menceritakan gadis cantik yang berwajah baby face dengan jilbab yang selalu warna pastel dan nude yang menjadi sekretaris untuk melanjutkan hidup dan membantu perekonomian panti tempat dia tinggal dulu. yang terpaksa menikah dengan CEO duda tempat dia berkerja untuk menutupi kelakuan sang ceo yang selalu bergonta ganti pasangan dan yang paling penting untuk menjadi mami dari anaknya CEO yang berusia 3 tahun yang selalu ingin punya mami
dan menurut yang CEO cuman sang seketerasi yang cocok menjadi ibu sambung untuk putri dan pasang yang bisa menutupi kelakuannya
dan bagaimana pernikahan Kontrak ini apakah akan berakhir bahagia atau berakhir sampai kontrak di tentukan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sweetmatcha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8 – Bekal, Bakar-bakar, dan Hati yang Lembut
“Eh, udahan ya ceritanya. Besok kita lanjut lagi,” ujar Dion sambil merenggangkan badan. “Ayo makan dulu. Udah laper banget nih.”
Suasana kantin mulai ramai. Obrolan serius tentang masa lalu Agra pun ditutup sementara.
“Kamu gak pesan makanan, Nay?” tanya Dion sambil melirik ke arah Nayla yang sedang membuka kotak makannya.
“Enggak, Mas. Aku bawa bekal,” jawab Nayla ringan.
Mega langsung menyambar dengan semangat, “Mas, Nayla tuh jago masak! Mau makanan rumahan, snack, sampai kue, semua bisa dia bikin. Rasanya enak parah!”
Doni ikut mengangguk. “Iya, Mas. Nayla itu kayak istri idaman full package. Sayangnya... susah banget dideketin.”
Nayla menahan tawa. “Kalian tuh, muji kebangetan. Ini hidung minimalis aku bisa makin gede nih.”
Dion ikut tertawa kecil. Tapi dalam hatinya, ia benar-benar setuju. Nayla memang beda. Hangat, mandiri, pintar, dan—yang paling penting—punya aura keibuan yang cocok banget untuk Nabila, anak Agra.
“Nayla, kamu blasteran ya?” tanya Dion tiba-tiba, pandangannya serius namun lembut.
Nayla mengerutkan kening. “Gak tahu, Mas. Aku dari kecil udah tinggal di panti asuhan, jadi gak pernah tahu asal-usulku.”
Suasana mendadak hening. Dion terdiam. Mega dan Doni yang sudah tahu pun ikut diam, memberi ruang.
“Aku besar di panti. Dari SD sampai kuliah dapat beasiswa. Makanya bisa sekolah tinggi dan akhirnya kerja di sini sebagai sekretaris.”
Dion menatap Nayla penuh kagum. “Hebat kamu…”
“Jadi sekarang di Jakarta ngekos, Nay?” tanya Dion, mencoba mencairkan suasana.
“Iya, Mas. Aku tinggal di apartemen, bareng adik panti aku yang juga kuliah di Jakarta.”
Mega langsung antusias, “Wah! Kapan-kapan kita main ke apartemen kamu, Nay! Ya kan, Don?”
Doni mengangguk cepat. “Setuju! Sekalian cobain langsung masakan Nayla.”
“Boleh aja. Kabari dulu. Kalau longgar, kita bisa bakar-bakar bareng,” jawab Nayla sambil tersenyum.
Mega makin semangat. “Gimana kalau weekend ini? Seru, kan?!”
Nayla tertawa kecil. “Boleh. Tapi... kalian bantu cuci piring ya.”
“Aku diajak gak, Nay?” tanya Dion dengan nada menggoda.
“Diajak dong, Mas Ganteng~” sahut Mega lebay, bikin semuanya tertawa.
Di tengah tawa itu, Dion hanya diam tersenyum. Pandangannya jatuh ke arah Nayla. Hatinya pelan-pelan yakin: Nayla adalah sosok yang tepat untuk Agra. Dia bisa membawa ketenangan. Dia bisa jadi ibu yang baik untuk Nabila. Tapi...
Dalam hatinya, Dion juga tahu satu hal:
Masalahnya bukan Nayla. Tapi Agra.
Dan satu hal yang dia tak mau lihat: Nayla tersakiti oleh kelakuan sahabatnya itu.
“Eh, Nay... boleh minta udangnya gak?” tanya Dion, berusaha mengalihkan pikirannya.
“Ambil aja, Mas. Aku bawa banyak kok,” jawab Nayla.
“Sambal bawangnya juga enak loh, Mas,” timpal Doni sambil menyodorkan sendok.
Dion mencicipi bekal Nayla. Matanya membulat.
“Wah... ini enak banget. Serius. Kamu harus buka katering, Nay.”
“Aminin dong, biar beneran kejadian,” ujar Nayla sambil tersenyum.
"Kamu belajar masak darimana nay" tanya
dion
"Aku belajar di panti mas sama lihat YouTube juga mas hehe" ucap Nayra
"Hebat kamu nay ucap mereka bertiga serempak dan mengajukan jempol "
Setelah makan siang selesai dan tawa reda, mereka pun kembali ke divisi masing-masing. Tapi Dion, berjalan pelan ke ruangannya dengan satu keyakinan baru.
Jika ada satu orang yang bisa menyelamatkan Agra dari dirinya sendiri, orang itu adalah Nayla.
Tapi... apakah Nayla cukup kuat menghadapi badai bernama Agra?