NovelToon NovelToon
Sistem Mafia: Misi Menjadi Orang Baik

Sistem Mafia: Misi Menjadi Orang Baik

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Sistem
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: dina Auliya

Bima Satriya mati konyol, tapi terbangun di tubuh Dante Romano, bos mafia paling kejam di Sisilia. Saat semua orang menunggu perintah pembantaian darinya, sebuah suara asing bergema:
“Misi pertamamu: Jadilah orang baik, atau mati selamanya.”
Bisakah jiwa polos Bima mengubah dunia penuh darah menjadi jalan penebusan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dina Auliya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

misi penyelamatan

Malam masih pekat ketika Bima—dengan tubuh Dante Romano—berjalan mondar-mandir di ruang kerjanya. Jam dinding menunjukkan pukul 03.00, tapi rasa kantuk sama sekali tak hinggap. Setiap kali ia mencoba memejamkan mata, bayangan wajah Franco yang penuh ketakutan muncul.

Laki-laki itu berlutut, menangis, mengaku hanya berkhianat karena keluarganya dijadikan sandera. Itu membuat hati Bima bergejolak. Dalam kehidupan sebelumnya di Indonesia, Bima hanyalah pemuda biasa, bukan bos mafia berdarah dingin. Baginya, keluarga adalah segalanya.

Kini sistem yang melekat di tubuhnya mengonfirmasi dugaannya.

> [Misi Utama: Selamatkan keluarga Franco dari geng Barzini.]

[Batas waktu: 48 jam.]

[Hadiah: +600 Poin Kebaikan, Skill 'Combat Instinct Lv.1'.]

[Hukuman jika gagal: Franco tewas bunuh diri, reputasi Romano runtuh.]

Bima mengepalkan tangan. “Aku tidak bisa biarkan itu terjadi.”

Marco masuk tanpa mengetuk. Wajahnya keras, dingin, seolah tak setuju dengan langkah sang bos. “Boss, kau yakin ingin repot-repot menyelamatkan keluarga Franco? Dalam dunia mafia, kelemahan terbesar justru keluarga. Mereka akan jadi sasaran empuk musuh.”

Bima menatapnya dengan mata tajam. “Itu kalau aku masih jadi Dante lama. Tapi sekarang… aku akan buat semua orang tahu, keluarga Romano bukan hanya kumpulan pembunuh tanpa hati. Kita punya prinsip.”

Giovanni yang ikut masuk mendengus ringan. “Prinsip? Dalam dunia ini, prinsip bisa membunuhmu, Boss. Tapi… kalau itu perintahmu, aku ikut.”

Marco menghela napas panjang, seakan sudah pasrah. “Baiklah. Kau yang jadi bos. Tapi jangan salahkan aku kalau ini berakhir berdarah.”

---

Menggali Informasi

Franco digiring masuk oleh dua penjaga. Wajahnya masih pucat, tapi matanya penuh harapan.

“Franco,” kata Bima pelan. “Kau tahu di mana keluargamu disekap?”

Franco mengangguk cepat. “Ya, Boss! Mereka di gudang tua milik Barzini, dekat distrik Città Vecchia. Aku pernah dikawal ke sana untuk bukti ancaman. Aku… aku bisa tunjukkan jalan.”

Bima mengangguk. “Bagus. Besok malam kita bergerak.”

Marco menyela, “Boss, jangan gegabah. Barzini pasti sudah pasang jebakan. Kalau kita terjun begitu saja, bisa jadi kita yang terkubur.”

Bima menepuk bahu Marco. “Itu sebabnya kau ikut. Aku butuh kepala dinginmu.”

Marco terdiam, tapi ada secercah penghargaan di matanya.

---

Persiapan

Sepanjang hari itu, Bima sibuk menyusun strategi. Ia mengajak Giovanni dan beberapa anak buah terpercaya untuk menyiapkan perlengkapan: senjata api, rompi anti peluru, bahkan dua mobil lapis baja ringan.

Di tengah kesibukan, sistem memberi notifikasi baru:

> [Skill ‘Intuisi Detektif Lv.1’ Aktif: Host lebih peka terhadap jebakan dan pengkhianatan.]

Bima merasa matanya lebih tajam dari biasanya. Setiap kali ia membaca laporan, ia bisa langsung tahu bagian mana yang janggal.

Menjelang malam, ia mengumpulkan tim kecil di aula vila Romano. Ada Marco, Giovanni, Franco, dan enam orang prajurit pilihan.

“Dengar baik-baik,” kata Bima lantang. “Misi kita malam ini sederhana: masuk, ambil keluarga Franco, keluar hidup-hidup. Aku tidak peduli seberapa besar Barzini menghadang, kita tidak boleh gagal.”

Semua mengangguk serius. Marco mengokang pistolnya. Giovanni tersenyum tipis, penuh semangat muda. Franco masih terlihat gemetar, tapi matanya membara.

---

Infiltrasi ke Markas Barzini

Mobil bergerak dalam gelap, melaju cepat menuju distrik Città Vecchia. Jalanan sepi, hanya lampu jalan yang berkedip samar. Bima duduk di kursi depan, matanya fokus pada jalan.

Franco menunjuk ke arah gudang tua di tepi pelabuhan. Bangunan itu tampak kusam, catnya mengelupas, namun dikelilingi pagar tinggi dan kawat berduri. Dari kejauhan, terlihat beberapa orang berjaga sambil merokok.

Marco melirik Bima. “Kita harus hati-hati. Kalau langsung serbu, pasti banyak korban.”

Bima tersenyum tipis. “Kita tidak serbu. Kita selundupkan diri ke dalam.”

Dengan skill intuisi barunya, Bima mengamati pergerakan penjaga. Ia segera menemukan pola: setiap sepuluh menit, dua orang penjaga di sisi timur berganti posisi, meninggalkan celah kecil.

“Di sana,” katanya menunjuk. “Kita masuk lewat sisi timur. Waktu kita sepuluh menit.”

Tim bergerak cepat. Dalam kegelapan, mereka menyelinap melalui celah pagar yang digunting Giovanni. Nafas mereka tertahan, jantung berdegup kencang.

Di dalam, gudang besar itu bau karat dan lembap. Dari balik tumpukan peti kayu, mereka mendengar suara tangisan samar.

“Itu istriku!” bisik Franco panik.

Bima menempelkan jari di bibir, memberi isyarat diam. “Sabar. Kita pastikan dulu.”

---

Penjebakan

Saat mereka maju, tiba-tiba lampu sorot menyala terang. Sirene meraung, dan puluhan pria bersenjata muncul dari balik bayangan.

“Selamat datang, Romano!” suara berat menggema. Dari lantai atas gudang, muncul seorang pria berbadan besar, berkepala botak, dengan senyum licik. Dialah Vittorio Barzini, tangan kanan keluarga Barzini.

“Sudah kuduga kau akan datang menolong tikusmu itu,” Vittorio mengejek. “Sayang sekali, sekarang kau dan anak buahmu terperangkap.”

Marco mengangkat pistol, tapi Bima menahan tangannya. Ia melirik sekeliling: mereka dikepung.

Sistem berdering:

> [Peringatan: Host masuk ke dalam jebakan.]

[Saran: Gunakan kecerdikan untuk membalikkan keadaan.]

Bima tersenyum tipis. “Kalau memang kau sudah tahu aku akan datang, kenapa masih perlu pasang jebakan murahan seperti ini, Vittorio?”

Vittorio tertawa keras. “Karena aku ingin lihat wajahmu sebelum mati.”

---

Pertarungan Pecah

Tiba-tiba Giovanni menembak salah satu lampu sorot, menciptakan kegelapan sebagian. “Boss, sekarang!”

Baku tembak meledak. Peluru menghujani gudang, percikan api dan serpihan kayu beterbangan. Bima menggiring Franco berlindung di balik peti, sementara Marco dan Giovanni bertempur sengit menahan pasukan Barzini.

Franco gemetar ketakutan. “Boss, keluargaku ada di ruangan bawah, dekat tangga besi!”

Bima mengangguk. “Ikuti aku!”

Mereka berlari menembus hujan peluru. Dengan intuisi tajam, Bima bisa merasakan dari mana arah serangan datang, membuatnya mampu menghindar di detik terakhir. Dua orang musuh roboh oleh tembakan cepatnya.

Akhirnya mereka sampai di pintu besi bawah tanah. Franco segera memutar gagang, tapi terkunci.

“Sial!”

Bima menendang pintu keras-keras, tapi tetap tak bergerak. Marco yang datang menyusul langsung menembakkan shotgun, menghancurkan kunci.

Pintu terbuka, memperlihatkan ruangan gelap dengan tiga orang diikat di kursi—seorang wanita dan dua anak kecil. Wajah mereka penuh ketakutan.

“Istriku! Anakku!” Franco langsung memeluk mereka. Air matanya jatuh deras.

Namun suara tawa Vittorio kembali menggema. “Bagus, Romano! Kau berhasil sampai sejauh ini. Tapi apakah kau bisa keluar hidup-hidup?”

---

Pelarian

Dengan keluarga Franco di tangan, mereka harus mencari jalan keluar. Bima tahu, pintu masuk sudah dijaga ketat.

Ia menoleh ke Giovanni. “Ada jalan lain?”

Giovanni menunjuk ke arah belakang gudang. “Ada terowongan tua, tapi penuh puing. Kita harus cepat.”

Mereka bergerak cepat, tapi pasukan Barzini mengejar. Pertempuran jarak dekat tak terhindarkan. Marco menembak tepat, menumbangkan dua orang. Giovanni melompat dari peti, menghantam musuh dengan brutal.

Bima menutupi Franco dan keluarganya, memastikan mereka aman. Setiap kali peluru hampir mengenai, ia selalu bisa merasakan detik kritis itu, berkat skill intuisi barunya.

Akhirnya mereka mencapai terowongan gelap di belakang gudang. Udara di dalam lembap dan pengap. Mereka berjalan terburu-buru, cahaya obor kecil menerangi jalan.

Namun di ujung terowongan, pintu besi berkarat menutup rapat. Dari belakang, suara langkah musuh semakin dekat.

“Kita terkepung!” Giovanni panik.

Bima menendang pintu sekuat tenaga, tapi tak bergeming. Ia mengertakkan gigi. “Marco, tembak!”

Dengan sekali dor, pintu besi jebol. Mereka keluar ke tepi pelabuhan, udara laut malam menyambut.

---

Pertarungan Terakhir

Namun mereka tak sempat lega. Vittorio sudah menunggu di sana, bersama belasan orang bersenjata.

“Berakhir sudah, Romano,” kata Vittorio sambil menodongkan pistol ke arah keluarga Franco. “Lempar senjatamu, atau mereka mati.”

Marco menggeram, hampir melepaskan tembakan, tapi Bima mengangkat tangannya, meminta diam.

Bima melangkah maju, wajahnya dingin. “Vittorio, kau pikir aku akan pilih mati begitu saja? Kau salah besar.”

Sistem berbunyi:

> [Pilihan Tindakan:]

Serahkan diri demi keluarga Franco → kemungkinan 80% kematian.

Manfaatkan intuisi, serang balik dengan risiko tinggi → kemungkinan berhasil 50%.

Gunakan strategi tipu daya → kemungkinan berhasil 70%.

Bima memilih opsi ketiga. Ia berpura-pura meletakkan senjatanya ke tanah. Vittorio tersenyum puas.

Tapi detik berikutnya, Bima melemparkan granat asap kecil yang ia sembunyikan di saku. Ledakan asap membuat semua panik.

“Sekarang!” teriaknya.

Marco dan Giovanni langsung menghajar pasukan Barzini dalam kegelapan. Bima sendiri menerjang Vittorio, memelintir tangannya dan merebut pistolnya.

Dalam pergumulan sengit, Vittorio sempat menghantam wajah Bima, tapi dengan dorongan adrenalin, Bima menusukkan lututnya ke perut musuh itu. Vittorio terkapar.

Suara sirene polisi tiba-tiba terdengar dari kejauhan. Rupanya keributan itu sudah menarik perhatian aparat.

“Boss, kita harus kabur!” Giovanni berteriak.

Mereka bergegas masuk mobil cadangan yang diparkir di dekat pelabuhan. Keluarga Franco berhasil dibawa kabur dengan selamat.

---

Kemenangan dengan Luka

Di vila Romano, Franco berlutut di hadapan Bima. Air matanya bercucuran, istrinya dan kedua anaknya ikut menangis terharu.

“Boss… aku tidak bisa membalas semua ini. Nyawaku, keluargaku, semua milikmu sekarang. Aku bersumpah akan setia sampai mati.”

Marco masih terlihat kesal, tapi tak bisa menyangkal. “Sialan, Boss. Kau benar. Menyelamatkan mereka mungkin bukan cara Dante lama, tapi entah kenapa… aku merasa bangga malam ini.”

Giovanni tertawa kecil. “Inilah kenapa aku suka ikut Boss. Gila, tapi selalu berhasil.”

Sistem menampilkan notifikasi baru:

> [Misi Selesai: Keluarga Franco berhasil diselamatkan.]

[Hadiah: +600 Poin Kebaikan, Skill ‘Combat Instinct Lv.1’.]

Bima tersenyum lega. “Satu keluarga selamat. Tapi ini baru permulaan. Barzini tidak akan tinggal diam.”

Di luar, langit Palermo mulai terang oleh cahaya fajar. Namun bagi Bima, hari baru berarti perang baru akan segera dimulai.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!