Kita tidak pernah tau bagaimana Tuhan akan menuntut langkah kita di dunia. Jodoh.. meskipun kita mati-matian menolaknya tapi jika Tuhan mengatakan bahwa dia yang akan mendampingimu, tidak akan mungkin kita terpisahkan.
Seperti halnya Batu dan Kertas, lembut dan keras. Tidaklah sesuatu menjadi keindahan tanpa kerjasama dan perjuangan meskipun berbeda arah dan tujuan.
KONFLIK, SKIP jika tidak sanggup membacanya..!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bojone_Batman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
9. Rencana terselubung.
Aku menggandeng tangan Jena membawanya ke tempat yang lebih nyaman untuk bicara. Aku tidak paham apakah memang bicara dengan gadis muda akan seperti ini jadinya. Yaa.. Jena masih dalam usia penghujung belasan tahun.
"Kita harus tetap lanjutkan pengajuan nikah ini. Apapun yang terjadi, saya tetap menikahi kamu..!!" Kataku. Aku ingin mempertanggung jawabkan apapun yang terjadi baik aku tau ataupun tidak.
"Jena sudah bilang, Jena hanya ingin menikah dengan orang yang Jena cintai......."
"Cinta itu di pupuk, di pelihara hingga tunasnya tumbuh sempurna. Kalau dari awal tunas itu kamu biarkan, daunnya kamu petik. Kapan pohon tersebut bisa tumbuh?? Tapi ini bukan tentang pohon, dek." Jawabku.
"Apa gunanya pernikahan tanpa restu orang tua?? Meskipun awalnya mereka setuju tapi kini semuanya sudah hancur." Kata Jena.
"Saya perbaiki..!! Saya janji akan menjadi suami yang baik untukmu." Janjiku saat itu.
"Nggak mau..!!"
Terus saja penolakan itu ku rasakan tapi keputusan terakhir berada pada ketegasanku sebagai calon suami dan calon imam untuk Jena.
"Kita menikah..!!! Ayo kembali ke Batalyon, kita selesaikan semua sekarang..!!" Ku gandeng erat tangan Jena dan tidak ku lepas lagi.
Jena kembali menolak ku namun aku tak peduli. Ku panggul Jena di pundak ku dan kubawa dirinya pulang menemui Abangnya karena hanya Abang kandungnya yang bisa menyelamatkan dirinya saat ini.
POV Bang Shano off..
Bang Dewo berkacak pinggang menatap perwira muda itu 'menghadap' padanya.
"Sampai kapan pun saya tidak akan pernah menikahkan adik saya dengan seorang pemerk*sa..!!"
deg..
Batin Bang Shano terpukul, jadi benar dugaannya bahwa dirinya telah menodai kesucian seorang gadis. Perlahan ingatannya kembali.
'Berarti hal yang kusangka mimpi itu adalah kenyataan. Aku benar-benar sudah melakukannya???'
"Saya harus menikahinya, saya tetap harus mempertanggung jawabkan perbuatan saya. Jangan sampai ada darah daging saya tanpa ikatan pernikahan." Kata Bang Shano.
Bang Dewo tidak peduli, ia menarik kasar tangan Jena lalu membawanya pergi.
"Urusan kamu dengan saya, biarkan Jena di sini dulu..!!" Pinta Bang Shano.
Melihat gelagat Dantonnya, Bang Dewo pun berpikir sejenak kemudian mengikutinya.
~
"Saya nikahkan Danton dengan adik saya, tapi ada syaratnya..!!"
"Apa syaratnya??" Tanya Bang Shano.
"Menikah hanya untuk status, setelah itu kalian bercerai. Jika sampai terjadi kehamilan, kau tidak boleh mengaku ayahnya. Dia adalah bagian dari keluarga kami. Jika kau nekat, saya tidak segan untuk menggugurkan anak itu." Ancam Bang Dewo. "Danton juga di larang menyentuhnya..!!"
Jemari Bang Shano mengepal kuat. Jelas semua permintaan Bang Dewo begitu bertentangan dengan perasaannya tapi tetap ada sesuatu yang harus ia jaga dan ia perjuangkan.
Sejenak matanya terpejam menentukan pilihan namun sebagai seorang pria, ia harus memiliki jalan yang terbaik bagi keluarga kecilnya kelak.
"Baik, saya penuhi. Tapi saya juga punya syarat." Ucapnya di awal untuk meredam masalah.
"Tidak bisa."
"Kamu punya syarat konyol yang memberatkan saya, utamanya tentang hal ranjang. Saya hanya minta Pak Johan sendiri yang menyerahkan putrinya dengan ikhlas pada saya..!!" Ucap tegas Bang Shano. "Kamu ingin perjanjian ini hanya antara kita, kan?? Bujuk Ayahmu..!!"
...
Jena masih enggan mencium tangan Bang Shano. Hatinya masih belum bisa menerima perlakuan seperti ini.
Bang Shano tidak mengambil pusing dan langsung mengecup kening Jena untuk membacakan do'a.
"Nanti langsung ikut dengan saya, tidak usah di mess transit lagi..!!" Kata Bang Shano.
Jena tidak bisa berbuat apapun lagi tapi dirinya tidak punya pilihan.
Ayah Johan meninggalkan tempat, tugasnya sudah usai tapi beliau enggan untuk berinteraksi lebih jauh. Beliau hadir disana hanya karena permintaan sang putra.
Melihat keadaan mental Jena, Bang Shano pahami untuk tidak memaksa tidur dalam satu ranjang bersamanya. Meskipun dirinya belum bisa menebak apa yang akan terjadi nanti.
-_-_-_-_-
Setelah sibuk dengan kegiatan hari ini, malam pun tiba. Bang Shano memilih menggelar tikar dan tidur di lantai agar esok hari mereka bisa melaksanakan proses pengajuan nikah kembali. Namun agaknya Jena sulit untuk memejamkan mata.
Sejak tadi Jena terus gelisah, berguling kesana kemari tidak bisa tenang. Sebentar menutup wajahnya dengan selimut, sebentar lagi menjauhkannya dan menarik guling.
Kesal dengan bau asap rokok di guling tersebut, Jena membuangnya asal.
"Bau apa sih ini?? Asap dan adonan roti bercampur disini." Celoteh Jena kemudian mengambil guling tersebut dan menggantinya dengan guling baru yang masih tersimpan di dalam lemari. "Kenapa ganti yang ini, Jena mau guling yang tadi." Punya Jena.
"Kotor, belum Abang cuci." Kata Bang Shano.
"Jena mau yang itu." Kata Jena bersikeras.
"Yang baru itu saja, atau Abang yang naik jadi guling mu?" Ancam Bang Shano.
.
.
.
.
makanya bang cerita ma istri biar ga salah paham
si Hananto jg ikutan aja mlh bikin makin panas
penyesalan datang belakangan