NovelToon NovelToon
Hari Kiamat : Hanya Kita Berdua

Hari Kiamat : Hanya Kita Berdua

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Zombie / Epik Petualangan / Hari Kiamat
Popularitas:65.8k
Nilai: 5
Nama Author: Desau

"Meski kau adalah satu-satunya lelaki di dunia ini, aku tetap tidak akan mau denganmu!" Britney menolak tegas cowok yang menyatakan cinta padanya.

Tapi bagaimana kalau di hari Britney mengatakan itu, terjadi invasi virus zombie? Seketika satu per satu manusia berubah menjadi zombie. Keadaan Zayden High School jadi kacau balau. Pertumpahan darah terjadi dimana-mana.

Untungnya Britney mampu bertahan hidup dengan bersembunyi. Setelah keadaan aman, dia mulai mencari teman. Dari semua orang, satu-satunya orang yang berhasil ditemukan Britney hanyalah Clay. Lelaki yang sudah dirinya tolak cintanya.

Bagaimana perjalanan survival Britney dan Clay di hari kiamat? Apakah ada orang lain yang masih hidup selain mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

chapter ²⁹ - make sure

Keheningan menghantam ruangan itu seperti palu baja. Britney berdiri terpaku, dadanya naik-turun cepat. Clay juga tak bisa bergerak, pedang anggar masih tergenggam tapi menurun begitu saja seolah seluruh tenaganya hilang.

“A… aku apa?” bisik Britney, hampir tak terdengar.

Jennifer hanya menatapnya dengan senyum samar, terlalu tenang, terlalu sadar, terlalu manusia untuk seseorang yang baru beberapa minggu lalu menggigit apa pun yang hidup.

“Tumbuh… ada sesuatu tumbuh dalam dirimu,” ulangnya pelan. “Sesuatu yang hidup.”

Britney mundur selangkah, tubuhnya gemetar. “Clay… aku… ini beneran? Ini bukan efek zombie, kan? Aku nggak—”

“Tunggu,” potong Clay cepat, memeluk bahunya. “Tenang, Brit. Kita jangan ambil kesimpulan dari… dari omongan orang yang baru dua hari lalu masih mau makan kita.”

Jennifer mendongak, nada suaranya lembut tapi mengandung sesuatu yang menusuk. “Aku mungkin baru sadar kembali. Tapi aku tidak salah.”

Clay menatapnya tajam. “Diam dulu!"

Namun kata-kata itu tidak bisa menarik kembali kenyataan yang baru saja dijatuhkan Jennifer ke atas mereka.

Britney menunduk, mendekap perutnya, air mata memenuhi matanya tanpa ia sadari. “Clay… apa mungkin? Maksudku… kita memang sering… tapi di dunia seperti ini… aku nggak pernah berpikir…”

Clay mendekatinya perlahan. Ia menyentuh pipi Britney, menghapus air matanya dengan ibu jarinya. “Brit… bahkan kalau itu benar… itu bukan hal buruk.”

“Tapi ini bukan dunia normal!” Britney memotong, suara pecah. “Gimana kalau aku nggak siap? Gimana kalau kita nggak bisa lindungi—”

“Kita bisa!" Clay meraih wajahnya, memaksanya menatap. “Aku nggak akan biarkan apa pun menyentuhmu. Atau… menyentuh dia.”

Britney terisak, tapi senyum kecil muncul di wajahnya. “Kau… kau yakin kita bisa jadi orang tua di dunia zombie?”

Clay menarik napas panjang. “Kalau kita bisa bertahan sejauh ini, ya. Kita bisa.”

Jennifer menyandarkan punggungnya ke kepala ranjang, mengamati mereka seperti penonton film yang tahu lebih banyak daripada karakter utama. “Kalian berdua… aku bisa merasakannya dari awal. Energi baru di tubuhnya. Denyut ganda. Itu bukan penyakit.”

Britney memandang Clay lagi. Tatapannya meminta kepastian. “Kau percaya dia?”

Clay menggenggam tangannya. “Aku percaya satu hal, kita harus pastikan dulu.”

Ia berdiri, mengambil jaket dan tas ransel kecil. “Aku pergi cari alat tes. Ada apotek dua blok dari sini, aku bisa—”

“Tidak!” potong Britney cepat, memegang tangannya. “Itu bahaya. Kau sendirian.”

Clay tersenyum tipis. “Aku sudah pernah lebih buruk dari ini. Aku bisa cepat. Dan aku akan kembali sebelum matahari turun.”

Jennifer ikut bicara, suaranya jernih sekarang. “Jalan ke arah sana banyak zombie merayap. Mereka diam di bawah mobil. Kau harus hati-hati.”

Clay menatapnya tajam. “Kau bisa bicara lancar sekarang?”

“Tubuhku beregenerasi,” jawab Jennifer. “Darah Britney merubahku dari dalam. Aku tidak tahu apakah aku akan kembali normal sepenuhnya… atau menjadi sesuatu yang baru.”

Nada suaranya membuat Clay bergidik. Bukan karena ancaman, tapi karena ketidakpastian yang tak bisa ditebak.

Clay menatap Britney sekali lagi. “Aku pergi. Kunci pintu setelah aku keluar. Jangan buka sampai aku ketuk tiga kali.”

Britney mengangguk, meski wajahnya masih tampak takut.

Clay mengecup keningnya, singkat, lembut, dan penuh janji, lalu pergi. Pintu berat itu menutup, meninggalkan dentuman pelan yang menggema di seluruh mansion.

...***...

Clay menuruni tangga mansion dengan pedang anggar di tangan, matanya awas menembus kabut. Dunia sudah lama mati, tapi bau busuknya masih terekam di setiap jalanan. Ia melewati mobil-mobil yang ditinggalkan, beberapa penuh noda darah, beberapa kaca belakangnya pecah. Gemerisik kecil di bawah salah satu mobil membuatnya menegang, satu zombie merangkak pelan, tubuhnya setengah remuk.

Clay mengayunkan pedang anggarnya, memutuskan suara dengan cepat dan presisi.

“Maaf, kawan,” gumamnya sambil melangkah lagi.

Jarak ke apotek hanya 200 meter, tapi di dunia baru ini, 200 meter adalah jarak antar hidup dan mati. Saat ia tiba, pintu kaca toko sudah retak-retak, tapi masih tertutup. Clay mendorong pelan, masuk dengan langkah hati-hati. Aroma obat basi dan debu menyambutnya. Rak-rak berantakan, tapi bagian perlengkapan medis masih utuh. Clay menyisir rak, menemukan beberapa kotak alat tes kehamilan. Memasukkannya ke tas, ia menambahkan obat antimual, air mineral, vitamin prenatal.

“Lebih aman kalau berjaga-jaga,” gumamnya.

Saat ia hendak keluar, suara geraman terdengar dari salah satu lorong. Clay memutar badan. Dua zombie dewasa dan satu remaja muncul, merangkak cepat ke arahnya. Mata mereka hitam pekat, pakaian robek dan berlumur tanah.

“Ayo lah,” desis Clay, memutar pedangnya.

Zombie pertama menerjang. Clay menepis kepalanya ke samping, lalu menusuk tengkoraknya dalam satu gerakan. Zombie kedua melompat, Clay membungkuk, memotong tendon kakinya hingga jatuh, lalu menusuk jantungnya, memastikan tubuh itu tak bergerak lagi.

Remaja itu berdiri terpincang, menatap Clay dengan ekspresi sedih, seolah sisa kemanusiaannya masih tertinggal.

Clay menutup mata sejenak. “Maaf.”

Satu tusukan cepat. Hening kembali menyelimuti apotek. Clay keluar dengan napas sedikit berat dan memulai perjalanan kembali ke mansion.

Sementara itu Britney & Jennifer masih berada di kamar. Suasana berubah drastis. Jennifer kini duduk tegak, rambut panjangnya tergerai rapi seolah baru disisir, kulitnya tampak sehat dengan warna kemerahan. Ia menggerakkan pergelangan tangan dan kakinya yang masih dirantai, seakan sedang melatih tubuh baru.

Britney berdiri di samping pintu, memegangi dadanya, mencoba mengatur napas. “Kau… benar-benar berubah.”

Jennifer tersenyum kecil. “Aku merasakan sesuatu di tubuhku, sesuatu yang belum pernah kurasakan sebelumnya. Aku juga bisa mendengar lebih kuat dibanding sebelumnya. Termasuk kehidupan di dalam perutmu."

Britney menelan ludah. “Kau tidak merasa… ingin menyerang kami lagi?”

Jennifer menggeleng. “Tidak. Naluri itu… memudar. Yang tersisa hanya rasa ingin tahu.”

Ia menatap Britney lama sekali, membuat gadis itu gugup.

“Apa?” tanya Britney akhirnya.

Jennifer condong ke depan. “Denyut itu. Denyut kecil itu. Aku bisa mendengarnya dari sini.”

Britney memeluk perutnya refleks. “Berhenti bicara begitu. Itu menakutkan.”

“Maaf,” Jennifer menunduk pelan. “Aku tidak bermaksud menakutimu. Aku hanya… kagum.”

“Kagum?”

“Di dunia yang membusuk… kau justru menumbuhkan kehidupan.”

Nada Jennifer terdengar tulus. Namun ada juga kesedihan halus tersembunyi di baliknya.

Britney diam. Dalam hening itu, ia tiba-tiba merasakan sesuatu di dalam perutnya, denyut halus, bukan gerakan, tapi seperti kehangatan kecil yang berkembang. Matanya melebar.

“Apa aku benar-benar…”

Jennifer tersenyum. “Tentu saja. Itu jelas.”

Britney memancing napas panjang, gemetar dari kepala sampai kaki. “Clay harus cepat kembali…”

...***...

Perjalanan pulang Clay berjalan lebih lancar. Gerimis turun tipis, menutupi bau darah dan mengalihkan perhatian zombie-zombie jarak jauh.

Saat mansion mulai terlihat, Clay mempercepat langkah. Ia mengetuk pintu tiga kali.

Pintu terbuka cepat, Britney menariknya masuk dengan wajah cemas. “Kau lama sekali!”

Clay mencium keningnya sambil menenangkan. “Aku baik-baik saja. Nih, alat tesnya.”

Britney menatap kotak-kotak itu, tangannya gemetar. “Aku… nggak tahu apakah aku siap.”

Clay memegang kedua pipinya. “Apa pun hasilnya… kita hadapi bareng.”

Britney mengangguk pelan. Ia masuk kamar mandi membawa kotak itu, sementara Clay menunggu di depan pintu dengan napas tidak kalah gugup. Detik berlalu seperti jam. Ketika pintu terbuka, Britney berdiri dengan tes di tangan, wajah pucat tapi matanya berkilat basah.

“Clay…”

Clay menelan ludah. “Brit… hasilnya?”

Britney menahan isak, lalu mengangkat alat itu ke arah Clay. Dua garis merah jelas terlihat.

“Aku… kita… benar-benar akan punya bayi…”

Untuk sesaat Clay hanya berdiri, tak bernapas, tak bergerak. Lalu perlahan, wajahnya memudar, berubah menjadi keterkejutan murni, disusul tawa kecil penuh kelegaan dan air mata yang bahkan Clay tak sangka bisa jatuh dari matanya sendiri. Ia memeluk Britney erat, mengangkatnya sedikit dari lantai sambil berbisik:

“Kita akan jadi orang tua… di dunia gila seperti ini…”

Britney tertawa sambil menangis. “Aku takut, Clay.”

“Aku juga… tapi aku lebih bahagia daripada takut.”

Namun di balik kebahagiaan itu, ada sesuatu lain yang tumbuh, rasa waspada, karena dunia di luar tidak berubah.

1
Okto Mulya D.
perjuangan berat tuhh
Okto Mulya D.
Jenifer sulit ditebak ya?!, semoga tidak membahayakan Clay dan Britney serta janin anak mereka.
Tiara Bella
Jeniffer mw kemana ya
Tiara Bella
wow dijalan kiamat zombie Britney hamil....semoga dpt melaluinya ya clay Britney.....
Rommy Wasini Khumaidi
aduh...masih kepikiran Jenifer ini thor,takut tiba² nyerang,nanti kalau bayinya Britney lahir ari²nya dimakan kaya Suzana,lebih menakutkan lagi bayinya dimakan,ngeri bgt ngebayanginya 🙈🙈atau jangan² bayinya akan menjadi super hero,karena terkontaminasi virus zombie
Cindy
lanjut
Tiara Bella
wow Jenifer akhirnya sadar ya....tp emang butuh proses.....
Rommy Wasini Khumaidi
aku takut Jenifer jadi makhluk yang melebihi zombie
Rommy Wasini Khumaidi
tuh kan hamil britney
Kiki Handoyo
"BUILD THE WORLD A NEW"

SELAMAT DATANG peradaban baru.
Itulah kalimat yang layak diucapkan saat ini.
Manusia ditakdirkan menjadi khalifah, pembawa perubahan dan pembentuk peradaban di muka bumi.
Mengubahnya dan memicu lahirnya peradaban baru bagi umat manusia.

Virus zombie yang mewabah di hampir semua daerah ini telah mengubah hampir seluruh sendi kehidupan masyarakat bahkan sangat tidak siap dengan kehadiran wabah yang mematikan ini.
Manusia hadir untuk bertindak melakukan perubahan dan membangun peradaban yang diamanatkan oleh Allah SWT.
Dimana semua orang bisa hidup damai, membuat sebuah daerah mampu bangkit dan berkontribusi dalam peta peradaban...🤩🥰
Okto Mulya D.
Britney hamil ngga tuhhh ...bakal repot nihhh
Okto Mulya D.
dunia berjalan lambat..
Okto Mulya D.
ada zombie lagi pasti
Okto Mulya D.
gedung yang tenang ternyata banyak zombie nya..huhh..
Rommy Wasini Khumaidi
Brithney hamil ditengah dunia Zombie,lupa gk pake pengaman ya Clay,gk ada alfamart yang jual Sutra ditengah dunia yang hancur🤣
Tiara Bella
hamil sh kynya Britney...
⧗⃟ᷢʷ§𝆺𝅥⃝©⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘ ⍣⃝🦉ꪻ꛰͜⃟ዛ༉
semoga jangan dulu hamil Thor
Okto Mulya D.
waduh hot banget yaa...
Okto Mulya D.
wahhhhh sembuh juga si Britney dan Clay pun tidak sendirian..
Okto Mulya D.
Hahahaha mana mungkin, digigit zombie pasti mati kecuali minum obat dan luka segera dialirkan keluar..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!