NovelToon NovelToon
Not Everyday

Not Everyday

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Dijodohkan Orang Tua / Romansa / Obsesi / Keluarga / Konflik etika
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Gledekzz

Hidup Alya berubah total sejak orang tuanya menjodohkan dia dengan Darly, seorang CEO muda yang hobi pamer. Semua terasa kaku, sampai Adrian muncul dengan motor reotnya, bikin Alya tertawa di saat tidak terduga. Cinta terkadang tidak datang dari yang sempurna, tapi dari yang bikin hari lo tidak biasa.

Itulah Novel ini di judulkan "Not Everyday", karena tidak semua yang kita sangka itu sama yang kita inginkan, terkadang yang kita tidak pikirkan, hal itu yang menjadi pilihan terbaik untuk kita.

next bab👉

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gledekzz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kebetulan lagi

Pertemuan dengan klien akhirnya selesai juga. Rasanya otak Gue mau meledak, tapi setidaknya kerjaan hari ini beres. Gue masuk ke mobil, duduk di kursi belakang kayak biasa. Pak sopir langsung menyalahkan mesin, melawati jalanan kota yang masih rame.

Lampu-lampu toko dan kafe masih keliatan. Beberapa orang tertawa, masih nongkrong dipinggir jalan. Tapi makin jauh, suasana makin berubah. Lampu jalan makin jarang, toko-toko udah tutup, dan jalanan udah sepi. Gue sempat melirik jam di tangan, hampir jam sepuluh malam.

Gue menarik napas, menyenderkan kepala ke jok. Baru aja mau memejamkan mata, tiba-tiba suara keras buat Gue melonjak.

Mobil oleng ke kiri, buat badan Gue terhempas ke samping. Pak sopir buru-buru menepi, menghentikan kendaraan.

"Ban, Non." katanya sambil buru-buru turun.

Gue menoleh ke luar. Gelap. Jalanan kosong, cuma ada suara jangkrik dari balik semak. Jarak antar lampu jalan terlalu jauh, buat suasana makin mencengkram.

Dan untuk pertama kalinya malam ini, Gue ngerasa... nggak aman.

"Duh, Nona, ban belakangnya pecah," kata Pak Surya.

Gue ikut turun, berdiri di pinggir jalan yang sepi banget. Angin malam menusuk, buat Gue merapatin blazer. "Pecah ban? Ya Tuhan... malem-malem gini lagi."

"Tenang, Nona. Saya ganti sebentar. Cuma... penerangannya agak susah." Pak Surya nyoba nenangin Gue sambil nunjuk ke arah lampu jalan yang jauhnya masih belasan meter.

Gue gigit bibir. Mobil-mobil lewat sesekali, tapi kebanyakan ngebut tanpa peduli. Suasana kayak gini buat Gue nggak nyaman. Apalagi bayangan berita kriminal yang sering Gue baca langsung melintas.

"Cepet ya, Pak," Gue berbisik. "Saya nggak enak berdiri di sini."

Pak Surya jongkok, berusaha ngelepas ban, tapi Gue bisa liat wajahnya kesulitan. Jalanan sepi, cuma ada suara jangkrik dan sesekali angin yang buat merinding. Gue tarik napas panjang, coba nenangin diri.

Tiba-tiba suara mesin motor terdengar makin dekat. Lampu sorotnya buat mata Gue silau sebentar. Gue langsung tegang. Malam gini, siapa yang masih lewat? Apa jangan-jangan orang jahat?

Motor itu berhenti persis di samping mobil. Gue refleks mundur setengah langkah, jantung deg-degan.

Dan...

"Eh, lagi-lagi kita ketemu."

Suara itu, nada santai, sedikit jahil, langsung buat Gue berhenti napas sepersekian detik. Gue buru-buru liat, dan bener aja. Adrian lepas helmnya, rambutnya agak acak, kaos hitam polos, dan jaket abu-abu, plus celana jeans yang udah agak pudar.

Tangannya nyelip santai di kantong jaket, sementara senyum khasnya muncul kayak biasa, senyum yang selalu buat orang salah paham.

"Lo?!" Gue refleks ngomel. "Kenapa lo bisa ada di sini?"

Dia angkat bahu santai. "Abis main ke rumah temen, pulang lewat sini. Eh, malah nemu lo."

"Kebetulan apaan! Ini jalan sepi, berani banget lo lewat jam segini."

"Ya ada, Gue buktinya." dia nyengir. "Ngapain, ban pecah ya?"

Pak Surya berdiri sebentar, nunduk sopan. "Iya, Mas. Ban belakang kena paku, sepertinya. Saya lagi coba ganti."

Adrian jongkok tanpa banyak basa-basi. "Sini, Pak. Biar saya bantu. Gelap gini, nanti tangan bapak malah luka."

Pak Surya sempet nolak, tapi Adrian udah pegang kunci ban. Gue diam aja, liatin niat baiknya itu.

"Tapi serius, lo mau bantu?" Gue lipat tangan di dada.

"Terus Gue harus ngapain? Diem liatin lo panik?" jawabannya enteng.

Gue mendengus. "Gue nggak panik."

Dia liat sekilas, senyumnya makin lebar. "Oh ya? Dari tadi lo gigit bibir terus. Itu tanda lo lagi takut, kan?"

"Enggak!" Gue buru-buru berhenti gigit bibir. "Lo sok tau."

Adrian ketawa kecil. Tangannya lincah muter baut, seolah kerjaan ini udah makanan sehari-hari buat dia. Gue sempet melotot, inget lagi waktu pertama kali ketemu, tangan dia juga belepotan oli. Jadi bukan cuma omong doang pas dia ngomong multi talenta, ternyata emang ada buktinya.

"Seriusan, lo bisa ganti ban?" Gue nggak tahan buat nyeletuk, tanya basa basi.

Dia nyengir tanpa nengok. "Kan udah Gue bilang, Gue ini serba bisa. Sayang aja lo nggak pernah percaya. Jadi sakit hatiku."

"Ah... lebay lo." Gue nggak bisa nahan senyum setiap liat tingkah dia aneh gini.

Beberapa menit hening, cuma suara alat dan mobil lewat yang kedengeran. Gue akhirnya nggak tahan.

"Adrian."

"Ya." dia nggak liat, masih sibuk.

"Kenapa sih lo selalu muncul di saat kayak gini?"

"Maksudnya?"

"Ya... setiap Gue terkena masalah. Lo pasti ada. Jangan ke gr-an dulu, Gue hanya penasaran aja kok."

Dia berhenti sebentar, lalu balik menatap gue matanya nyorot geli. "Lo mikir Gue ngejar lo? Atau... ini yang namanya...," dia sengaja berhenti ngomong agar Gue mikir kita ini jodoh gitu.

"Apa?" Gue nggak tahan dengan lanjutan ceritanya. Entah kenapa juga... jantung Gue rasanya mau meledak, kalau dia sampe ngomong kayak begitu. Kalau kayak gitu juga... nggak mungkin terjadi. Karena Gue sudah jelas dijodohkan.

Adrian malah tertawa ngakak. "Nambahin pekerjaan Gue, sebagai orang yang memiliki multi talenta."

Gue terdiam. Ternyata gue terlalu kepedean.

"Kalau Gue bilang, takdir, lo juga nggak akan percaya." lanjutnya yang kayak nyindir Gue.

"Nggak!"

Dia ketawa sambil geleng-geleng kepala.

Adrian balikin baut terakhir, lalu berdiri, tepuk-tepuk tangannya. "Selesai."

Pak Surya langsung lega. "Wah, terima kasih banyak, Mas. Cepat juga kerjanya."

Adrian nyinyir. "Biasa aja, Pak. Ban mobil tuh temen lama saya."

Gue melipat tangan, pura-pura cuek. "Hebat juga lo, bisa benerin segampang itu."

Dia nyamperin, buat gue reflek mundur setengah langkah. "Akhirnya ngaku juga kalo Gue hebat. Terima kasih Nona Lotion." dia nyengir-nyengir, tampangnya banyak arti.

"Siapa yang ngaku?" Gue cepat-cepet nyolot. "Itu cuman basa-basi. Lagian... ya makasih, deh." kata terakhir keluar lebih pelan dari yang Gue niatkan.

Adrian malah senyum lebar, puas banget. "Nah, gitu dong. Gue jadi merasa berguna."

Gue mendelik. "Jangan GR. Itu cuma formalitas."

Dia ketawa pelan, nada usilnya balik lagi. "Kalau formalitas aja buat lo salah tingkah, apalagi kalau beneran ikhlas?"

"Apaan sih." Gue buru-buru noleh ke arah mobil, pura-pura nggak denger.

Pak Surya nutup bagasi, lalu nyamperin Gue. "Nona, mobil sudah siap. Kita bisa jalan lagi."

Pak Surya udah siap mau jalan, tapi Gue masih berdiri di samping mobil. Ada yang mengganjel kalau Gue ninggalin gitu aja. Gue buka dompet, terus nyodorin selembar uang ke Adrian.

"Nih. Buat lo. Hitung-hitung terima kasih udah bantuin."

Dia langsung geleng kepala, senyumnya santai. "Gue nggak butuh."

"Udah, ambil aja. Gue nggak enak kalo nggak ngebales."

"Serius deh, Gue nolak. Gue bantu bukan buat dapet duit. Lain hal kalau Gue kerja sama lo."

Gue mendengus, kesel. "Lo kenapa sih? Gue kasih baik-baik, lo malah ngeyel."

Dia nyelipin tangan ke saku jaket, santai banget. "Karena gue emang nggak mau. Lo kira Gue lelaki apaan?"

Gue menghela nafas panjang. "Ya udah, anggap aja balas budi. Gue juga pernah nolong lo, kan?"

Alisnya langsung naik. "Nolong Gue? Kapan?"

Gue langsung atur napas sebentar. "Waktu lo di rumah Gue. Tante Rani langsung tuh nyuruh lo keluar gara-gara lo balas omongan dengan Darly. Kalau bukan Gue yang di nyelametin suasana. Mungkin lo udah di pecat jadi sopir."

Adrian diam sepersekian detik, terus ketawa ngakak. "Astaga, Gue kira apaan. Nona Lotion memang baik hati."

Dada Gue rasanya geli, mendengar omongannya ini. "Ya... Gue cuma kebutulan ingat aja." Gue buru-buru menunduk, pura-pura merhatiin sepatu sendiri.

Dia masih ketawa, kepalanya sedikit mengangguk seolah mengakui. "Oke deh, kalau Itu versinya, kita anggap aja impas."

Senyumnya kelewat santai, buat Gue makin kikuk. Gue langsung buka pintu mobil dan nyeletuk cepat, "Gue duluan, sekali lagi makasih."

"Nona Lotion," suara Adrian nyusul santai banget. "Hati-hati pulangnya. Jalan malam suka nggak bisa ditebak."

Gue berhenti sepersekian detik. Senyumnya terlihat biasa aja, tapi entah kenapa buat dada gue berdesir aneh. Gue buru-buru masuk mobil tanpa jawab.

"Pak, kita jalan sekarang aja."

Pak Surya ngangguk. Mobil mulai melaju. Gue nyender ke jok, berusaha nenangin dada yang entah kenapa berdegup kencang.

Cuma kebetulan, dia muncul karena kebetulan, nggak lebih.

Tapi bayangan senyum santai Adrian tadi masih aja nempel, buat Gue gregetan sama diri sendiri.

1
Susi Andriani
awal baca aku suka
Siti Nur Rohmah
menarik
Siti Nur Rohmah
lucu ceritanya,,,🤣🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!