NovelToon NovelToon
Di Atas Sajadah Merah

Di Atas Sajadah Merah

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama
Popularitas:6.2k
Nilai: 5
Nama Author: Maya Melinda Damayanty

Arunika adalah seorang wanita yang memendam cinta dalam diam, membangun istana harapan di atas sajadah merah yang pernah diberikan oleh Raka, pria yang diam-diam memikat hatinya. Setiap sujud dan lantunan doa Arunika selalu tertuju pada Raka, berharap sebuah takdir indah akan menyatukan mereka. Namun, kenyataan menghantamnya bagai palu godam ketika ia mengetahui bahwa Raka telah bertunangan, dan tak lama kemudian, resmi menikah dengan wanita lain, Sandria. Arunika pun dipaksa mengubah 90 derajat arah doa dan harapannya, berusaha keras mengubur perasaan demi menjaga sebuah ikatan suci yang bukan miliknya.
Ketika Arunika tengah berjuang menyembuhkan hatinya, Raka justru muncul kembali. Pria itu terang-terangan mengakui ketidakbahagiaannya dalam pernikahan dan tak henti-hentinya menguntit Arunika, seolah meyakini bahwa sajadah merah yang masih disimpan Arunika adalah bukti perasaannya tak pernah berubah. Arunika dihadapkan pada dilema moral yang hebat: apakah ia akan menyerah pada godaan

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maya Melinda Damayanty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB. 8. ULANGAN BAHASA INDONESIA

Pagi ini semua sibuk, Arunika kembali datang terlalu awal. Purnomo ada jadwal meeting antar divisi. Sebagai vice CEO , ia memang harus datang lebih pagi dari yang lain.

Arunika kembali membaca ulang semua pelajaran yang diberikan. Walau ulangan hari ini adalah ulangan dengan pelajaran yang katanya paling mudah. Bahasa Indonesia justru pelajaran yang cukup sulit bagi murid-murid yang menyepelekannya.

"Wuih, rajin amat Ka!' ledek Dina mencibir.

"Alhamdulillah," sahut Arunika walau sangat lirih.

"Eh, dia nyaut loh!' seru Dina tak percaya.

"Uluh ... Uluh ... Uluh!" sahut Watie ikutan meledek sambil bertepuk tangan.

"Biar apa sih Neng, pinter-pinter?' lanjutnya mencibir.

"Perempuan palingan berakhir di dapur sama jadi pelayan di kasur!' sambungnya lalu tertawa tak lucu.

Arunika sama sekali tak menanggapi. Ia diam dan menulikan telinganya. Dina mendekat, ia.memainkan ujung jilbab Arunika.

"Eh, buka dong jilbabnya!' pintanya sedikit memaksa.

"Tidak!" jawab Arunika sedikit keras.

"Wah ... makin berani nih!' seru Dina dengan mata nyalang.

Lalu dengan gerakan kasar, Dina meraih jilbab Arunika dan hendak membukanya. Tentu, Arunika mempertahankan jilbab di kepalanya.

"Hei ... berhenti!" sebuah suara keras menghentikan tarikan Dina.

Jantung Arunika bergemuruh. Mukanya memerah menahan amarah. Sosok remaja laki-laki mendekat. Arunika tak mengenali siapa dia.

"Kalian itu sama-sama cewek loh?' ujarnya sambil menatap tajam Dita dan kawan-kawan.

"Yeee ... orang becanda ...," sahut Watie lirih.

"Becanda apaan. Kalian tau kan arti jilbab buat temen-temen kita yang berkerudung?' seru siswa itu masih menatap empat siswi yang ingin merundung Arunika.

Suasana mendadak hening. Dina melepas genggaman jilbab Arunika dengan wajah sebal, sementara Watie dan yang lain menunduk pura-pura tak bersalah.

“Udah cukup. Jangan ganggu lagi,” ucap remaja laki-laki itu singkat, lalu tanpa menunggu balasan, ia berbalik meninggalkan kelas begitu saja.

Arunika terpaku. Ia ingin mengucapkan terima kasih, tapi lidahnya kelu. Yang tersisa hanya degup jantung yang masih belum mau tenang.

Beberapa detik setelah sosok itu pergi, pintu kelas kembali berderit. Kali ini Raka muncul dengan langkah tergesa, seragamnya masih rapi tapi wajahnya menyiratkan cemas.

“Run!” panggilnya, matanya langsung tertuju pada Arunika. Ia cepat menghampiri. “Kamu nggak apa-apa kan?”

Arunika terdiam sejenak, lalu mengangguk pelan. Raka mengulurkan tangannya, menggenggam jemari Arunika dengan hangat. Sentuhan itu membuat dada Arunika berdentum kencang, lebih keras dari rasa takut yang tadi menghimpitnya.

“Nggak usah peduliin mereka,” ucap Raka lembut. “Kamu itu jauh lebih kuat daripada yang mereka kira!"

Arunika menunduk, mencoba menenangkan wajahnya yang terasa panas. Entah kenapa, justru kata-kata Raka yang sederhana itu membuat hatinya seakan diselimuti keberanian baru.

Bel masuk berbunyi. Guru pengawas ujian segera datang dengan setumpuk lembar soal bahasa Indonesia. Hiruk pikuk kelas kembali normal, seakan insiden barusan tidak pernah terjadi.

Pak Edi berkeliling, ia mengawasi sendiri murid-muridnya. Tak ada yang berani menoleh apalagi bersuara. Mereka fokus dengan soal yang ada di lembar kerja.

"Pak, maaf. Ini soal nomor dua puluh enam pilihan ganda emang jawabannya sama semua?" tanya Gunawan.

Semua serempak membaca soal nomor yang disebut. Memang jawaban di sana sama semua. Pak Edi gegas ke meja dan membaca soal. Ternyata memang ada kesalahan di sana.

"Lingkari soal dan jawaban! Nanti saya akan beri laporan jika nomor itu tidak ada jawabannya!" suruh Pak Edi lagi.

Semua siswa dan siswi mengerjakan apa yang disuruh oleh wali kelasnya itu. Lalu mereka kembali mengerjakan soal. Atau berharap seluruh soal tidak ada jawabannya.

Namun hingga ulangan berakhir, tak ada satu pun soal dan jawaban yang salah. Bel berbunyi, Pak Edi masih memberi tenggat waktu pada anak-anak muridnya untuk memeriksa lagi lembar jawabannya.

"Periksa lagi! Nomor peserta ujian jangan sampai salah!" semua murid nampak memeriksa kembali dan memastikan semuanya.

Ketika merasa aman, mereka pun mengumpulkan ke meja guru, satu per satu. Arunika menyerahkannya belakangan. Raka ada di depannya, setelahnya mereka keluar ruangan.

"Gila, padahal itu bahasa kita pake sehari-hari. Kok susah ya?" keluh Ambar sambil menghela nafas lega.

"Iya, apa lagi pas yang susun cerita. Alinea pertama yang mana, nggak tau!" timpal Fitri.

"Woi ... Kata Pak kepala sekolah kita nggak boleh pulang dulu ' seru salah satu siswa nampak berlari dari arah ruang guru.

Lalu terjadilah kericuhan, semua ribut dan sedikit protes. Tapi, tak ada satu murid yang berusaha kabur dari sekolah itu.

"Semua anak kumpul di lapangan! Baris yang rapi!' seru salah satu guru memberi instruksi.

Semua murid riuh, derap.langkah mereka memenuhi koridor sekolah. Matahari sangat terik menjelang siang. Arunika menurunkan topinya agar tak silau.

Beberapa murid memilih berdiri di bawah pohon nangka berukuran besar di pinggir lapangan. Tapi tentu saja jauh dari teras sekolah. Kepala sekolah nampak harus mengalah, ia maju ke depan teras dan berdiri di sana.

Dengan.menggunakan toa, ia memberi pengumuman.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, selamat siang anak-anak!' sapanya.

"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh! Siang juga Pak!' seru semua murid menjawab serempak.

"Bapak langsung saja ya. Ini dikarenakan adanya temuan soal ujian bahasa Indonesia yang tidak ada jawabannya!" semua murid bersorak.

"Huuuuu!"

"Tenang semuanya!" seru Kepala sekolah galak. Semua pun diam.

"Jadi tadi kami telah mengupayakan banding, tetapi pihak diknas tidak merespon. Kemungkinan, nilai kalian akan kurang karena jawaban salah karena tidak diisi!" sambungnya lagi.

"Huuuuu! Wah ... curang itu.... tidak adil!" seru beberapa murid protes.

"Makanya itu, Bapak punya usul untuk memberi kalian nilai tambahan di raport ...."

"Tapi nilai NEM kan nggak bisa Pak!' sahut salah satu murid memotong.

Arunika hanya diam, ia hanya menyimak.. Sungguh ia juga kecewa jika memang itu terjadi, Nilai ebta murninya pasti berkurang.

"Kalau kalian mengerjakan soal semuanya jawaban benar ya, salah satu tidak mempengaruhi apapun!' sahut kepala sekolah kesal.

"Kali aja kita bener semua ngerjainnya!' celetuk sengit salah satu siswa.

"Bondan. Sejak kapan sekolah membolehkan kamu pake anting-anting?" seru Kepala sekolah.

Tatapannya tajam, ia bisa melihat telinga salah satu murid itu ditindik. Ada anting kecil yang tak kentara di sana. Murid itu buru-buru menarik kerah untuk menutupi tindik di telinganya.

"Jadi itu saja pengumuman hari ini!" seru kepala sekolah mengakhiri.

Terdengar sorak para murid, mereka menyayangkan semuanya. Soal yang salah, tapi nilai mereka tetap berkurang karena dianggap tidak mengerjakan. Arunika pun sebenarnya kecewa, tapi ia tak bisa apa-apa.

Semua anak pun membubarkan diri, mereka ada yang nongkrong di kantin, atau merokok di pojok-pojok jalan, menunggu angkot. Arunika menatap benda yang melingkar di pergelangan lengan kirinya.

Sebenarnya ia diberi uang untuk pulang sendiri. Dari semua siswa, hanya ia sendiri yang tidak memiliki ponsel.

Namun, tak lama Arunika mendengar deru mesin motor yang ia kenali. Wajahnya yang lesu dan sedih mendadak ceria. Wajahnya menatap kelokan jalan di mana motor ayahnya terlihat. Dan benar saja, kendaraan tua itu nampak, senyum Arunika pun terukir.

'Kalau kamu sering tersenyum seperti itu. Kamu tambah cantik, Run!" Arunika menoleh, Raka mengedipkan sebelah matanya, ia menaiki ojek langganannya dah pergi lebih dulu.

"Arunika!" panggil Purnomo gusar.

"Eh ... Ayah!" Arunika tersadar, ia gegas menaiki jok belakang.

Purnomo merapatkan rangkulan sang putri di pinggangnya.

"Pegangan yang erat. Jangan sampai jatuh!" peringatnya, lalu kendaraan tua itu pun melaju.

Bersambung.

Uh ... Ayah ... sepertinya belum bisa melepas Arunika.

Next?

1
Deyuni12
what happen Aya naon nh sama Raka,,hm
jangan bikin Aru khawatir y Raka
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
raka kenapa ya?
nurry
💪💪💪💪💪
nurry
maju terus Raka terjang rintangannya, kamu pasti bisa 💪
nurry
kaya manggul beras sekarung kali ya kak othor 🤭🤭🤭
Deyuni12
Raka
kamu bisa datang d saat kamu sudah siap dalam hal apapun,buat ayah Purnomo terkesan dengan perjuangan mu
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
datanglah saat kau siap raka.
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
ayah.. 🥹🥹🥹... pasti sulit mengajarkan mandiri pada putri yang selalu ingin kau lindungi seperti dalam bola kristal, ya kan?setidaknya dirimu sudah mencoba ayah
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
memang berat, raka. tapi kalau cinta ya berjuang donk.
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
ayah, jangan rusak mental arunika dengan ke posesif an muuuu
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
kalau perhatian di rumah cukup. tak perlu cari perhatian di luar lagi
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
arunika & media cocok
Deyuni12
keren
Deyuni12
butuh perjuangan,cinta tak segampang itu,,hn
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
sedikit lagi, raka. arunika di fakultas ekonomi.
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
arunika begitu banyak mendapatkan limpahan kasih orang tuanya. sementara raka?
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
kalian pasti akan dipertemukan oleh author. sabar ya
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
UI itu besar banget. wajar kalau pakai kendaraan. seharusnya ayah jemput di fakultasnya aja
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
kenapa kemarin gak tanya raka fakultas apa?
Ni nyoman Sukarti
ceritanya bagus....jadi kangen sm ibu dan bapak😇😇🙏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!