NovelToon NovelToon
Jangan Salahkan Aku Mencintainya

Jangan Salahkan Aku Mencintainya

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Cinta Terlarang / Pelakor / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Penyesalan Suami
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: ANGGUR

Hans dan Lily telah menikah selama 2 tahun. Mereka tinggal bersama ibu Meti dan Mawar. Ibu Meti adalah ibu dari Hans, dan Mawar adalah adik perempuan Hans yang cantik dan pintar. Mawar dan ibunya menumpang di rumah Lily yang besar, Lily adalah wanita mandiri, kaya, cerdas, pebisnis yang handal. Sedangkan Mawar mendapat beasiswa, dan kuliah di salah satu perguruan tinggi di kota Bandung, jurusan kedokteran. Mawar mempunyai sahabat sejak SMP yang bernama Dewi, mereka sama-sama kuliah di bagian kedokteran. Dewi anak orang terpandang dan kaya. Namun Dewi tidak sepandai Mawar.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ANGGUR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

14 Awal Kehancuran Rumah Tangga Hans

"Maafkan aku, mas. Aku sangat malu padamu." ucapnya dengan rasa bersalah. Dewi tersadar dan malu akan perbuatannya yang mencoba merayu Hans.

Hans: "Tidak apa-apa, Wi. Aku menyukai wanita yang agresif." ucapnya dengan jujur. Dewi menatap Hans dengan tatapan dalam, sesaat kedua insan itu saling bertatapan. Hans mulai tergoda dengan bibir mungil Dewi, perlahan-lahan Hans mendekatkan bibirnya ke bibir Dewi, lalu melumat bibir mungil Dewi dengan penuh gairah. Hans lupa pada istrinya, Lily. Nafas Hans mulai berat, dia semakin bergairah meraba tubuh Dewi yang lain. Dengan terburu-buru, Hans melucuti pakaian Dewi, dan melucuti pakaiannya sendiri. Kedua insan itu bercinta di ruang tengah, sofa Dewi yang cukup besar dan panjang jadi saksi tempat mereka bercinta. Hans mulai mencium dan menggigit kedua gunung kembar Dewi yang montok, membuat Dewi semakin bergairah. Bagai kucing yang sedang kelaparan, Hans melahap tubuh Dewi dengan penuh gairah. Dewi yang terbiasa melaukannya dengan beberapa mantannya mulai menikmati rangsangan Hans, bahkan sesekali Dewi mengontrol permainan itu membuat Hans kewalahan dan tak berdaya menghadapi keganasan Dewi. Sekitar hampir 1 jam mereka selesai bercinta. Dewi dan Hans sama-sama tersenyum penuh kepuasan.

Hans: "Kamu sangat hebat, Wi. Aku tidak menyangka." pujinya dengan rasa kagum.

Dewi: "Kamu juga hebat, mas." ucapnya. "Aku kewalahan." ucapnya lagi dengan rasa puas. "Terima kasih, mas. Kamu sudah memuaskan hasratku." ucapnya lagi dengan penuh kepuasan.

Hans: "Apakah kamu sering melakukannya, Wi?" tanyanya dengan rasa ingin tahu. Dewi menatap Hans dengan ragu-ragu, dia ingin berusaha jujur pada Hans tentang sisi lain dari kehidupannya.

Dewi: "Aku biasa melakukannya dengan mantanku, mas. Dia membuatku ketagihan sampe sekarang." ucapnya dengan jujur. Hans terdiam, dia baru menyadari siapa Dewi sebenarnya. Di matanya Dewi adalah gadis yang liar yang mudah ditaklukkan.

Hans: "Apa dampaknya jika kamu tidak melakukannya?" tanyanya dengan rasa penasaran.

Dewi: "Tubuhku akan lemas, mas." sahutnya.

Hans: "Haa? Sehebat itukah pengaruhnya, Wi?" ucapnya dengan terheran-heran.

Dewi: "Iya, mas." sahutnya dengan singkat. "Apakah kak Lily di rumah?" tanyanya dengan rasa ingin tahu.

Hans: "Lily berada di Batam selama seminggu." sahutnya. Dewi mendekatkan tubuhnya ke tubuh Hans, lalu mengelus dada Hans yang sedikit berbulu.

Dewi: "Datanglah sesering mungkin ke rumahku, ya, mas. Aku akan memuaskanmu." pintanya sambil berbisik di telinga Hans dengan manja. "Hanya kita berdua yang tahu." ucapnya dengan pelan. Hans menatap Dewi, lalu tersenyum nakal.

Hans: "Kamu sangat liar, Wi." ucapnya sambil menyentuh bibir mungil Dewi dengan jarinya. Dewi tersenyum lebar, lalu kembali melumat dan menggigit bibir Hans. Dia memegang area sensitif pada tubuh Hans sehingga membuat Hans tidak tahan dengan sentuhan tangan Dewi. Kedua insan yang sedang di landa nafsu itu kembali melakukan hubungan terlarang itu lagi di atas sofa milik Dewi. Mereka bercinta hingga larut malam, bahkan Dewi menyuruh Hans untuk menginap di rumahnya malam itu. Pagi itu sekitar pukul 7.15 Hans baru pulang di rumahnya, tante Meti menatap wajah Hans yang lesu dan rambut Hans yang berantakan.

Tante Meti: "Kenapa semalam kamu tidak pulang, nak?" tanyanya dengan rasa penasaran.

Hans: "Aku lembur, bu. Aku lupa mengabari ibu." sahutnya dengan tenang.

Tante Meti: "Oh, ya?" sahutnya dengan rasa tidak percaya.

Hans: "Aku ke kamar dulu, ya, bu. Aku mau mandi." ucapnya. Hans melangkah dengan cepat menuju ke dalam kamarnya, tante Meti mulai menaruh kecurigaan pada anaknya itu. Setau tante Meti, putranya itu belum pernah lembur ataupun pulang larut malam. Hans selalu pulang tepat waktu dari kantor, jika telat palingan hanya telat beberapa menit saja.

Tante Meti: "Semoga saja Hans tidak melakukan tindakan yang merugikan dirinya." gumannya dengan dengan cemas. 30 menit kemudian, Hans keluar dari dalam kamarnya.

Tante Meti: "Sarapan dulu, nak." ucapnya dengan lembut.

Hans: "Aku sarapan di kantor saja, bu. Aku sudah telat." ucapnya. Hans berjalan dengan cepat meninggalkan tante Meti. Bi Sita yang sedang mengangkat piring, mendekati tante Meti.

Bi Sita: "Apakah nyonya Lily masih lama pulang, nyonya?" tanyanya dengan rasa ingin tahu.

Tante Meti: "Masih 5 hari, bi. Lily perginya baru 2 hari." ucapnya dengan penuh keyakinan. "Kenapa, bi?" tanyanya dengan rasa penasaran.

Bi Sita: "Tidak apa-apa, nyonya. Saya hanya bertanya saja, kok." ucapnya sambil tersenyum kecil. "Saya ke kamar tuan Hans dulu, nyonya. Saya mau membersihkan kamar tuan Hans." ucapnya.

Tante Meti: "Iya, bi. Sekalian baju kotornya di keluarkan saja dari dalam kamarnya, ya." ucapnya.

Bi Sita: "Iya, nyonya." ucapnya. Bi Sita melangkah dengan cepat menuju kamar Hans dan Lily. Dengan lincah bi Sita membuka pintu kamar Hans, lalu masuk ke dalam kamar itu untuk dibersihkan. Bi Sita mulai membersihkan tempat tidur Hans, lalu menyapu lantai kamar itu dan terkahir, bi Sita masuk ke dalam kamar mandi yang berada di pojok kamar itu. Bi Sita mulai menyikat dan membersihkan kamar mandi milik Hans dan Lily dengan cekatan. Setelah pekerjaannya selesai, bi Sita mengambil baju-baju kotor milik Hans dan Lily yang terdapat di keranjang baju kotor mereka. Bi Sita mulai mengambil satu persatu baju-baju kotor di dalam keranjang baju itu, saat bi Sita hendak membawa baju-baju kotor itu keluar dari dalam kamar, sebuah benda terjatuh ke lantai dan benda yang jatuh itu berasal dari saku baju milik Hans. Bi Sita membungkukkan badannya, lalu menunduk mengambil benda yang terjatuh itu.

Bi Sita: "Benda apa ini?" tanyanya dengan penuh keheranan. Bi Sita menatap benda itu dalam-dalam, lalu mulai mengamati benda itu dengan seksama. "Apakah ini tissue tuan Hans, ya?" tanyanya dengan rasa penasaran. Benda yang merupakan tissue intim itu terjatuh dari saku baju milik Hans. Bi Sita tidak mengetahui kegunaan tissue magic itu, bi Sita menyimpan kembali benda itu di atas meja rias Lily dan disaat bersamaan, tiba-tiba Hans kembali dan langsung masuk ke dalam kamarnya. Hans terkejut saat melihat bi Sita berada di dalam kamarnya.

Hans: "Ngapain bi Sita di kamar saya?" tanyanya dengan rasa curiga.

Bi Sita: "Saya hanya membersihkan kamar, tuan. Saya juga akan membawa baju-baju kotor ini ke mesin cuci." sahutnya dengan gugup. Hans mulai mencari-cari sesuatu di dalam keranjang baju kotornya.

Hans: "Di mana baju kotorku, bi?" tanyanya dengan kesal.

Bi Sita: "Ini, tuan." sahutnya sambil memperlihatkan baju-baju kotor milik Hans. "Apakah tuan mencari sesuatu?" tanyanya sambil menatap wajah Hans.

***

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!