Yansya diceraikan istrinya karena dia miskin. Setelah menjadi agent khusus, akankah hidupnya berubah menjadi lebih baik? atau menjadi semakin buruk?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khusus Game, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hampir Saja
Lisa tersenyum simpul menanggapi tekad Yansya, sebab ia paham betul lelaki di hadapannya selalu serius dengan setiap ucapan, apalagi jika itu memicu ambisi.
Pandangannya beralih ke handuk yang melilit tubuhnya. Ia memerhatikan bagaimana handuk itu terkulai longgar di pinggang, memperlihatkan sedikit bagian kulit yang lembap setelah mandi.
Ia mendapati dirinya tersenyum tipis melihat pemandangan itu, menikmati momen santai sehabis diskusi serius mereka. "Sebaiknya kau segera berpakaian, Tuan Agen Terbaik yang ambisius," ucap Lisa dengan suara lembut dan sedikit geli.
"Nanti kau bisa masuk angin, dan aku tak mau kehilangan aset berharga untuk misi kita selanjutnya. Itu karena kau terlalu fokus pada persaingan tak sehat dengan Fabian."
Wanita itu berbalik, mengambil pakaiannya yang tergeletak rapi di atas kursi. Ia meninggalkan Yansya dengan senyum kecil masih terukir di bibirnya, menikmati setiap detail percakapan mereka.
Belum sempat Lisa meraih pakaiannya, Yansya tiba-tiba bergerak cepat. Ia merangkulnya dari belakang, menahan wanita itu untuk mengenakan pakaian.
Yansya mencondongkan kepalanya mendekat ke telinga Lisa, lalu berbisik pelan, "Aku tak kenal siapa dia dan hanya melihatnya sekali, tapi aku sedikit cemburu saat Fabian berbicara denganmu."
Napas hangat Yansya terasa di leher Lisa. Tubuh wanita itu menegang sesaat, terkejut oleh sentuhan tak terduga yang Yansya berikan. Suasana mendadak kembali terasa penuh ketegangan bercampur godaan.
Lisa menanggapi bisikan Yansya dengan seringai tipis. Ekspresinya menunjukkan ia menikmati keintiman yang mendadak ini. Namun, sebelum ia sempat membalas, Yansya mendongak sedikit dan menatap matanya secara intens.
Ia kemudian bertanya dengan nada penasaran yang dalam, "Kenapa wanita sepertimu, yang begitu cerdas, tangguh, dan memancarkan pesona luar biasa, belum juga memiliki pacar atau suami?"
Tanpa menunggu jawaban, Yansya mengangkat tubuh Lisa dengan mudah. Ia menggendongnya dalam satu gerakan halus yang membuat Lisa terkejut sesaat. Ia segera mengalungkan lengannya di leher Yansya, membiarkan dirinya dibawa melangkah menuju ranjang yang berada tidak jauh dari posisi mereka.
Lisa hanya menatap Yansya dengan pandangan campur aduk antara keterkejutan dan antisipasi, sebab ia tahu malam itu akan membawa mereka pada sesuatu yang lebih dari sekadar percakapan biasa.
Ketika Yansya sudah meletakkan Lisa di ranjang, ia tidak membuang waktu. Tangannya langsung bergerak perlahan membuka ikatan handuk yang melilit tubuh wanita itu.
Saat kain itu melorot, Lisa membalas tatapan Yansya dengan senyum menenangkan. Ia kemudian menjawab pertanyaannya barusan dengan suara pelan dan jujur, "Alasannya sederhana, karena aku belum menemukan tipeku saat itu."
Ia membiarkan jawaban itu menggantung di udara, menunggu reaksi Yansya yang kini sudah sepenuhnya menatapnya dengan pandangan penuh gairah.
Tepat ketika Lisa mulai berharap lebih dari setiap sentuhan dan tatapan Yansya, Yansya tiba-tiba menghentikan aksinya. Ia menarik diri sedikit dengan senyum jahil di bibirnya.
Ia berkata dengan nada menggoda yang membuat Lisa menatapnya dengan sorot mata penuh kebingungan, "Kau bukan istriku, aku tak mau melakukannya, kecuali jika kau mau menjadi istriku."
Ia membiarkan Lisa mencerna perkataannya, menikmati ekspresi terkejut di wajahnya. Godaan kecil Yansya itu akan meninggalkan kesan tak terlupakan padanya.
Mendengar ucapan Yansya, Lisa sontak tertawa kecil karena godaan lelaki itu yang begitu berani. Ia menatap Yansya dengan tatapan tajam, kemudian berkata, "Kurang ajar, kau benar-benar berani ya, Tuan Yansya."
Ia menghela napas, sorot matanya kini berubah serius. Lalu melanjutkan dengan nada penuh tantangan, "Baiklah, kalau begitu aku akan memberikan syarat, karena aku hanya tertarik padamu dan belum jatuh cinta."
"Pertama, raihlah posisi jabatan tertinggi di agen khusus, dan kedua, buatlah aku mencintaimu." Lisa memberikan dua syarat itu dengan jelas.
Yansya membalas tantangan Lisa dengan senyum percaya diri lebar, kemudian ia berkata, "Syarat sulit itu sangat masuk akal, atau mungkin terlalu ringan dibandingkan kecantikan, tubuh sempurna, kecerdasan, dan kekuatan yang kau miliki."
Ia membiarkan kata-kata itu meresap. Yansya merasa Lisa terlalu meremehkan nilai dirinya sendiri dibandingkan dengan apa yang ia minta darinya.
Lisa membalasnya dengan tawa, lalu ia berkata, "Tidak, itu cukup sulit, karena kau harus melewati posisiku sebagai atasanmu dan juga lebih baik dari sembilan ketua tim lainnya."
Ia melanjutkan dengan nada serius, "Kau tahu, tim kita adalah yang terburuk, dan sembilan ketua tim lainnya adalah monster."
"Jika dibandingkan dengan mereka, aku hanyalah ikan kecil, terutama Fabian yang digadang-gadang paling dekat menggantikan ketua utama sekarang," Lisa menjelaskan tingkat kesulitan tantangan yang ada di hadapan Yansya.
Yansya menyeringai. Matanya memancarkan tekad membara saat ia menatap Lisa dengan keyakinan penuh, kemudian ia berkata, "Tentu saja, Nona."
Yansya mengangguk pelan, mengukuhkan setiap kata yang terucap. Ia melanjutkan dengan suara rendah penuh janji, "Aku tahu bagaimana rasanya ditinggalkan seorang istri karena ketidakmampuan, dan kali ini aku akan menjadi lebih baik, lalu mengambilmu."
Yansya menekankan setiap kalimatnya, menunjukkan bahwa ia menerima tantangan itu dan menjadikannya motivasi pribadi yang kuat.
Lisa kemudian tersenyum geli melihat tekad Yansya. Ia bergeser sedikit, duduk tegak di tepi ranjang, lalu menatap Yansya dengan sorot mata penuh makna.
"Baiklah kalau begitu, sebagai bayaran karena sudah membuatku kecewa dengan godaanmu barusan, malam ini kau harus mengajakku jalan-jalan," kata Lisa dengan nada jernih dan penuh canda.
Yansya membalas senyum Lisa. Ia mengangguk mantap menyetujui ajakan tersebut, sebab ia paham betul membayar kekecewaan Lisa dengan sebuah kencan malam sangat sepadan, terutama melihat pancaran mata wanita itu yang begitu menawan kala ia meminta hal itu.
Ia merasa senang sebab Lisa akhirnya menunjukkan sisi lain yang lebih lembut dan santai. Yansya lalu bangkit dari ranjang, mengambil pakaiannya di lantai, dan menatap Lisa dengan sorot mata penuh antisipasi, siap untuk petualangan baru di bawah cahaya bulan.
Kemudian, Yansya meraih ponselnya di meja samping tempat tidur. Ia membuka aplikasi peta, dan mulai mencari tempat yang menarik untuk menghabiskan malam. Sesekali ia melirik Lisa yang masih tersenyum geli menatapnya, seolah menantikan kejutan apa yang akan Yansya siapkan untuk kencan pertama mereka.
Lisa terkekeh kecil melihat Yansya yang begitu fokus pada ponselnya, mencari tempat yang sempurna untuk kencan mereka. Ia melipat tangannya di dada, kemudian berkata dengan suara menggoda, "Tak perlu terlalu memikirkan tempat yang mewah, cukup bawa aku ke tempat yang bisa membuatmu merasa nyaman, itu saja."
Kata-kata Lisa itu terdengar tulus, menunjukkan bahwa baginya, kehadiran Yansya lebih penting daripada kemewahan tempat.
Yansya mengangkat pandangannya dari ponsel, membalas senyum Lisa dengan seringai tipis yang penuh pesona. "Kalau begitu, siapkan dirimu, Nona," ujarnya dengan nada yang membuat Lisa penasaran.
"Sebab aku akan membawamu ke tempat yang tidak hanya nyaman, tetapi juga bisa membuatmu melihat bahwa petualangan kita baru saja dimulai, dan itu akan jadi malam yang tak terlupakan." Ia menegaskan setiap kata, seolah menjanjikan lebih dari sekadar kencan biasa, melainkan sebuah pengalaman yang akan semakin mendekatkan mereka.
Lisa tersenyum penuh arti mendengar janji Yansya. Ia mengangguk pelan, seolah menantang lelaki itu untuk membuktikan ucapannya. "Aku akan pegang janjimu, Tuan Yansya," katanya dengan nada ringan, namun ada kilatan antisipasi di matanya. "Pastikan malam ini benar-benar membuatku melihat awal petualangan kita, bukan sekadar janji manis yang tak berujung." Ia menatap Yansya dengan tatapan yang semakin menggoda, seolah mengatakan bahwa ekspektasinya kini sudah sangat tinggi.