 
                            Keputusannya untuk mengubah nasib di kota lain, justru membuat Kamal harus menghadapi kisah hidup yang tidak biasa.
Pesona anak muda 22 tahun itu, membuatnya terjebak dalam asmara tak biasa. Kamal tidak menyangka kalau dia akan terlibat hubungan dengan wanita yang telah bersuami
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rcancer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menolong Tetangga
Kamal melangkah cepat menuju ke arah sumber suara yang cukup kencang saat berteriak tadi. Suara itu berasal dari rumah yang terletak di dekat rumah Mas Deni.
Ternyata bukan hanya Kamal saja yang mendengar suara teraiakan itu. Ada beberapa tetangga sekitar, yang langsung datang untuk memeriksa, apa yang terjadi di rumah tersebut.
"Ada apa, Mbak?" tanya salah satu tetangga kala penghuni rumah itu keluar dalam keadaan panik.
"Itu, Pak, komporku tiba-tiba menyalakan api besar," ucap si pemilik rumah. "Tolong, Pak, aku takut gasnya meledak."
"Astaga!" beberapa warga termasuk Kamal pun langsung masuk ke dalam rumah itu dan saat mereka menuju dapur, mereka sudah menyaksikan api yang sudah menggelegar.
Sontak semua yang menyaksikan kejadian itu pun menjadi panik. Apa lagi di sana ada tabung gas yang bisa meledak sewaktu-waktu.
Di saat rasa panik dan bingung menyerang para warga, dengan sigap Kamal justru mendekat dan memutar selang regulator dan melepaskannya. Begitu tabung gas terlepas, Kamal mengangkat tabung gas tersebut dan membawnya ke halaman belakang rumah.
Seketika itu juga api langsung padam dan warga yang menyaksikannya terlihat lega. Beberapa dari mereka pun langsung memuji Kamal atas inisiatif dan gerak cepatnya yang bisa mencari jalan keluar untuk mengatasi keadaan.
Sedangkan Sang pemilik rumah masih nampak lemas karena dia cukup syok dengan kejaidan yang bisa saja merenggut nyawanya.
Beberapa menit kemudian, setelah keadaan sudah lebih baik, satu persatu warga mulai meninggalkan rumah itu.
Begitu juga dengan Kamal yang merasa sudah cukup memberi pertolongan kepada tetangga, yang belum mengenal namanya meski sudah beberapa kali melihat wajahnya.
"Eh, Mas, boleh minta tolong lagi nggak?" ucap si pemilik rumah ketika Kamal hendak meningggalkan rumah itu.
"Minta tolong apa, Mbak?" langkah kaki Kamal terhenti dan dia menatap wanita yang duduk di kursi plastik dekat area dapur.
"Memasang kompor," jawab si pemilik rumah, lalu dia bangkit dari duduknya, dan melangkah menuju ke sebuah lemari dan mengambil sesuatu dari lemari tersebut. "Aku nggak bisa merakit kompor ini, Mas."
Kamal sontak tersenyum tipis dan dia mengambil alih sbiuah kardus berisi kompor gas baru lalu membawanya ke belakang rumah tersebut.
Tanpa basa basi, Kamal mulai beraksi sambil berbincang dengan pemilik rumah yang kini berada di dekatnya.
"Kalau nggak salah, kamu yang kerja di tempat Mbak Gita kan, Mas?" tanya si pemilik rumah basa basi, membuka obrolan agar suasana tidak begitu canggung.
"Iya, Mbak,"" jawab Kamal sembari melempar senyum tipis sejenak.
"Betah kerja di tempat ?as Deni?" wanita itu kembali bertanya.
"Betah, Mbak," jawab Kamal singkat sambil terus menjalankan tugasnya.
"Syukur lah kalau betah," pemilik rumah itu malah terlihat senang. "Aku pikir kamu tuh anaknya sombong, Mas," ucapnya lagi, membuat Kamal agak terkejut sampai menatap lawan bicaranya.
"Sombong gimana, Mbak?" Kamal agak tidak terima dan penasaran kenapa dia dianggap seperti itu.
Si pemilik rumah lantas tersenyum. "Selama ini aku kan beberapa kali lihat kamu kalau ke warung Mbak Gita, tapi jangankan menyapa, kamu justru sering membuang muka kalau kebetulan aku lewat pas ada kamu di depan rumah."
Kamal sontak tertegun, lalu tak lama setelahnya dia kembali tersenyum. "Enggak lah, Mbak," bantah kamal. "Mungkin karena kita belum kenal aja jadi timbul prasangka seperti itu."
Si pemilik rumah pun ikut tersenyum dan mengangguk samar. "Mungkin juga ya?kayanya aku juga terlalu berburuk sangka, hahah..." balasnya. "Aku pikir mungkin karena kamu ganteng jadi kamu bisa sombong gitu."
Seketika Senyum kamal kembali terkembang. "Ganteng apaaan sih, Mbak? Perasaan aku biasa aja orangnya," seperti biasa, Kamal akan langsung merendah meski dalam hatinya cukup senang medapat pujian seperti itu.
"itu menurut kamu," balas si pemilik rumah. "Tapi dimata wanita seperti aku, kamu tuh ganteng loh. apa lagi tubuh kamu juga bagus gitu. pasti cewekmu bangga punta pacar kaya kamu."
Seketika Kamal tersadar kalau saat ini dia hanya mengenakan celana kolor saja, karena tadi dia baru bangun. Kamal pun tersipu malu sembil terus melanjutkan pekerjaannya.
Mbak, kamu di rumah sendirian apa gimana?" Kamal pun melempar pertanyaan untuk mengalihkan pembicaraan.
"Yah, seperi yang kamu lihat," jawab si wanita.
"Terus suami mbak kemana? kerja?" tanya Kamal yang sudah mengetahui kalau wanita itu telah menikah meski terlihat masih sangat muda. Kata Mas Deni, rumah itu juga baru ditempati sekitar satu tahun oleh pasangan muda tersebut.
Wanita itu mengangguk dengan raut wajah yang nampak berubah. "suamiku kerja dan yah seperti yang kamu lihat, aku tuh biasa apa-apa sendirian?"
"Apa-apa sendirian? Maksudnya, Mbak?" seketika kamal menunjukan ratu wajah bingung dan penasarannya.
"Ya sepeti yang kamu lihat, aku tuh selalu sendirian," tegas wanita itu. "Emang istrinya Mas Deni nggak cerita tentang aku ya?"
Kamal menggeleng dengan raut wajah masih nampak bingung. "Aku jarang ngobrol sama Mbak Gita, Mbak."
Wanita itu mengangguk paham dan tersenyum tipis. "Mungkin Mbak Gita juga orangnya nggak seneng bergosip kali ya? nggak kaya tetangga lainnya?" ucapnya membuat Kamal tersenyum cukup lebar.
"Kalau boleh tahu, suami Mbak kerja apa sih?" Kamal pun kembali bertanya karena memang penasaran
"Suamiku kerja di bank, tapi dia jarang pulang," jawab si wanita membuat Kamal kembali tertegun.
"Jarang pulang, kok bisa, Mbak?" Kamal jadi penasaran karena dia cukup heran begitu mendengar jawaban dari lawan bicaranya. "Emanv suami Mbak kerja di bank mana sih? kok bisa sampai jarang pulang?"
"Di Bank Abcd," jawab si pemilik rumah.
"Loh, Bank Abcd bukannya dekat ya?" Kamal semakin heran sampai dia menghentikan gerakan tangannya yang sedang menyelesaikan tugasnya.
"Dia nggak tugas di kota ini, tapi tugas di kota sebelah," eskpresi wanita itu malah terlihat ketus ketika menjawab pertanyaan kamal.
Kamal jelas semakin heran mendengarnya. Apa lagi si pemilik rumah kembali bercerita, alasan suaminya jarang pulang karena jarak tempat kerjanya ke rumah cukup jauh dan melelahkan. Bisa memakan waktu satu jam lebih perjalanan, makanya suaminya jarang pulang dan memilih menyewa tempat kost.
"Loh, kalau keadaannya seperti itu, kenapa kamu nggak ngikut suami tinggal di kost, Mbak?" kamal pun mencoba memberi saran yang memang cukup masuk akal.
"Kalau suamiku mau sih, sudah dari dulu aku nggak mungkin tinggal di sini," jawab sang wanita. "Sayangnya dia nggak mau dengan alasan yang membuat aku sendiri semakin heran."
Kamal sontak tertegun sampai dia juga bingung untuk berkata apa lagi. "Kok aneh banget ya?" hanya itu yang bisa kamal ucapkan.
Si pemilik rumah malah tersenyum."Yah, memang aneh," balas si pemilik rumah. "Aku juga merasakan kalau suamiku memang memilki keanehan."
lanjut thor 🙏
Sepertinya tidak ada orang yang memiliki keinginan terjebak cinta yang mendalam terhadap istri orang lain. Selain menyiksa juga akan banyak tantangan yang harus dihadapi.
Menjadi orang ketiga dalam sebuah pernikahan seseorang yang terlibat dalam perselingkuhan.
Hubungan perselingkungan memang akan lebih 'memabukkan' karena mereka dibangun dalam pertemuan singkat dan sembunyi-sembunyi.
Tentu hubungan tersebut sebaiknya diakhiri agar tidak terjadi masalah dikemudian hari.
Ucapkan selamat tinggal dan katakan dirimu tidak mau melihat mereka lagi, tidak ada pengecualian.
Dirimu harus menutup pintu emosional yang terbuka dan memutus semua kontak dengannya......💘🔥✌️👌
Tetap semangat...Thor
"Berfokuslah pada tujuan, bukan pada hambatan."....💪
Salma ini adem ngomongnya,bikin tenang.pikirannya juga bijak banget...
nama mereka juga hampir sama 😆