Dinda memilih untuk menikah dengan seorang duda beranak satu setelah dirinya disakiti oleh kekasihnya berkali-kali. Siapa sangka, awalnya Dinda menerima pinangan dari keluarga suaminya agar ia berhenti di ganggu oleh mantan pacarnya, namun justru ia berusaha untuk mendapatkan cinta suami dari hasil perjodohannya itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasriani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagian 8
Suasana pagi hari di taman memang tidak pernah gagal, udara sejuk pagi hari sembari menunggu matahari mulai tinggi menambahkan kesan tenang dan damai disana.
Belum lagi orang-orang yang berada didalam taman tersebut, mereka terlihat menikmati suasana pagi yang begitu asri disana.
Dinda dan Rindu yang baru saja tiba langsung masuk ke dalam taman, mencari bangku taman yang sekiranya tidak ada orang disana.
Untungnya masih ada dua kursi taman yang kosong, mereka langsung berjalan ke salah satu kursi tersebut dan duduk disana.
"Segar sekali udaranya." Ucap Rindu menghirup dalam dalam udara pagi yang begitu menyegarkan.
"Iya Rin, rasanya semua rasa lelahku langsung hilang. Kata Dinda menimpali, juga ikut menghirup udara segar pagi ini.
Ponsel yang ia genggam bergetar ditangannya, ia segera membukanya dan mendapati nama Yuda dilayar pemanggil.
"Tidak jadi hilang." Ucap Dinda dengan wajah kesal.
Rindu mengangkat alisnya menanyakan maksud Dinda, yang ditanya langsung menunjukkan ponselnya sebagai jawaban, Rindu pun langsung mengerti maksudnya.
"Kenapa tidak kamu blokir saja nomornya Din?." Tanya Rindu memberikan usulan.
"Percuma, nanti dia malah menghubungiku dengan nomor baru. Kalau begini kan aku jadi tau dia yang menelpon, cukup di abaikan saja." Jawab Dinda cuek, ia langsung mengaktifkan mode diam di hp nya.
"Bodohnya si Yuda itu, saat dalam genggaman malah di sia-siakan, sekalinya pergi malah dikejar terus menerus." Ucap Rindu tidak habis pikir dengan pola pikir mantan kekasih sahabatnya itu.
"Aku juga bingung dengan jalan pikirannya, tidak usah dibahas lagi Rindu." Kata Dinda yang tidak ingin membahas Yuda lagi.
Setelah mengabaikan panggilan telepon Yuda, mereka kembali terpaku pada pikiran masing-masing sembari menatap sekeliling taman.
Pandangan Dinda menyisir seluruh isi taman, karena sudah berada disini membuatnya memikirkan Indra dan Ciara, apalagi hari ini adalah akhir pekan, mungkin saja ayah dan anak itu ada ditempat ini sekarang.
"Cari apa Din?." Tanya Rindu yang melihat sahabatnya seperti sedang mencari sesuatu.
"Aku punya kenalan Rin, dia sama anaknya biasanya ada di taman ini." Jawab Dinda masih mencari sekeliling taman.
"Kenalan?." Rindu merasa bingung, biasanya Dinda tidak mudah akrab dengan orang baru, pikirnya.
"Iya, beberapa kali aku ketemu sama dia dan anaknya." Rasa penasaran muncul di benak Rindu, ia begitu mengenal Dinda, ia penasaran siapa orang yang dimaksud oleh sahabatnya itu.
"Perempuan?." Tanyanya lagi.
"Laki-laki." jawab Dinda singkat.
"Laki-laki? Duda Din?." Seketika Rindu heboh dengan sendirinya, banyak hal yang terasa janggal olehnya.
"Aku juga tidak tau, setiap tidak sengaja bertemu, pasti dia hanya berdua dengan anaknya." Jelas Dinda, Rindu pun berpikir sejenak untuk memutuskan status orang yang di bicarakan oleh Dinda.
"Bisa jadi memang Duda sih Din." Ucapnya merasa yakin dengan instingnya.
"Tatapannya selalu sendu kalau dia sedang menatap putrinya, kadang sedih juga. Tapi, beberapa waktu lalu aku ketemu lagi, dia seperti senang waktu aku puji anaknya ceria." Kata Dinda mengingat-ingat setiap hal yang ia lihat dari Indra ketika mereka bertemu.
Ditengah obrolannya, seorang wanita paruh baya yang mendorong stroller bayi mendekati mereka.
"Dinda.." Sapanya ragu.
"Tante." Dinda tersenyum begitu tau orang itu adalah Ibunya Indra.
"Ternyata benar kamu." Ibu Indra pun sama Senangnya setelah memastikan orang itu adalah benar Dinda.
"Tante sama Ciara?." Tanya Dinda yang segera bangkit dari tempat duduknya dan menghampiri Ciara.
Ciara terlihat sangat senang saat melihat wajah Dinda yang sumringah saat bertemu dengannya.
"Iya, Papanya lagi ada kerjaan urusan mendadak dikantor, makanya Tante yang jaga Ciara." Jawab wanita paruh baya tersebut.
Rindu hanya menyimak obrolan mereka berdua, sesekali ia melirik ke arah stroller Ciara, tetap saja ia merasa aneh. Melihat Dinda saat ini membuatnya tertegun, baginya ini adalah hal yang baru.
"Duduk disini saja Tante." Kata Dinda mempersilahkan, Rindu yang peka langsung bergeser ke ujung.
"Aduh Tante jadi mengganggu kalian, maaf yah." Ucap Ibunya Indra tidak enak.
"Tidak sama sekali Tante, kursinya panjang kok." Jawab Dinda menenangkan.
Dengan senang hati, ia langsung duduk disana, begitupun dengan Dinda yang kembali duduk di tempatnya.
"Tante benar-benar berharap bisa ketemu kamu lagi Dinda, Tante tidak menyangka bisa ketemu kamu disini." Kata-kata yang Dinda dengar begitu tulus, ia yakin tidak ada kebohongan atau sekedar basa basi dalam ucapan Ibunya Indra.
“Aku cukup sering disini kok Tante, kadang aku juga lihat kak Indra sama Ciara disini." Ucap Dinda, Ibunya Indra sontak menatap Dinda.
Ada rasa senang dalam hatinya saat Dinda menyebut nama putranya, seakan ada harapan yang tersembunyi dibalik tatapannya.
"Bagaimana biasanya Indra ditaman sama Ciara?." Tanya Ibunya penasaran.
"Tidak banyak hal sih, hanya duduk saja sembari menikmati matahari pagi." Jawab Dinda.
Wajah semangat di raut wajah wanita tadi perlahan meredup, ia tau dengan pasti bagaimana perasaan putranya kala menatap anaknya.
"Begitu yah." ucapnya pelan.
"Iya Tante." Dinda mengangguk mengiyakan.
***
Setelah cukup lama berbincang, mereka memutuskan untuk pulang saat matahari sudah mulai tinggi dan menyilaukan pandangan mereka.
"Tante, Dinda izin pamit yah." Ucap Dinda menunjukkan kesopanannya.
"Iya Dinda, kamu hati-hati dijalan yah." Jawab Ibunya Indra sembari berpesan.
"Iya Tante..," Jawabnya tersenyum senang, "Ciaraa, Dinda pulang dulu yah." Ucapnya pada Ciara, ia pun tidak lupa mencubit gemas pipi bulat Ciara.
"Permisi Tante." Pamitnya dari sana dan diikuti oleh Rindu dari belakang.
***
"Yang kamu maksud anak kenalan kamu, yang itu tadi?." Tanya Rindu saat mereka berjalan keluar dari taman.
"Iya, yang itu Mamanya." Jawab Dinda, Rindu pun semakin dibuat terkejut.
"Kamu sampai sudah kenal sama Mamanya?." Tanya Rindu lagi dengan antusiasnya.
"Kebetulan aja ketemu waktu di cafe." Jelas Dinda tidak ingin ada kesalahpahaman.
"Bisa jadi jodoh kamu Dinda." Ucap Rindu bercanda.
"Sstt, jangan bilang sembarangan Rindu, bagaimana kalau istrinya dengar." Tegur Dinda pada Rindu yang sangat aktif itu.
"Tau tidak, aku sampai bengong lihat kamu akrab dengan orang lain." Kata Rindu merasa ada yang berubah dari sahabatnya itu.
"Namanya juga manusia Rin, tidak tertebak.“ Ucap Dinda dengan santainya.
"Aku rasa akan ada hal besar nantinya Din, tinggal tunggu waktu aja". Rindu mulai merasakan banyak hal baru yang terjadi pada sahabatnya.
Ia harap hanya hal baik yang akan terus menghampiri hidup sahabatnya. Baginya Dinda sudah senang saja membuatnya ikut bahagia, doa baik dan semua harapan yang baik sellau ia curahkan untuk Dinda, sahabatnya yang sudah seperti keluarga sendiri untuknya.
Rindu tersenyum menatap Dinda, entah kenapa ia sangat senang melihat sahabatnya mulai tersenyum lagi.