NovelToon NovelToon
Salah Baca Mantra

Salah Baca Mantra

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta setelah menikah / Cinta Seiring Waktu / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Keluarga / Menikah dengan Musuhku / Preman
Popularitas:70.8k
Nilai: 5
Nama Author: Santi Suki

Dyah Galuh Pitaloka yang sering dipanggil Galuh, tanpa sengaja menemukan sebuah buku mantra kuno di perpustakaan sekolah. Dia dan kedua temannya yang bernama Rian dan Dewa mengamalkan bacaan mantra itu untuk memikat hati orang yang mereka sukai dan tolak bala untuk orang yang mereka benci.

Namun, kejadian tak terduga dilakukan oleh Galuh, dia malah membaca mantra cinta pemikat hati kepada Ageng Bagja Wisesa, tetangga sekaligus rivalnya sejak kecil. Siapa sangka malam harinya Bagja datang melamar dan diterima baik oleh keluarga Galuh.

Apakah mantra itu benaran manjur dan bertahan lama? Bagaimana kisah rumah tangga guru olahraga yang dikenal preman kampung bersama dokter yang kalem?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Santi Suki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 35

Suasana rumah panggung sederhana milik keluarga Dewa mendadak riuh pagi itu. Lantainya berderit setiap kali kaki melangkah, menandakan betapa rumah itu sudah cukup lama berdiri. Udara hangat bercampur aroma kayu tua memenuhi ruang tamu ketika Pak Dhika, Mama Euis, Galuh, dan Bagja datang berkunjung. Bagi keluarga Dewa, kedatangan keluarga Pak Dhika bukanlah hal sepele—itu pertanda akan ada pembicaraan serius.

Dewa berdiri dengan wajah tegang. Bajunya sederhana, kemeja kotak-kotak yang sudah agak pudar warnanya, namun tetap rapi. Peluh di keningnya sesekali diseka dengan punggung tangan. Ia menunduk, lalu kembali mengangkat wajah saat pertanyaan penting akhirnya terlontar.

"Iya, Pak. Aku ingin meminang Aisyah menjadi istriku," jawabnya lirih namun penuh keteguhan.

Suara Dewa menggema di ruang tamu yang sunyi. Semua mata memandangnya, termasuk ibunya, Dahlia, yang duduk di sudut dengan wajah penuh harap.

Pak Dhika menyilangkan tangan di dada, menatap tajam seakan ingin memastikan kebenaran niat Dewa. "Apa Aisyah juga suka sama kamu?" tanyanya tiba-tiba.

Pertanyaan itu membuat dada Dewa bergemuruh. Ia terdiam, menunduk, bibirnya bergetar. "E, itu …." Suaranya tertahan. Ia memang belum pernah benar-benar menanyakan langsung perasaan Aisyah. Selama ini, ia hanya berasumsi berdasarkan senyum lembut Aisyah setiap kali mereka bertemu di pengajian atau ketika saling sapa di jalan.

Galuh, yang sejak tadi tak betah diam, sontak menyahut. "Bapak, kok tanya begitu? Dulu waktu Bagja tiba-tiba melamar, aku nggak ditanya, tahu-tahu sudah diterima lamarannya dan dibilang kita akan menikah tiga bulan lagi," ucapnya penuh protes.

Suasana tegang seketika mencair karena ulah Galuh. Mama Euis menunduk sambil menahan senyum, lalu membisikkan sesuatu di telinga anak perempuannya. "Karena hanya dia yang bisa ngimbangin keliaran kamu."

Galuh langsung menyipitkan mata. "Kata siapa? Max juga bisa—" Ucapannya terhenti seketika.

Tubuh Galuh menegang saat merasakan tatapan panas dari sisi kiri. Bagja, suaminya, menatap tajam penuh ancaman. Seolah cukup dengan tatapan itu, Galuh tahu kalau ia baru saja menyebut nama yang seharusnya tidak keluar dari bibirnya.

Galuh buru-buru mengerling manja ke arah Bagja, berusaha mengalihkan suasana. Namun, jelas sekali suaminya sudah kesal.

Pak Dhika kembali membuka suara, kali ini dengan nada lebih tenang. "Kalau begitu, coba kamu tanya dahulu sama Aisyah. Jika dia mau menikah sama kamu, maka Bapak akan lamarkan dia untuk kamu."

Dewa menelan ludah. Rasanya ia semakin kecil di hadapan mereka semua. Namun, semangat yang terpancar dari mata Pak Dhika juga memberinya sedikit keberanian.

Mama Euis, sebelum Dahlia sempat berbicara, langsung menambahkan, "Kalian tidak perlu memikirkan uang pengikat dan seserahan. Itu biar kita yang urus."

Dahlia—mamanya Dewa—spontan menunduk, kedua matanya berkaca-kaca. Ia meraih tangan Mama Euis, menggenggamnya erat dengan perasaan terharu.

"Aden—Mama Euis—makasih. Aku tidak tahu harus bagaimana membalas kebaikan Aden dan Agan—Pak Dhika." Suaranya bergetar, tangis menahan haru hampir pecah.

Mama Euis tersenyum lembut, menepuk punggung tangan Dahlia. "Kita kan keluarga, Dahlia. Jangan dipikirkan begitu."

Suasana yang tadinya tegang perlahan berubah jadi hangat. Namun di dalam hati Dewa, perasaan gugup bercampur semangat semakin kuat. Satu langkah besar sudah diambil, namun langkah berikutnya—mengutarakan perasaan pada Aisyah—masih menunggu keberaniannya.

Keluarga Galuh pulang menjelang magrib, udara terasa lebih dingin dari biasanya. Angin yang biasanya membawa kesejukan dari sawah seolah hanya menambah keheningan di antara Bagja dan Galuh. Biasanya, di perjalanan pulang, Bagja akan melontarkan candaan atau komentar jahil. Namun kali ini, wajahnya datar dan suaranya hilang entah ke mana.

Galuh duduk di jok belakang motor, merasakan aura dingin dari punggung suaminya. Sesekali ia menggigit bibir, bingung harus berkata apa. Sesampainya di rumah mereka sendiri, keheningan itu tetap berlanjut. Rencana menginap di rumah orang tua Galuh batal begitu saja.

Di ruang tengah, Galuh akhirnya memberanikan diri. Ia duduk di samping Bagja yang masih sibuk melepas sepatunya. "Aa, marah, ya?" tanyanya dengan nada manja, mencoba merayu.

Bagja hanya menoleh sekilas, lalu menjawab singkat, "Sudah tahu nanya."

Jawaban ketus itu membuat Galuh manyun, tetapi ia cepat-cepat mencari cara lain. "Ish, suamiku kalau lagi jutek begini, kelihatan seperti Nobita," katanya sambil menyeringai lebar.

Mendengar itu, Bagja sontak melotot. Ia paling tidak suka dibandingkan dengan Nobita—karakter yang menurutnya bodoh dan ceroboh. "Dasar Jayen!" balasnya, tak mau kalah.

Galuh justru bangga. "Jayen itu kuat," ujarnya sambil mengangkat dagu.

"Iya, tapi tukang bully dan suara jelek," balas Bagja cepat.

"Jayen itu sayang adiknya, nurut sama mamanya," jawab Galuh dengan nada penuh pembelaan.

Adu mulut itu berlanjut, tak ada yang mau mengalah. Suasana rumah berubah jadi arena kecil pertengkaran kocak, meski di dalam hati masing-masing, mereka sama-sama menahan gengsi untuk meminta maaf.

Malam pun tiba. Lampu kamar dinyalakan redup. Galuh sudah meringkuk di kasur, membelakangi Bagja. Sementara Bagja berbaring kaku, matanya menatap langit-langit. Biasanya, tidur mereka selalu diawali dengan pelukan erat. Namun kali ini, jarak terasa membentang di antara mereka.

Bagja menghela napas panjang. "Kenapa sih aku nggak bisa tidur kalau nggak meluk dia," batinnya. Ia menoleh, memperhatikan Galuh yang tampak sudah terlelap. Pelan-pelan, ia membalikkan badan, lalu menggerakkan tangannya sedikit demi sedikit ke arah tubuh istrinya.

"Yes, dia sudah tidur," batin Bagja bersorak senang. Ia pun merapatkan tubuhnya, mencoba menyusupkan pelukan.

Namun tiba-tiba, Galuh membuka suara. "Jangan peluk aku sebelum kamu minta maaf!" ucapnya sambil menepis tangan Bagja.

Bagja terkejut, tapi buru-buru merengek, "Aku nggak bisa tidur. Jangan pelit! Biarkan aku peluk."

"Ti-dak ma-u." Galuh mengucapkannya pelan, tapi penuh ketegasan. "Minta maaf dulu."

Bagja memalingkan wajah. Dalam hatinya, ia merasa harusnya Galuh yang minta maaf karena sudah menyebut nama Max. "Bukannya kamu yang seharusnya meminta maaf sama aku," gerutunya.

Galuh tetap tak bergeming. "Ya sudah, kalau kamu nggak ingin memeluk aku," katanya datar, padahal dalam hati ia pun ingin.

Bagja mendengus. "Dosa, loh, tidak mengizinkan suami buat peluk," ucapnya setengah serius.

Kalimat itu membuat Galuh refleks menoleh, lalu dengan cepat memeluk Bagja. "Tuh, sudah aku peluk!" katanya penuh kemenangan.

Bagja terkekeh, tapi masih bersikeras. "Yang aku mau tidur seperti biasa, kita berpelukan."

"Kamu minta maaf dulu sama aku!" Galuh kembali keras kepala.

Bagja terdiam sejenak, lalu akhirnya mengalah. "Iya. Aku minta maaf," katanya lirih.

Dalam hati Bagja bergumam, "Pria waras harus mengalah dan meminta maaf, walau sebenarnya tidak berbuat salah."

Pelukan pun kembali terjalin. Hangat tubuh keduanya menghapus dingin malam itu. Perlahan, mata mereka mulai terpejam, kali ini dengan senyum kecil yang tak bisa disembunyikan.

"Aduh, perutku sakit!" Galuh meringis.

1
sryharty
jangan bilang itu tamu nya si calon uget2 ya kan san
sryharty
noh Bagja senjata makan tuan kan dengan ledekan kamu,, ternyata kamu juga baca mantra juga buat memikat Galuh,, wkwkwk
Esther Lestari
Untung ada tamu datang jadi Bagja terselamatkan🤣
Esther Lestari
Oalah mantra karangan Bagja ternyata😂😂
Sugiharti Rusli
beruntung kamu sekarang bisa terlepas dari intimidasi sang istri dok, entah siapa yang jadi penyelamat kamu dengan ketukan pintunya tuh🤭🤭🤭
Sugiharti Rusli
yah begitulah dua orang ini, kadang saling beradu argumen tapi kadang juga suka melakukan hal" konyol tanpa sadar😅😅
Sugiharti Rusli
apalagi si Bagja sudah menertawai sang istri dengan seperti tawa ledekan tadi, eeh ternyata dia juga sama pernah percaya sama tuh buku kuno😉😉😉
🌸Santi Suki🌸: buku mantra kan adanya di perpustakaan SD. Bagja iseng baca mantra kepada Galuh, toh tidak terjadi apa-apa.
Kalau pas SMP itu cinta monyet si Bagja bertepuk sebelah tangan karena Galuh sukanya sama Max 😁
total 6 replies
Sugiharti Rusli
yah pada akhirnya mereka satu sama sih yah, hanya ga mau mengaku saja tuh walo sudah ketahuan satu sama lain
Sugiharti Rusli
eeh ternyata aa dokter ketahuan juga pernah mengamalkan buku mantra tersebut yah🤭🤭🤭
Sugiharti Rusli
kata Galuh kita mereka yang katanya berpendidikan dan seorang guru bisa mempercayai buku itu yah🤔🤔🤔
🌸Santi Suki🌸: 😩😩 orang kampung kebanyak begitu. Tidak lihat pendidikan.
🤔🤔 zaman sekarang juga masih ada yang begitu 🤭
total 1 replies
Sugiharti Rusli
sebetulnya aslinya itu buku mantra betulan atau hanya sekedar buku kuno saja yah🙄
Sugiharti Rusli
apa yang nanti akan kamu akui Luh kalo suami kamu tahu dan malah jadi bahan ledekannya tuh🙈🙈🙈
Sugiharti Rusli
apalagi kamu beneran mengamalkan mantra yang tertera di dalamnya ke Bagja, walo tidak sengaja sih dulu😅😅😅
Sugiharti Rusli
waduh plot twist dunk yah, kalo buku itu milik suamimu sendiri Luh😁😁😁
Ita rahmawati
sm² mantrain dong 🤣🤣
Ita rahmawati
ternyta yg di mantrain yg bikin mantranya sendiri atau gimana sih,,masih blm mudeng 🤭
Hary Nengsih
🤣🤣🤣
Noor hidayati
yang dibacain mantra sama bagja ya galuh sendiri,tapi mungkin bacanya salah jadi mereka berantem terus/Facepalm//Facepalm//Facepalm/
🌸Santi Suki🌸: bacaan Bagja itu benar. kalau bacaan Galuh salah 😁
total 1 replies
Tutuk Isnawati
jd pnasaran siapa gerangan yg d bacain mntra bgja
🌸Santi Suki🌸: Galuh, Kak
total 1 replies
Tutuk Isnawati
🤣🤣kirain buku mantra leluhur trnyta pnya bgja
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!