawa pun taruhannya, namu demi keselamatan sang anak Suryani menahan rindu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rosida0161, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tertangkap Jarot

Adi menatap kawan kawan barunya yang semua menunjukkan muka cemas. Segera ia mengambil tiga lembar uang ratusan ribu, dan diberikannya pada Firman.

"Untuk apa?"

"Simpan untuk kalian makan besok besok," ujar Adi.

"Terima kasih, Di," angguk Firman.

"Titip di Mang Cendol, Fir,' usul Idam tentang uang pemberian Adi.

"Siapa dia?" Adi menatap Idam.

"Kang cendol yang suka kasih kami jualannya,"

"Oh nih aku titip juga untuk tukang cendol," segera Adi memberikan selembar uang ratusan pada Firman.

'Kamu baik, Di, cepat pergi!" Seru Firman tak sabar.

Terima kasih, Di," angguk Firman.

"Terima kasih, Di," tangan Idam menyentuh pundak Adi.

'Hati- hati, Di jangan kelamaan di sini," ujar Rivai.

"Jangan sampai seperti kami," seru seru Gani.

"Ya aku akan pergi," pamit Adi.

"Hati hati, Di," pesan Firman.

"Terima kasih sudah memberi makan ujar Feri tersenyum 

"Sama sama adikku," angguk Adi.

""Cepat, Di," pinta Idam khawatir Jarot menahan Adi dan akan senasib dengan dirinya.

"Ya cepat, Di!" Gani semakin cemas melihat Jarot melangkah kearah mereka.

"Ya selamat tinggal, semoga kita bertemu lagi, " tangan Adi melambai, lalu bergegas meninggalkan  meninggalkan Firman dan teman temannya. 

"Idam kamu titip uang ini pada Kang cendol, terus berikan juga titipan Adi yang seratus,"

Setelah menerima uang dari Firman, segera Idam meninggalkan teman temannya.

"Kita punya simpanan uang untuk makan," ujar Rivai.

"Ya," angguk Gani.

Tak lama kemudian Jarot sudah ada diantara anak anak yang kini segar karena baru saja makan dan minum, setelah mengalami kelaparan, karena sejak semalam tak diberi makan oleh Jarot, dengan alasan mereka tak becus mencari uang.

"Mana anak tadi?!" Mata Jarot mendelik menatap anak anak yang ia perdaya itu.

Serentak mereka menggeleng.

"Kemana!!!!" Jarot membentak. Anak itu punya uang tak boleh lepas darinya, "Cepat katakan kemana anak itu, atau kalian akan kumasukkan jurang selama tiga hari tiga malam?!"

Firman dan kawan kawan saling tatap. Mereka menunduk. Membayangkan jurang itu sangat mengerikan. Jarot pernah membawa Idam masuk jurang satu hari satu malam karena waktu disuruh mengemis tak mau dulu saat baru pertama dibawa Jarot.

"Adi pergi tapi tak tahu kemana," suara Firman takut takut memberitahu.

"Huh kalian semua tak berguna!" Jarot menendang bale bale yang diduduki anak anak, lalu pergi untuk mengejar Adi.

"Ya Allah tolong Adi jangan tertangkap Jarot," Firman bergumam.

"Aamiin," sambut yang lainnya.

Namun takdir memutuskan bahwa Adii harus tertangkap Jarot.

"He Adi berhenti kamu!" 

"Ohk!" Adi terkejut saat melihat sosok Jarot yang menyeringai.

"Maaf Kang Jarot!" Adi langsung tancap gas berlari.

"Bocah ndanblek kowe, yo, tak kejar sampe Nang endih ..." Dan Jarot memang mengejar Adi yang lari ketakutan.

Firman terkejut saat Jarot membawa Adi kembali. Sedangkan Adi tampak 

ketakutan matanya memerah mau menangis tapi ditahan.

"Endih tasmu!" Jarot menarik paksa tas punggung milik Adi.

"Jangan Kang!" Adi berusaha mempertahankan tasnya. Di dalam tas ada yang tabungan gaji ibunya yang harus dipertahankan"Ah bocah tengil wani lawan aku, he?!" Jarot memaksa memiliki tas milik bocah yang masih berusaha mempertahankan miliknya itu.

Dan serentak Firman bersama keempat kawan kawannya membantunya. Otomatis tarik menarik tas itu menjadi seru.

"He kalian iki kok wani lawan aku, sing wis kasih Urip?"

"Ayo kawan kawan jangan takut!!" Firman bersemangat membantu Adi mempertahankan tasnya.

Adi, Firman, Idam dan yang lainnya berusaha memberi perlawanan. Tapi rupanya masih kalah dengan tenaga Jarot, sehingga tas milik Adi kini sepenuhnya berada di tangan Jarot.

"Kembalikan tasku Kang, tolong ada tabungan Ibuku untuk biaya aku sekolah kata Ibu, hu .hu hu ..." Tangis Adi pecah berusaha mengambil tasnya di tangan Jarot.

Firman dan kawan kawan tak tinggal diam. Mereka membatu Adi untuk merebut tas itu kembali.

Tapi mereka semua terpental oleh tenaga Jarot yang memiliki kekuatan lebih, karena sudah dipengaruhi pikiran jahat.

"Heh beruntung kalian masih kuampuni!" Jarot menunjuk Firman, Idan dan Rivai serta Gani dan Feri."Kalau bukan karena tas milik bocah manis iku, wis tak kepluk endasi Kabeh!!"

Firman dan kawan kawan mendekati Adi."Di yang sabar, ya, semoga kamu mendapat ganti yang lebih besar,"" bujuk Firman.

"Ya Di," sambung Rivai 

"Jangan nangis Di aku jadi sedih," tangan Idam mengelus pundak Adi.

"Ya, " Gani pun memberikan perhatiannya pada Adi.

"Ini minum dulu, Di," Rivai memberikan sisa air yang belum diminum masih dalam plastik yang terikat 

Adi masih terisak. Feri yang masih berumur lima tahun itu mengulurkan tissu pada Adi, dan Adi menerima untuk menyeka ingusnya.

"Nih kalian boleh tidak bekerja sampai aku kembali. Ini untuk membeli makanan. Tapi ingat setelah aku kembali kalian kembali mengemis semuanya!" Jarot mengambil tiga lembar ratusan ribu dari dompet milik Suryani ibunya Adi. Uang itu ia lempar ke muka anak anak, dan mengenai Idam serta Gani yang masih tercekam."Dan kamu Adi ikut dengan mereka mengemis!" Jarot tertawa dan melangkah dengan santai penuh kemenangan. Serasa dunia menjadi miliknya.

"Di," 

Adi menatap Firman yang dua tahun lebih tua dari dirinya. 

"Maafkan aku dan kawan kawan tak berhasil mengembalikan tas kamu,"

"Ndak opo," lirih suara Adi. Sebenarnya hati kecilnya masih memikirkan tas yang berisikan dompet uang milik ibunya. Ia menunduk meras bersalah pada ibunya. Ibu maafkan Adi nddak bisa menyimpan dengan baik yang Ibu,"

"Ya sudah Di kamu tinggal sama kita dulu di sini, ya,"

"Ya kan  Kang Jarot pergi bersenang senang jadi kita bisa tenang dulu," ujar Idam yang sebaya Firman.

"Ya, Di," sambung Rivai.

"Ini tiga ratus uang yang ditinggalkan Kang Jarot," Gani menunjukkan tiga ratus ribu di tangannya.

"Dan ini uang pemberian Adi untuk kita tadi," Idam menunjukkan tiga ratus ribu rupiah di tangannya.

"Kita ke tukang cendol yuk?' Firman mengajak teman temannya.

Maka mereka pun mendatangi tukang cendol dan menceritakan permasalahan Adi.

"Begini saja," tukang cendol merasa kasihan pada anak anak itu, tapi ia tak bisa berbuat banyak, selain hanya memberi mereka cendol gratis. Karena Jarot sering mengancam jika ada yang dianggap ikut campur urusannya.

"Nah ini uang kalian yang dititipkan padaku, dan yang pemberian Adi aku sumbangkan untuk kalian semua. Jadi jika uang kalian dikumpulkan maka jadi tujuh ratus ribu. Lalu mau diapakan uang ini?"

"Kita dagang asongan saja?" Usul Idam 

"Ya benar," setuju Firman.

Tukang cendol merasa harus menjauhkan anak anak dari Jarot. 

"Jika kalian berdagang, maka nanti uang hasil berdagangnya akan diambil oleh Jarot jika orang itu kembali,"

Firman saling pandang dengan kawan kawannya.

"Benar," angguk Rivai setuju dengan pemikiran tukang cendol.

"Begini saja, uangnya disimpan aku tak rundingkan  sama tetangga yang punya kenalan orang yayasan,"

"Yayasan?" Firman menatap tukang cendol bingung.

"Yayasan opo, Pak?"

"To wis tunggu ,yo?"

Anak anak itu mengangguk.

"Uangnya titip di Pak cendol ae Di" usul Gani.

"To wis uang kalian tak cekel, biar aman, tapi ini dua ratus untuk kalian beli makanan, irit jangan dihabisi," 

"Ya Pak Cendol," angguk Firman menerima uang itu.

"Di jangan sedih, walau uangmu dirampas Jarot, tapi sebagian uangmu sudah membantu makan teman teman barumu. Allah akan memberi pahala untuk kamu," ujar tukang cendol pada Adi yang mengangguk walau masih dengan muka sedih.

Bersambung

 

Catatan;

Bocah ndanblek kowe, yo, tak kejar sampe Nang endih : bocah nakal kukejar sampai mana kamu.

bocah tengil wani lawan aku, he?!" Anak tengil berani lawan aku?!

He kalian iki kok wani lawan aku, sing wis kasih Urip?" : Kalian berani lawan aku yang udah ngasih kehidupan?

wis tak kepluk endasi Kabeh!!" : Sudah kukeplak kepala kamu semua.

Kita masih di seputar kehidupan Adi kecil ya pembaca yang baik hati mau mampir.

Kemanakah tukang cendol akan membawa Adi dan yang lainnya?

Salam sehat ya

1
Marifatul Marifatul
🤔🤔🤔
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!