SELINGKUH DI MALAM PERTAMA

"Tidak usah sok peduli kamu. Harta Angga sudah kamu ambil semua, masih juga menanyakan mantan istri Angga yang lain."

Lagi-lagi ibu Hanum yang bicara dengan ketus pada Nilam. Tidak sadar juga kalau sudah diancam oleh suaminya untuk tidak ikut campur dan menghalangi Angga untuk memenuhi janjinya pada Nilam.

"Diam Hanum!" Ayah Angga terpaksa membentak istrinya.

"Maaf, ini jadinya siapa yang mau tandatangan dan bersedia bertanggung jawab?" Perawat menyela keributan itu. Tugasnya hanya untuk minta tandatangan, bukan mendengar masalah keluarga pasien.

"Saya ayahnya, Saya yang akan tanda tangan dan bertanggung jawab." Ayah Angga menjawab sambil mengambil lembaran kertas yang harus dia tanda tangani.

Karena tugasnya sudah selesai, perawat tersebut pamit. Sebelum kembali ke ruangannya, dia berpesan. "Jangan membuat keributan di rumah sakit," ucapnya.

Nilam paham dan mengangguk. Lalu dia pamit pada ummi Laila, ayah Angga dan juga ibu Hanum. Dia sudah tahu apa yang terjadi pada Angga. Nilam tidak akan ikut campur lagi, seperti yang ayah Angga katakan. Jadi, jangan salahkan Nilam tidak peduli dengan apa yang Angga alami saat ini.

Masalah Kinar dan putranya bisa Nilam tanyakan langsung pada mantan istri Angga itu. Kinar memang tidak menurut apa pun pada Angga. Tapi Nilam tidak bisa membiarkan dan diam saja, jika terjadi ketidakadilan. Terutama untuk seorang anak yang tidak bersalah.

"Nilam, kamu tahu apa yang terjadi pada Angga saat ini?" Sisil bertanya, karena dia tidak mengerti apa yang terjadi pada suami Nilam itu.

"Tidak perlu dibahas. Itu akibat dia main terus. Malam beda orang, siang ini beda lagi."

Sisil menahan langkah Nilam. "Angga?" Tanyanya Sisil tidak percaya. "Masih main juga?" Tanya Sisil lagi memastikan.

"Gila! Aku pikir setelah ketahuan oleh kamu dia berhenti. Ternyata tetap lanjut juga."

Nilam kembali melanjutkan langkahnya. Dia ingin cepat tiba di rumah menghilangkan penat dengan berendam air hangat. Sisil mengikuti Nilam. Dia juga ingin segera sampai di rumah mama Ratih untuk bertemu putranya yang saat ini berada di kediaman orang tua Nilam.

"Kamu tahu dari mana?" Sisil kembali bertanya setelah berjalan di samping Nilam.

Baru saja Nilam akan menjawab pertanyaan Sisil, seorang perempuan menghentikan langkah mereka. Dengan menghalangi langkah Nilam dan Sisil.

"Kamu istri mas Angga, kan?" Perempuan itu bertanya pada Nilam.

"Calon mantan istri Angga." Sisil yang menjawab. "Kamu siapa? Pelakor ya?" Sisil kembali bicara dengan suara yang cukup besar.

Sisil mengenali perempuan yang ada dihadapannya dan Nilam saat ini. Dia adalah Maira, perempuan yang dipersiapkan oleh ibu Hanum akan menjadi madu Nilam. Sisil mengenali Maira dari foto dan video yang dia lihat sebagai bukti perselingkuhan Angga.

Suara Sisil yang besar menarik perhatian pengunjung rumah sakit yang lain. Mereka saat ini berada tidak jauh dari pintu lobi rumah sakit. Banyak orang yang berlalu lalang yang mendengar pertanyaan Sisil pada Maira.

"Jangan asal bicara. Aku ini calon istri mas Angga." Maira tidak terima Sisil mempermalukannya seperti ini.

Nilam diam saja. Yang baru saja Maura sampaikan tidak lain adalah sebuah pengakuan bahwa dia adalah pelakor. Perempuan bodoh seperti ini yang diinginkan oleh ibu Hanum jadi menantunya. Cocok sekali, karena yang Angga butuhkan bukan istri yang cerdas. Tapi istri yang bisa diajak bermain kapan saja dan dimana saja.

"Terus, kamu mau apa? Mau bilang kalau sakit Angga saat ini karena bermain sama kamu? Asal kamu tahu, dia begitu karena semalam miliknya sudah keluar masuk dengan yang lain. Bukan karena puas sama kamu!"

Nilam hanya bisa mengulum senyum. Sisil punya pengalaman bergelut dengan pelakor, Dan dia masih punya dendam yang membara dengan yang namanya pelakor. Jadi, Nilam biarkan saja sahabatnya itu melampiaskan kekesalannya, sekaligus mewakili Nilam mempermalukan Maira.

Sementara di depan ruang operasi Angga, ibu Hanum protes pada suaminya setelah Nilam pamit dan tidak lagi terlihat. Dia tidak terima ayah Angga menyetujui permintaan Nilam yang meminta Angga memenuhi janjinya sesuai surat perjanjian.

Ayah Angga sudah sangat menahan diri dengan sikap istri keduanya ini. Andai saja dia tidak berjanji pada ayah mertuanya untuk tatap menjaga Hanum, mungkin sejak kemarin sudah dia ceraikan. Tapi kali ini sepertinya dia terpaksa ingkar janji demi kebaikan Hanum sendiri.

Kalimat talak pun akhirnya keluar dari mulutnya ayah Angga. Keputusan ayah Angga, membuat ibu Hanum yang masih bicara, terdiam. Ummi Laila pun terkejut suaminya menceraikan Hanum.

"Abi istighfar." Ummi Laila mengingatkan, mengira suaminya itu sedang emosi.

"Abi mengucapkan dengan sadar," balas ayah Angga.

Kalimat talak itu tidak bisa ditarik lagi. Tubuh ibu Hanum seketika tegang. Dia sangat yakin suaminya tidak akan mengucap kalimat tersebut. Sehingga dia berani berbuat sesuka hati.

"Kamu lupa dengan janji kamu pada ayahku?" Ibu Hanum mengingatkan ayah Angga. Karena janji suaminya itulah yang membuat ibu Hanum merasa dia bisa berbuat sesuka hatinya. Tapi dia lupa, jika sesuatu yang berlebihan itu akan mengakibatkan keburukan.

"Masalah janji Saya dengan almarhum ayah, itu menjadi tanggung jawab Saya." Ayah Angga menjelaskan, bahwa dia tidak menyesal sama sekali telah menjatuhkan talak pada ibu Hanum.

Ibu Hanum meninggalkannya Ayah Angga dan ummi Laila. Dia hendak meninggalkan rumah sakit dan melewati lobi. Maira yang sedang terpojok melihat ibu Hanum. Dia berharap wanita paruh baya itu bisa membantunya.

Diluar dugaan, ibu Hanum justru membentak Maira. "Ini semua karena kamu!"

Nilam dan Sisil saling pandang. "Sepertinya sudah terjadi sesuatu," ucap keduanya lewat kontak mata.

"Sudahlah ayo pulang!" Nilam memilih untuk meninggalkan ibu Hanum dan Maira yang sedang berdebat.

Baru beberapa langkah, suara ibu Hanum menghentikan langkah Nilam dan Sisil. "Berhenti kamu Nilam!"

"Puas kamu sekarang. Karena kamu Saya diceraikan."

"Sebaiknya Mama intropeksi diri sebelum menyalahkan orang lain," jawab Nilam.

Dan detik kemudian seseorang menarik Nilam untuk menjauh. Orang itu adalah Damar. Bukan tidak mengizinkan Nilam membalas perbuatan ibu Hanum, masalahnya ada wartawan yang meliput keributan tersebut. Berita Novia belum turun dari tranding topik. Mereka mulai mencari Angga. Dan informasi terakhir Angga ada di rumah sakit milik keluarganya.

Damar ingin menyelamatkan nama baik Nilam. Kebetulan sekali dia baru saja selesai rapat dengan keluarganya, membahas perkembangan rumah sakit mereka. Asistennya, yang tak lain anak panti asuhan yang Nilam bantu, memberitahu Damar tentang keributan yang terjadi di bawah. Dia langsung pamit dan membawa Nilam dan Sisil ke tempat ini, ruang direktur rumah sakit.

"Kamu sudah diingatkan untuk tidak terlibat keributan di tempat umum Dek," ucap Damar mengingatkan Nilam.

"Saya yang salah Pak Damar. Saya yang menyahuti ucapan pelakor itu." Sisil mengaku salah.

Nilam sejak tadi hanya diam saja. Dia yang terus bicara membalas ucapan Maira. Dia tidak tahu jika ada wartawan yang mengikuti Angga, karena kejadian kemarin. Dulu kasusnya dan mantan suaminya tidak sebesar ini. Meskipun dia masukkan juga ke media sosial. Bahkan Sisil mengadakan siaran langsung saat menangkap basah suaminya. Akhirnya dia yang disalahkan oleh keluarga suaminya, karena dianggap telah mengumbar aib keluarga.

Sekarang Sisil kembali viral, dia tidak sendiri. Maira yang disebut sebagai pelakor pun menjadi berita utama. Istri sah kembali melabrak pelakor lainnya. Topik berita yang beredar saat ini.

Akibatnya, banyak orang yang mencari Sisil untuk diwawancara. Bintara terpaksa turun tangan untuk melindungi Sisil. Bagaimanapun sahabat Nilam itu membuat Nilam tidak menjadi sorotan media. Tidak sekarang, waktunya belum tepat. Karena dalam minggu ini, kakek Mahendra akan tampil dimuka umum sebagai presdir Anderson Group.

Selama ini hanya orang-orang tertentu saja yang mengenal kakek Mahendra sebagai pimpinan tertinggi Anderson. Minggu ini, bukan hanya tampil di depan umum, kakek Mahendra juga ingin mengenalkan ketiga cucunya, Bintara, Nurma, dan Nilam, sebagai pewaris Anderson.

"Sebenarnya tidak perlu mengungsi ke tempat ini Pak," ucap Sisil pada Bintara.

Karena banyak yang memburu Sisil sampai ke rumahnya, membuat Bintara mengungsikan Sisil ke apartemen miliknya. Di apartemen, keamanan lebih terjamin dari pada di tempat tinggal Sisil yang perkampungan.

"Kita tidak pernah tahu apa yang bisa dilakukan oleh mereka yang ingin wawancara kamu. Dan juga kita tidak pernah tahu apa yang akan dilakukan oleh keluarga selingkuhan Angga itu. Karena mereka menyalahkan kamu yang menantang perempuan itu berdebat."

Sisil membenarkan penjelasan Bintara. Dia mendapatkan teror dari keluarga Maira. Sisil juga tidak menyangka dampak dari dia tidak bisa menahan kesal terhadap Maira menjadi seperti ini.

Berita tentang Sisil sampai pada Novia. Dia tahu orang salah sangka tentang Sisil yang dikira Nilam. Novia tidak terlalu ambil pusing tentang itu. Yang menjadi perhatiannya dan kemarahannya adalah Angga punya perempuan lain selain dirinya. Novia tidak bisa terima itu.

Mendengar Angga punya selingkuhan Novia tidak terima. Bagaimana setelah Novia tahu bahwa suami yang dia sia-siakan selama enam bulan terakhir ini akan menjadi ceo perusahaan besar?