NovelToon NovelToon
One Night Recipe

One Night Recipe

Status: sedang berlangsung
Genre:One Night Stand / Cinta pada Pandangan Pertama / Chicklit
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: Giant Rosemary

Kehidupan Amori tidak akan pernah sama lagi setelah bertemu dengan Lucas, si pemain basket yang datang ke Indonesia hanya untuk memulihkan namanya. Kejadian satu malam membuat keduanya terikat, dan salah satunya enggan melepas.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Giant Rosemary, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Taktik Lucas

Seperti keinginan Lucas yang ingin semuanya serba cepat, Dani diutus ke Maison Privee sesaat setelah mereka selesai sarapan. Sebelum kontrak kerja mereka dengan Amori dibenahi, sesaat setelah selesai memasak, Amori akan langsung pergi dari kediaman Lucas dan pria itu tidak senang. Lucas ingin memiliki waktu lebih banyak, bahkan walau akhirnya mereka tidak saling bicara dan sibuk dengan kegiatan masing-masing.

“Selamat pagi Pak Dani. Mohon maaf harus menunggu lama.” Dani tersenyum maklum. Ia memang datang terlalu pagi, sehingga dapat dimengerti kalau Dara belum terlalu siap untuk menerima kedatangannya yang mendadak.

“Jadi, apa ada masalah dengan kinerja Amori, Pak?”

“Oh, nggak. Saya malah mau mengajukan poin tambahan kedalam kontrak kerja Amori.” Dara membuka laptopnya dengan cepat. Mencatat poin-poin yang akan Dani ajukan dan akan pihak mereka pertimbangkan.

“Jadi?”

“Begini, dari CV Amori yang diberikan kepada kami, Amori punya background di bidang kesehatan.”

“Betul. Setiap pegawai kami memang harus ikut pendidikan keperawatan dasar selama 6 bulan sebelum kami perbolehkan mereka untuk mulai bekerja. Tapi tentu, ada keterbatasan dari setiap penanganan yang bisa pegawai kami lakukan. Memangnya, ada apa Pak?”

“Lucas, atlet kami, sedang dalam masa pemulihan cedera. Untuk itu, kami membutuhkan jasa Amori untuk menggantikan disioterapis kami yang harus kembali ke Amsterdam minggu depan. Hanya untuk mengurus obat dan melakukan perawatan dasar harian untuk cederanya. Sisanya Lucas akan diurus oleh dokter yang disediakan timnas.”

“Oh, begitu. Lalu untuk perawatan dasar yang dimaksud itu seperti apa, Pak?”

“Cuma peregangan ringan, bantu pakai elastic bandage dan bantu kompres lutut tiga kali sehari. Kalau ini disetujui, fisioterapis kami akan bantu Amori belajar sebelum pulang ke Amsterdam. Selain itu saya juga butuh Amori untuk menyediakan makan siang dan mengantarkannya ke pusat pelatihan.”

“Baik, hal ini nantinya akan kami ajukan ke pimpinan kami. Tapi jika poin-poin ini disetujui, jadwal Amori yang bapak atur bagaimana? Apakah jadwal fisioterapi Tuan Lucas sudah terjadwal atau bisa kita intervensi untuk memudahkan pekerjaan pegawai kami?”

“Hmmm sebetulnya ini juga ingin saya tanyakan, Bu Dara. Untuk kontrak Amori, apakah bisa dijadikan live-in worker?”

“Maksudnya, Amori tinggal bersama Tuan Lucas? Begitu?” Dani mengiyakan. Ini semua adalah permintaan Lucas. Pemuda itu benar-benar menekankan agar Dani mencoba mendapatkan perjanjian itu.

“Hmmm, permintaan seperti itu bukan sesuatu hal yang baru sih. Beberapa karyawan kami juga sedang menjalankan kontrak semacam itu. Tapi tentu Pak, ada perbedaan biaya yang—”

“Bukan masalah. Kami hanya ingin keadaan atlet kami bisa dipantau secara rutin karena dia akan mengikuti kompetisi besar dalam waktu dekat.”

“Baik, nanti akan saya sampaikan juga ke atasan kami dan juga Amori.” senyum Dara merekah lebar. “Seharusnya Amori tidak akan keberatan untuk poin live-in worker ini.”

“Oh ya? Ada apa memang Bu?” tanya Dani penasaran. Siapa tahu jika ia bisa mendapatkan informasi lain, Lucas akan memberikannya hadian atau bonus.

“Oh, saya nggak tau boleh bilang ini atau nggak. Tapi kemarin ada masalah di kediamannya. Katanya, apartemennya dibobol. Jadi dia memang berencana untuk mencari tempat tinggal baru dan ini mungkin kesempatan yang bagus.” Dani mengangguk. Diam-diam menyeringai puas karena sepertinya rencana mereka akan berjalan dengan sangat mulus.

Sementara itu di kediaman Lucas, Amori mulai menyiapkan makan siang. Tadi Dara meneleponnya dan mengatakan kalau ia sudah bicara dengan Dani dan penawaran yang diajukan sedang dipertimbangkan. Jadi selagi menunggu keputusan atasan, Dara bilang kalau Amori boleh mengantar makan siang Lucas ke pusat pelatihan untuk sementara waktu.

Tiga porsi makanan sudah selesai ia tata di kotak bekal. Mulai dari salad, grilled salmon lengkap dengan grilled vegetables, roti gandum dengan hummus, pressed juice, yoghurt dan cookies gluten free. Semua makanan itu memenuhi sebuah tas besar yang cukup berat dan harus ia bawa-bawa.

Dengan motor matic kesayangannya, Amori membelah jalanan jakarta. Untung saja jarak dari apartemen Lucas ke GBK tidak terlalu jauh. Tapi cuaca yang panas cukup membuat Amori kewalahan hingga keringat membasahi dahi dan rambutnya.

Dengan susah payah Amori menggotong tas besar berisi makanan itu dari parkiran hingga area dalam arena. Dani sudah memberikan detail letak stadion yang digunakan oleh mereka. Suara teriakan yang semakin lama terdengar semakin besar itu pun membuat Amori menghela. Ia mempercepat langkahnya dan masuk ke dalam sebuah stadion luas dengan banyak pria bertubuh tinggi yang sedang bergantian memukul bola.

Masih di muka pintu, kepala Amori bergerak mencari keberadaan Dani. Namun belum sempat menemukan pria itu, tatapan Amori malah bertumbuk pada milik Lucas. Pria yang sebelumnya sedang mengantri di sisi lapangan itu langsung menghampirinya. Membuat Amori menelan ludah gugup entah kenapa.

“Kamu sendiri?” katanya bolak-balik menatap wajah Amori yang merah kepanasan, lalu ke tas besar yang ia bawa. Tanpa banyak bicara Lucas mengambil alih tas itu dan berjalan lebih dulu mendekati bench kosong. Amori hampir terperanjat ketika setelah menaruh tas berat itu di atas bench, Lucas langsung berbalik dan menatapnya dengan alis yang naik tinggi.

“Kamu kesini pakai motor? Bukannya saya sudah bilang untuk pesan taksi?” Amori gagu tak bisa langsung menjawab. Bagaimana bisa menjawab jika dadanya berdegup gila setelah Lucas dengan entengnya mengusap keringat di dahinya dengan tangan kosong. Iya, dengan tangannya sendiri. Tanpa rasa jijik!

“Amori?” sadar kalau Lucas menunggu jawabannya, Amori mengangguk.

“Iya, saya pakai motor biar cepat.” Lucas berdecak. Ia menarik tangan Amori, menyuruhnya untuk duduk di samping tas makan mereka.

“Tunggu disini. Dani dan Gaby sedang keluar untuk ketemu tamu. Saya masih harus latihan kurang lebih 15 menit lagi.” Amori mengangguk patuh dan lagi-lagi, napasnya seolah berhenti ketika Lucas mengusak puncak kepalanya.

Pria tampan itu benar-benar berhasil membuatnya berharap, kalau tiba-tiba ada pria tampan dengan karir hebat yang bisa saja menyukainya segitu gilanya. Tapi Amori menepis. Lucas tidak mungkin menyukainya.

Iya, kan?

***

Bersambung....

1
Lory_kk
Semangat thor, jangan males update ya.
Hazel Nolasco
Ngangenin deh ceritanya.
Luna_UwU
Saya butuh lanjutannya, cepat donk 😤
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!