NovelToon NovelToon
Anak Yang Tidak Diakui

Anak Yang Tidak Diakui

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Lari Saat Hamil / Single Mom / Anak Genius
Popularitas:30.1k
Nilai: 5
Nama Author: Ayumarhumah

Pernikahan siri antara Nirmala Wongso dan juga Seno Aji Prakoso membuahkan hasil seorang anak laki-laki yang tidak pernah diakui oleh Seno, karena ia takut keluarga besarnya akan tahu tentang aibnya yang diam-diam menikahi gadis pelayan di club malam.

Setelah dinyatakan hamil oleh dokter Seno mulai berubah dan menyuruh Nirmala untuk menggugurkan kandungannya jika masih tetap ingin menjadi istrinya.

Namun Nirmala memilih jalan untuk mempertahankan buah hati dan meninggalkan kemewahannya bersama dengan Seno.

Penasaran?? ikuti jalan kisah Nirmala yang penuh dengan lika-liku kehidupan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumarhumah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 14

Mobil keluarga Seno melambat di depan gerbang asrama, tidak semua orang bisa masuk ke markas TNI, tapi setelah identitas mereka didata dan surat izin di terima penjaga itu mulai membuka pintu gerbang. Mobil hitam mengkilat itu masuk ke dalam dan berhenti di area parkir yang tertata rapi.

Di sini dengan penuh wibawa Seno turun dari mobil, lalu diikuti oleh istri dan kedua anaknya. Aura keluarga terpandang begitu kentara, gaya hidup yang mapan di balut citra harmonis selalu ditunjukkan oleh keluarga itu. Seno dan keluarganya mulai berjalan menuju aula pertemuan, dengan di kawal para prajurit yang sudah di tugaskan.

  Suasana terlihat begitu asing dan sunyi, suara derap para prajurit di kejauhan menambahkan suasana kaku. Pria itu merasakan getaran yang tidak biasa, seolah setiap langkah kakinya menjadi penentu keputusannya hari ini.

"Papi kenapa mendadak gugup seperti itu," bisik istrinya yang mungkin dari tadi sedang memperhatikan sikap suaminya tidak seperti biasanya.

  Seno menarik nafas sejenak, mencoba untuk menghalau kegugupan itu. "Tidak apa-apa Mi, mungkin hanya merasa asing saja.

 Nadira menanggapinya dengan menganggukkan kepalanya namun di dalam hatinya ia tidak mudah percaya begitu saja dengan jawaban suaminya. 'Kau seperti terlihat aneh,' batin Nadira.

Mereka terus melangkah, hingga pada akhirnya sampai di aula militer. Aula pertemuan itu luas dan sederhana. Dindingnya putih polos, lantainya marmer abu-abu serta di terangi dengan cahaya lampu neon. Di bagian depan, bendera Merah Putih berdiri tegak di samping lambang besar TNI AD yang terpasang di dinding, mengawasi setiap pertemuan dengan wibawa tersendiri.

"Silahkan duduk," ucap ketua humas batalyon, dengan ramah namun masih terlihat tegas.

Dengan penuh wibawa keluarga Seno mengangguk, lalu mulai duduk di kursi yang sudah di sediakan. "Terima kasih," sahut Seno dengan nada rendahnya.

Kursi-kursi besi tersusun rapi, sebagian kosong, menciptakan gema setiap kali langkah sepatu prajurit menjejak lantai. Udara terasa kaku, hening, seolah ruangan itu menyimpan aturan tak tertulis bahwa semua orang harus menjaga sikap.

Kehadiran keluarga Seno, dengan pakaian berkelas, aura kaya dan berwibawa, menciptakan kesan kontras yang mencolok. Mereka tampak seperti bagian dari dunia lain yang tiba-tiba masuk ke dalam lingkungan disiplin militer yang dingin.

☘️☘️☘️

Aula pertemuan itu senyap ketika Alaska masuk. Langkah sepatunya bergaung, menegaskan wibawa seorang perwira muda. Tapi begitu pandangannya bertemu dengan sosok pria berjas rapi di ujung ruangan, ada sesuatu yang bergetar di dadanya. Entah kenapa, sorot mata itu terasa… akrab.

Seno bangkit dari kursinya, menatap balik dengan sorot yang sama. Dada pria itu berdesir tanpa alasan, seolah sedang memandang bayangan dirinya di masa muda. Ia mengulurkan tangan dengan wibawa seorang pengusaha besar.

“Letnan Alaska, bukan? Suatu kehormatan bisa bertemu langsung.”

Alaska menjabat tangannya, kaku tapi sopan. “Terima kasih, Pak. Saya hanya menjalankan tugas.”

Di samping Seno, istrinya duduk dengan anggun, senyum tipis terukir di bibir. Senyum yang dingin, penuh wibawa, membuat udara di ruangan itu membeku.

“Jarang ada orang yang berani melawan arus kerusuhan. Entah kau nekat, atau memang terlatih,” ucapnya dengan nada tajam, seakan menguji.

Anak pertama Seno seorang perempuan dengan balutan busana kerja elegan menatap Alaska dari ujung kepala hingga kaki. Tatapannya sinis, suaranya sarkastis.

“Jadi ini orang yang ramai dibicarakan? Hm, tidak kelihatan istimewa sama sekali," ucap Alice dengan nada yang mengejek.

Alaska menahan diri, memilih diam. Namun sebelum suasana semakin tegang, gadis bungsu Seno maju selangkah. Senyumnya lembut, suaranya bergetar penuh syukur.

“Kalau waktu itu Letnan tidak menarik saya, mungkin saya sudah kena pentungan polisi. Terima kasih… untuk nyawa saya.”

Alaska menoleh padanya, sorot matanya melembut sesaat. “Itu sudah tugas saya, Nona. Tidak perlu berterima kasih berlebihan.”

Seno memperhatikan interaksi itu dengan perasaan campur aduk. Ada sesuatu dalam nada suara Alaska, tatapan matanya, bahkan cara ia berdiri yang terasa begitu dekat, meski ia tak tahu kenapa. Sebuah perasaan asing yang menyesakkan, tapi tak mampu ia jelaskan.

Aula itu tetap hening, tapi dalam diamnya tersimpan tanda tanya besar yang kelak akan mengguncang, tidak hanya Seno saja, namun Nadira juga merasakan hal yang mengganjal di dalam hatinya, bentuk wajah dan garis rahang pemuda itu terukir jelas, ia begitu paham bahwa wajah itu mengingatkannya pada masa muda sang suami.

'Anak ... ini ... sama persis dengan Mas Seno atau jangan ... jangan ...' wanita itu segera menggelengkan kepalanya.

Sementara Seno segera memberikan imbalan yang berupa barang berharga dan juga uang kepada Alaska, meskipun di dalam hatinya dibayangi perasaan yang cukup aneh, namun pria berusia kelapa empat lebih itu berusaha untuk menepis rasa itu dalam-dalam.

"Baiklah kalau begitu Letnan, berhubung anda sudah menyelamatkan nyawa putri kami, ini ada bingkisan kecil dari keluarga kami sebagai tanda terima kasih," ucap Seno sambil terus memandang wajah perwira muda itu.

"Tidak terlalu berlebihan Pak, saya hanya menjalankan tugas saja," tolak Alaska dengan halus namun tidak meninggalkan sikap tegasnya.

"Letnan kami sekeluarga memohon, tolong jangan sampai anda menolak bingkisan kecil dari keluarga kami," pinta Seno.

Alaska mencoba untuk berpikir sejenak. Hingga akhirnya pemuda itu mencoba untuk menerima bingkisan itu, dengan alasan tidak mau mengecewakan seseorang yang sudah berbuat baik dengannya.

"Baiklah kalau begitu aku terima bingkisan itu, lain kali Anda tidak harus repot-repot seperti ini, ketahuilah, apa yang aku lakukan di dalam aksi unjuk rasa itu, merupakan murni naluriku sebagai seorang prajurit, anda kata gadis yang ada di dalam kejadian itu bukan putri Bapak, tetap saja aku harus menolongnya," jelas Alaska.

"Terima kasih banyak Letnan, ini suatu penghargaan, anda mau menerima bingkisan dari keluarga kami," ucap Seno.

Setelah perbincangan itu, suasana sedikit mencair, Alula dengan nada cerianya langsung menyeletuk. "Pak Letnan, cakep banget bahkan wajahnya mirip dengan Papa."

Semua orang menyambutnya dengan gelak tawa namun tidak dengan tiga orang itu, yaitu Alaska Seno dan juga Nadira. Ketiganya hanya terdiam seperti menyembunyikan pertanyaan besar yang tersimpan di dalam hati mereka.

"Papi ... sudah cukup kan pertemuan ini," ucap suara Alice yang terlihat muak dengan semuanya.

"Sudah Nak sebentar lagi, kita pulang," sahut Seno dengan halus.

Seno mulai menatap kembali wajah Alaska dan juga para prajurit dan ketua humas yang ada dalam pertemuan ini. "Sekali lagi saya mengucapkan banyak terima kasih sudah diijinkan bertemu dengan Letnan Alaska," ucap Seno kepada ketua tersebut.

"Sama-sama Pak, dan maaf, kami tidak bisa memberikan waktu yang leluasa," sahut ketua humas tersebut.

Saat ini keluarga Seno mulai beranjak dari kursinya, begitu juga dengan Alaska, di tengah-tengah langkah kaki yang ingin meninggalkan gedung aula itu, langkah Seno sempat berhenti dan berbalik badan ke arah Alaska.

Pandangan mereka saling bertemu. "Sekali lagi saya ucapkan banyak-banyak berterima kasih ya," ucapnya sambil menjabat tangan Alaska.

Sementara Alaska mencoba menatap balik, meskipun dadanya berdegup kencang, entah kenapa sosok di hadapannya itu membuat hatinya terguncang. 'Kenapa orang ini begitu mirip denganku, rasanya hati ini sakit sekali,"

Bersambung ...

Maaf ya hari ini agak telat. Semoga kalian suka ya

1
Sasikarin Sasikarin
menye2 laki nya kurang greget
Ayi
benar-benar wanita pendendam dia, padahal Nirmala susah menjauh dan tidak menuntut apapun dari suaminya tapi dendam Nadira benar-benar tidak terkalahkan
Ayi
ikut sedih bacanya
Ayi
Haduh Nadira
Les Tary
nirmala ngomong aja SM Alaska
🌸ReeN🌸
bagus ceritanya, gak sabar nunggu update tiap hari
🌸ReeN🌸
nadira ngatain nirmala wanita gak bener...lah dia sendiri apa
🌸ReeN🌸
airin kadang manggil alaska pake mas kadang manggil nama aja
Sri Rahayu
kenapa nadira bgitu kekeh bgt hancurkan alaska dn nirmala? masa hanya krn nirmala pernah jd simpanan suaminy? psti ada alasan lainnt ini
Ani Basiati: lanjut thor
total 1 replies
Ma Em
Begitu Seno kamu jgn jadi lelaki pengecut diam saja kamu harus berani lawan si Nadira , Nadira berani karena Seno selalu diam dan takut tdk berani bicara masa seorang ayah tdk bisa melindungi anaknya sendiri , dihina selalu direndahkan masa diam saja , kamu hrs tegas sama Nadira agar dia tdk berani lagi ungkit2 semua kesalahanmu Seno .
🌸ReeN🌸
jangan aja alula suka sama alaska...masih sedarah
Ma Em
Kesalahan apa yg Nadira lakukan sehingga Seno sampai berselingkuh dgn Nirmala dan Nadira kesalahannya tdk mau diungkit lagi tapi kesalahan Seno selalu Nadira sebut2, Nadira licik mau menang sendiri
refinorman norman
nah gitu dong pak Seno jgn diam trs
Les Tary
lanjut
Ani Basiati
lanjut thor
partini
ga tau kenapa aku tuh ga ada fil sama Seno mungkin nanti untuk saat ini kamu tuh cuma seorang pecundang punya orang dari dulu tapi O besar
😂😂😂😂
Bak Mis
ngatain orang lain kotor ngacalah diri sendiri ya
Bak Mis
dasar wanita gila' orang anak pengin ketemu kakak nya
Bak Mis
🤣🤣🤣🤣🤣🤣
nonoyy
nadira sungguh berbahaya psikopat menjijikkan, g cukup k penderitaan nirmala kenapa skrg harus anaknya juga alaska yg kena imbasnya..
Ani Basiati: lanjut thor
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!