NovelToon NovelToon
Lahir Kembali Di Medan Perang

Lahir Kembali Di Medan Perang

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Balas Dendam / Time Travel / Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi / Penyelamat
Popularitas:4.2k
Nilai: 5
Nama Author: zhar

Seorang pria modern yang gugur dalam kecelakaan misterius terbangun kembali di tubuh seorang prajurit muda pada zaman perang.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zhar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 15

  Ketika Surya masuk ke pos komando, petugas kesehatan sedang merawat luka Mayor Wiratmaja. Noda darah merah merembes dari pelipis sang mayor, sangat jelas terlihat di balik perban putihnya.

  “Mayor!” Surya berdiri dan memberi hormat.

  Mayor Wiratmaja menyipitkan mata, mengangguk kecil, lalu berkata, “Kerja bagus, Surya! Namamu Surya, ya? Aku ingat betul, kan?”

  “Ya, Mayor!” jawab Surya mantap.

  “Kami berhasil menangkap beberapa serdadu Belanda yang tersesat,” kata Mayor Wiratmaja. “Informasi yang mereka berikan persis seperti yang kau katakan. Serangan utama tentara Belanda datang melalui jalur sungai, didukung kapal patroli dan senjata berat. Mereka bergerak cepat untuk merebut jalur logistik kita. Berkat laporanmu, serangan mereka bisa kita patahkan.”

  Surya tidak bicara. Dalam hati ia tahu, Belanda memang terkenal dengan serangan mendadak, terutama dalam Agresi Militer. Dalam sejarah, mereka bisa menembus kota-kota besar hanya dalam hitungan hari.

  Tapi tentu saja, Surya bukan orang bodoh yang akan menyampaikan pikiran itu pada sang mayor.

  “Kurasa aku berutang permintaan maaf padamu, Surya,” kata Mayor Wiratmaja. “Kami salah paham.”

  “Tidak apa-apa, Mayor!” jawab Surya. “Itu wajar.”

  Memang terdengar agak bermuka dua, mengingat Surya hampir saja dieksekusi sebagai pengkhianat beberapa waktu lalu. Tapi ia tahu, bukan Mayor Wiratmaja yang mendorong keputusan itu. Malah tanpa sang mayor, ia pasti sudah tamat.

  “Tidak, ini bukan masalah kecil, Surya!” Mayor Wiratmaja menepuk perban di dahinya dengan hati-hati, lalu berdiri tegap. “Kau tahu, kita hampir menembak seorang pejuang sebagai pengkhianat. Itu tidak adil untukmu, dan juga kerugian besar bagi pasukan. Jadi, ke depan kita harus lebih hati-hati, bukan?”

  “Ya, Mayor!” Surya mengangguk tegas. “Saya sepenuhnya setuju!”

  Surya melirik ke arah Komandan Joko, yang duduk tidak jauh darinya. Ia tahu, kata-kata Mayor Wiratmaja sebenarnya ditujukan pada orang itu.

  Namun Komandan Joko tampak tak terganggu. Ia duduk dengan santai, menyilangkan kaki, membaca buku seolah tidak ada apa-apa, sementara di depannya berlutut beberapa prajurit yang ditahan karena dianggap pengecut. Salah satunya adalah Arif.

  “Mengingat kinerjamu yang luar biasa!” kata Mayor Wiratmaja, “aku memutuskan untuk mempromosikanmu menjadi pengawas Kompi 1. Bagaimana menurutmu?”

  Surya sedikit terkejut. Ia hanyalah seorang pemuda, baru sekali turun di medan perang, dan tiba-tiba ditunjuk sebagai pemimpin pasukan.

  Tapi di sisi lain, hal itu masuk akal. Sebagian besar pasukan baru ini belum pernah bertempur. Ditambah lagi, korban di pihak republik begitu besar, terutama di jajaran komandan. Jadi, menempatkan Surya yang sudah menunjukkan prestasi nyata adalah langkah yang bisa dimengerti.

  Setelah berpikir sejenak, Surya berdiri tegak dan menjawab, “Tidak ada keberatan, Mayor! Saya akan mematuhi perintah tanpa syarat.”

  Ia tahu, itu bukan pertanyaan sungguhan. Seperti yang pernah dibilang Komandan Joko sebelumnya: prajurit tidak perlu punya pendapat sendiri.

  “Bagus!” Mayor Wiratmaja mengangguk puas. “Kau bisa berkenalan dengan bawahanmu dan memimpin mereka dengan gagah berani, seperti yang sudah kau tunjukkan.”

  “Mayor!” tiba-tiba suara Komandan Joko menyela. “Saya punya pendapat berbeda.”

  “Apa maksudmu?” Mayor Wiratmaja mengerutkan kening, tak suka dipotong begitu saja.

  “Sederhana.” Komandan Joko menurunkan bukunya, lalu mengangkat dagunya ke arah Arif yang masih berlutut. “Satu kompi tidak boleh memiliki dua pemimpin sekaligus.”

  Baru saat itulah Surya sadar Arif ternyata adalah komandan kompi sebelumnya.

  “Dia sudah dicopot!” sahut Mayor Wiratmaja cepat. “Aku rasa kau tidak benar-benar yakin dia masih pantas memimpin, Komandan Joko!”

  “Tentu saja tidak.” Komandan Joko berdiri, merapikan seragam dan ikat pinggangnya. “Tapi tetap harus ada akhir yang jelas antara pemimpin lama dan pemimpin baru. Itu akan menjadi pelajaran penting, awal yang baik untuk bawahan, dan penguat disiplin seluruh pasukan. Apakah Anda setuju?”

  Mendengar itu, Surya langsung tahu apa yang akan terjadi.

Tepatnya, bukan apa yang ingin dilakukan Komandan Joko, tetapi apa yang ingin dilakukan Surya... Ia diperintahkan untuk menembak Arif.

Arif dikawal keluar oleh dua prajurit. Ia hampir terseret keluar karena tak kuat melangkah.

Lokasinya persis di tempat Komandan Joko menahan Surya... halaman terbuka di samping markas pejuang, Arif dipaksa berlutut di tanah.

"Angkat senjatamu, Surya!" perintah Komandan Joko.

Telapak tangan Surya berkeringat. Meskipun ini bukan pertama kalinya ia menghadapi situasi mematikan, kali ini berbeda... Sasarannya adalah kawan seperjuangan sendiri, jaraknya dekat, hanya dua meter. Surya bahkan bisa melihat mata Arif yang ketakutan... dan seluruh tubuhnya gemetar.

"Jangan lakukan ini, Surya!" pinta Arif dengan suara serak, "Kumohon! Aku... masih punya dua anak, dan seorang istri, mereka menungguku kembali..."

"Dia pengkhianat, Surya!" Komandan Joko menyalakan sebatang rokok di sampingnya dan berkata dengan datar, "Sayang sekali, dalam pasukan kita tak boleh ada noda. Kalau ada yang berkhianat, harus segera dicabut seperti duri. Kalau tidak, akan meracuni seluruh perjuangan kita melawan Belanda!"

Asap rokok mengepul dari mulutnya. Lalu ia melanjutkan:

"Tembak! Gunakan tindakanmu untuk menunjukkan bahwa pasukan kita tidak butuh pengecut macam dia. Buktikan bahwa kau pantas jadi pemimpin regu, bahwa kau punya keberanian untuk memimpin anak buahmu melawan serdadu-serdadu Belanda... Tembak!"

Surya menggertakkan giginya. Ia ingin menutup mata dan menarik pelatuk, tetapi tak bisa.

Bukan hanya karena Arif mengenakan seragam Militer dan merupakan kawan seperjuangan, tetapi juga karena ia tahu ini bukan pertempuran... ini pembantaian.

"Tembak!" Komandan Joko meninggikan suaranya, tak sabar.

Setelah berpikir sejenak, Surya perlahan menurunkan senjatanya:

"Tidak, Komandan. Aku tidak bisa melakukan ini. Hukum aku kalau perlu, atau berikan jabatan pada orang lain!"

"Mengapa?" tanya Komandan Joko.

"Karena senjataku hanya untuk Belanda, bukan untuk saudara sendiri!" jawab Surya tegas.

Komandan Joko menatap Surya dalam-dalam. Setelah beberapa saat, ia mengangguk pelan.

"Selamat, Kamerad Surya. Aku percaya padamu!"

Saat itu, Surya baru sadar... ini hanyalah ujian.

Kalau ia benar-benar pengkhianat atau mata-mata Belanda, ia pasti sudah menembak Arif tanpa ragu.

Dorrr!

Namun, saat Surya berbalik, terdengar suara tembakan dari belakang...

Surya refleks menoleh. Arif terjatuh ke tanah kaku, lubang peluru di kepalanya mengalirkan darah segar.

1
Nani Kurniasih
👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻lanjut Thor yg banyak
Nani Kurniasih
berasa ikutan perang
RUD
terima kasih kak sudah membaca, Jiwanya Bima raganya surya...
Bagaskara Manjer Kawuryan
jadi bingung karena kadang bima kadang surya
Nani Kurniasih
ngopi dulu Thor biar crazy up.
Nani Kurniasih
mudah mudahan crazy up ya
Nani Kurniasih
ya iya atuh, Surya adalah bima dari masa depan gitu loh
Nani Kurniasih
bacanya sampe deg degan
ITADORI YUJI
oii thor up nya jgm.cumam.1 doang ya thor 3 bab kekkk biar bacamya tmbah seru gt thor ok gasssss
RUD: terima kasih kak sudah membaca....kontrak belum turun /Sob/
total 1 replies
Cha Sumuk
bagus ceritanya...
ADYER 07
uppppp thorr 🔥☕
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!