Aira memergoki suaminya selingkuh dengan alasan yang membuat Aira sesak.
Irwan, suaminya selingkuh hanya karena bosan dan tidak mau mempunyai istri gendut sepertinya.
akankah Aira bertahan bersama Irwan atau bangkit dan membalas semuanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fazilla Shanum, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menikahi Lisa
Di kantor, Aira sedang pusing dan juga panik karena Pak Agam belum juga kembali ke kantor, sedangkan sebentar lagi meeting akan segera di mulai.
"Ini Pak Agam ada dimana, sih? Kenapa belum balik juga, meeting tinggal satu menit lagi. Bagaimana kalau tamunya udah sampai dan Pak Agam malah tidak ada," panik Aira, "kalau aku tiba-tiba cancel, dan Pak Agam datang, dia juga pasti akan marah besar. Sebaiknya aku pelajari aja dulu apa yang akan menjadi obrolan nanti. Dan aku kirim pesan sama Pak Damian agar Pak Damian bisa menghubungi Papanya," ucap Aira sambil mengirim pesan pada Damian dan membaca laporan.
Dari arah depan, Aira mendengar suara langkah kaki yang mendekat. Aira langsung menoleh dan ternyata Pak Agam.
"Syukurlah Bapak akhirnya datang juga, saya sudah panik dari tadi," ucap Aira dengan lega.
Pak Agam tidak menggubris ucapan Aira dan segera masuk ke dalam ruangannya.
"Kenapa lagi tuh orang? Udah tua kok sok ngambekan segala," gerutu Aira.
Aira tidak ingin ambil pusing, ia segera menyiapkan perlengkapan untuk meeting dan pergi ke ruang meeting lebih dulu.
*****
Di rumah Irwan, lebih tepatnya rumah Aira yang dikuasai Irwan. Pagi-pagi sekali, penghulu sudah datang ke rumah Irwan.
"Maaf cari siapa ya, Pak?" tanya Satpam tidak langsung membukakan gerbang.
"Saya penghulu. Saya datang kemari karena permintaan dari Bu Dewi, benar kan ini rumahnya Bu Dewi?" tanya penghulu itu pada Satpam.
"Ya, bener sih Pak. Tapi siapa yang mau menikah? Bu Dewi?" tanya Satpam bingung.
"Ya mana saya tau, saya hanya diminta untuk datang. Jadi saya juga tidak banyak tanya," jawab Penghulu itu.
Dengan berat hati dan pertanyaan dalam pikirannya, Satpam pun akhirnya membukakan pintu. Dan penghulu itu segera menyalakan motornya untuk masuk ke dalam rumah.
"Aku sebaiknya kasih tau Nyonya Aira. Tapi kalau aku tidak punya bukti gimana caranya aku bisa kabari ya? Takutnya nanti Nyonya Aira malah nggak percaya lagi. Apa aku diam-diam aja masuk dan merekam siapa yang akan menikah? Aku curiga kalau yang akan menikah adalah Pak Irwan. Dia kan kemarin membawa wanita kesini. Sedangkan Bu Dewi, kayaknya belum ada laki-laki yang masuk kerumah ini selain Pak Irwan. Mungkin karena dia cerewet kali," ucap Satpam.
Satpam itu akhirnya memberanikan diri untuk masuk ke dalam rumah. Ia berpikir dengan keras agar bisa meletakan ponselnya dan merekam acara itu.
"Ada apa, Pak? tanya Bu Dewi yang melihat Satpam masuk ke dalam rumah.
"Nggak apa-apa, Bu. Saya hanya ingin mengambil minum aja, kebetulan tadi minuman di pos abis. Maaf ya Bu menganggu, saya permisi dulu," ucap Satpam.
Satpam pun segera pergi masuk ke dalam melewati Bu Dewi dan Pak Penghulu yang masih mengobrol di ruang keluarga.
"Semoga aja mereka masih lama ngobrolnya," ucap Satpam.
Ia segera silent ponselnya dan meletakan di samping hiasan pot bunga yang menurut satpam itu tidak akan kelihatan.
"Nah, beres juga. Semoga aja nggak ketauan," ucap satpam dengan lega. Ia buru-buru pergi ke dapur dan mengambil air agar Bu Dewi tidak curiga.
Irwan dan juga Lisa menuruni tangga, Lisa tentu saja sangat cantik dengan makeup tebalnya. Ia yang memang pandai memoles wajah tak perlu mengundang MUA.
Kebetulan kebaya milik Aira dulu muat pada Lisa walaupun dengan sedikit paksaan karena Lisa hanya bisa mendapatkan sisa dari Aira saja.
"Kayaknya udah dateng penghulunya, Sayang," ucap Irwan yang mendengar suara ibunya sedang ngobrol di ruang tamu.
"Ya udah kamu liat aja dulu sana ke ruang tamu. Biar aku tunggu di sini, Mas," jawab Lisa.
Irwan mengangguk dan pergi ke ruang tamu dimana ibunya berada.
"Ternyata Pak penghulunya sudah datang, apa bisa langsung dimulai pernikahannya, Pak?" tanya Irwan yang tak ingin mengulur waktu lagi.
"Tentu saja bisa. Kebetulan nanti agak siangan saya juga masih ada undangan di tempat lain," jawab Pak Penghulu.
"Ayo masuk aja, Pak. Nikahnya di ruangan keluarga aja," ajak Bu Dewi.
"Siapa yang akan menjadi saksi pernikahan ini, Bu? Dan dimana wali perempuannya?" tanya penghulu itu karena hanya melihat tiga orang saja.
Bu Dewi yang kebetulan melihat Satpam tadi keluar segera memanggilnya.
"Ya, ada apa Nyonya?" tanya Satpam menghampiri Bu Dewi.
"Kamu cari tetangga sana dua orang, orang luar yang ada di jalan juga nggak apa-apa yang penting cepet," ucap Bu Dewi.
"Pagi-pagi gini biasanya jalanan sepi, Nyonya," jawab Satpam.
"Belum juga di cari udah bilang sepi, udah sana kamu keluar dulu. Cari aja cepetan, dimana kek, yang penting harus dapet," ucap Bu Dewi yang lupa tidak menyiapkan saksi untuk pernikahan anaknya.
"Iya baik, Bu," jawab Satpam.
Satpam pun langsung buru-buru pergi meninggalkan ruang keluarga untuk mencari orang yang mau untuk jadi saksi pernikahan.
"Jadi begini Pak Penghulu, calon istri anak saya ini sudah yatim piatu. Saya lupa menjelaskan pada Pak penghulu tadi malam, karena saya terlalu senang menikahkan mereka berdua. Daripada berzina kan Pak? Jadi nggak masalah kan kalau diwakilkan sama Pak penghulu?" tanya Bu Dewi.
"Kalau memang sudah tidak punya ayah ataupun keluarga yang bisa menjadi wali, saya bisa menjadi walinya Bu," jawab Penghulu itu agar mempersingkat waktu.
"Sekali lagi terimakasih banyak Pak penghulu," ucap Bu Dewi dengan senyum yang terpatri di bibirnya.
"Pak Jarwo lama banget ya cari orangnya, udah lima menit masa belum nemu juga," ucap Irwan dengan kesal.
"Kamu yang sabar, Mas. Tadi kan pak Jarwo juga udah bilang kalau cari orangnya emang sedikit sulit," sahut Lisa agar terlihat sabar di depan mertuanya.
"Biar Mama yang susul keluar deh Irwan," ucap Bu Dewi. Ia bahkan tidak menyuguhkan minuman untuk penghulunya.
Baru saja sampai di ruang tamu, Pak Satpam sudah membawa dua orang yang berjalan di belakangnya.
"Maaf Nyonya, saya lama cari orangnya. Ini juga saya janjikan bakalan dikasih uang makannya mereka mau!" ucap Jarwo.
"Ya udah nggak masalah, ayo buruan masuk!" Ajak Bu Dewi pada kedua laki-laki itu.
"Saya gimana, Nyonya?" tanya Jarwo pada Bu Dewi.
"Ya kamu diluar aja sana, jaga pos seperti biasa," jawab Bu Dewi.
"Baik, Nyonya." Jarwo langsung berbalik dan pergi dari sana.
"Ini dia yang akan menjadi saksi pernikahannya, Pak," ucap Bu Dewi.
"Baiklah karena sudah lengkap, saya akan langsung menikahkan mereka berdua," jawab Penghulu.
Penghulu itu langsung mengulurkan tangannya pada Irwan. "Bismillahirrahmanirrahim, saudara Irwan, saya nikahkan dan kawinkan engkau dengan saudari Lisa binti almarhum Bapak Toni dengan mas kawin uang tunai sebesar 10 juta di bayar tunai," ucap penghulu itu dengan jelas.
"Saya terima nikah dan kawinnya Lisa binti almarhum Bapak Toni dengan mas kawin tersebut di bayar tunai," jawab Irwan dengan satu tarikan napas.
Ia terlihat sangat mantap untuk segera menikahi Lisa tanpa ada keraguan sedikitpun ataupun kepikiran pada Aira dan juga anaknya.
"Bagaimana saksi, sah?" tanya penghulu pada kedua saksi yang hadir disana.
"Sah," sahut mereka berdua dengan kompak. Toh mereka juga hanya dibayar.
Penghulu pun langsung membacakan doa setelah para saksi mengatakan kalau pernikahan mereka sah.
"Karena sudah selesai, saya pamit permisi dulu ya Bu," pamit penghulu.
"Iya Pak, terimakasih karena Pak penghulu sudah mau membantu," ucap Bu Dewi sambil memberikan amplop.
"Iya Bu sama-sama, saya pamit permisi dulu semuanya, assalamualaikum."
"Walaikumsalam."