NovelToon NovelToon
Satu Perempuan

Satu Perempuan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Keluarga / Satu wanita banyak pria
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Nurcahyani Hayati

Bagaimana jadinya jika kamu menjadi anak tunggal perempuan di dalam keluarga yang memiliki 6 saudara laki-laki?
Yah, inilah yang dirasakan oleh Satu Putri Princes Permata Berharga. Namanya rumit, ya sama seperti perjuangan Abdul dan Marti yang menginginkan anak perempuan.

Ikuti kisah seru Satu Putri Princes Permata Berharga bersama dengan keenam saudara laki-lakinya yang memiliki karakter berbeda.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurcahyani Hayati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

23. Bonceng Tiga

Bel berbunyi, tanda jam pelajaran hari ini telah berakhir dan menandakan bahwa siswa dan siswi Sekolah Menengah Atas Harapan Bangsa telah diperbolehkan untuk pulang.

"Ayo Incces!" ajak Tawi membuat Incces yang sedang merapikan buku-buku alat tulisnya langsung menoleh.

"Duluan aja! Incces tunggu Abang!"

"Ya udah aku duluan, ya!"

"Aku juga, ya," ujar Zen membuat Incces mengangguk.

Semenit kemudian suasana kelasnya sudah sepi dan di luar kelasnya juga tidak terdengar lagi suara keributan siswa dan siswi yang akan pulang.

Yah, Incces memang harus pulang lebih lambat dari teman-temannya yang lain. Sebenarnya ini bukan kemauannya. Incces juga ingin merasakan pulang bersama dengan Tawi dan Zen tapi ada yang lebih menyenangkan daripada itu.

"Hust!"

Incces menoleh menatap Pranam yang sedang mengintip dibalik pintu kelas yang masih terbuka lebar. Memperlihatkan separuh tubuhnya ke arah Incces yang masih menatapnya.

"Apa?"

Tanpa jawaban Pranam langsung mengeluarkan kantong kresek hitam yang berukuran besar dan mengibas-ngibaskannya membuat Incces tertawa.

Misi selanjutnya!

Incces dan Pranam berlari kecil memasuki kelas dimana ada pria yang sedang duduk membaca buku. Yap, dia Pralim tapi bukan Pralim yang menjadi sasaran mereka tapi...

Mata Pranam berbinar. Lidahnya keluar seperti ingin menerkam.

"Hari ini jauh lebih banyak dari sebelumnya," ujarnya lalu berlari bersama dengan Incces ke meja penuh coklat, bunga, surat dan puluhan bingkisan lainnya yang selalu menjadi incaran Pranam sehabis sekolah.

Pralim menghela nafas panjang. Ia menatap kedua saudaranya itu yang memasukan apa saja yang ada di atas meja dengan gelagapan seperti orang yang mendapatkan harta karun.

"Pungut itu, juga dek!"

"Yang itu juga!"

"Itu yang di lantai juga!"

Incces hanya mengangguk mengikuti arahan Pranam yang sejak tadi sibuk bicara.

"Ingat jangan sampai ada yang tersisa walau hanya setengah!" bisiknya sembari terus memasukkan apa yang dapat tergapai di tangannya kalau bisa ia juga ingin memasukkan meja Pralim itu ke dalam kantong kresek hitam yang sudah hampir penuh.

Pralim yang sejak tadi menyandarkan tubuhnya di dinding dekat pintu kelas kini menunduk menatap jam yang ada di tangan kirinya.

"Ayo pulang!"

"Ayo!" ujar Pranam yang memikul kantong kresek hitam yang sudah penuh itu di punggungnya.

Pralim terdiam menatap dari ujung rambut sampai ujung kaki saudaranya itu. Terlihat seperti pemungut rongsokan. Ia ingin memberitahu tapi malas untuk bicara.

Pranam berjalan lebih dulu keluar dari ruangan kelas di susul oleh Incces yang tersenyum bahagia. Malam ini ia akan makan coklat.

Ketiganya melangkah di koridor sekolah. Incces berjalan paling depan disusul oleh kedua abangnya, Pralim dan Pranam yang berjalan di kedua sisinya.

Kini Incces berjalan bagai Putri cantik kesayangan dengan rambutnya yang bergerak ketika angin meniupnya memperlihatkan aura kecantikan dengan senyumnya yang terlihat manis.

Di sisi kanannya sebagai pelengkap. Pralim berjalan dengan santai sambil sebelah tangan kanannya yang masuk ke kantong membuat aurat ketampanannya semakin menjadi-jadi sementara itu di satu sisi lain...

Pranam melangkah dengan jalan sok jago, ia sejak tadi tersenyum memperlihatkan giginya tersusun rapi. Sesekali ia mengelokkan posisi kantong kresek hitam yang masih berada di punggungnya. Lihatlah ia bahkan sangat mirip seorang pemulung.

Perbedaan yang sangat jauh. Mau itu dari segi jalan sikap dan juga aura. Pantas saja banyak siswa dan siswi yang tidak menyangka atau bahkan tidak mampu menebak-nebak jika mereka bertiga adalah saudara kandung. Bahkan jika diberitahu pun mereka tidak akan percaya.

Pranam meletakkan kantong kresek hitam itu ke bagian depan jok tempat duduk. Hanya satu motor untuk mereka bertiga. sebenarnya Marti dan Abdul masih bisa memberikan satu motor untuk mereka bertiga tapi Marti tidak ingin jika Incces membawa motor sendiri. Ia takut terjadi apa-apa kepada putri cantiknya itu.

Dan, Yap mereka bonceng tiga.

Pranam mengelokkan posisi kantong, takut jika kantong itu jatuh di jalanan sehingga membuat isi yang berharga itu berhamburan di jalan raya.

"Ayo!" ajak Pranam yang sudah menyalakan mesin motor.

Pralim memasang sabuk pengaman pada helm pink yang sudah ia pakaikan di kepala adik bungsunya itu. Untung saja sudah tidak ada orang di sini kecuali mereka.

Jika ada orang yang melihatnya maka tentu saja semuanya akan cemburu jika melihat pria tampan memakaikan helm ke kepala Incces.

Sebenarnya tidak ada yang mengetahui jika Incces adalah saudarinya ditambah lagi Incces yang masih baru di sekolah ini. Bahkan Pranam juga, mungkin hanya Aldo yang baru mengetahui jika Incces adalah adik dari Pranam.

"Buruan cepetan nanti kalau lambat pulang Mama bakalan ngamuk," ujar Pranam mengingatkan.

"Iya iya, dasar bawel," jawab Incces lalu melangkah namun langkahnya langsung terhenti menatap ada yang kurang pada tubuhnya.

"Jaketnya mana?"

"Aduh!" Pranam melangkah turun dari motor lalu mengeluarkan jaket berwarna pink dari jok motor. Bagaimana bisa ia lupa dengan hal yang penting ini.

Ini semua dilakukan atas perintah dari Mamanya yang tidak ingin jika anda kesayangannya itu terkena panas matahari secara berlebih.

"Hm, cepetan!" Pranam meraih tangan Incces yang begitu sangat lembut. Memakaikan jaket pink itu ke tubuh Incces yang kini persis seperti anak kecil.

"Udah kan?"

Incces mengangguk.

"Cepetan naik!"

"Gimana mau duduk kalau kantong kreseknya ngalangin Incces?"

Tunjuknya membuat Pranam mendecapkan bibirnya dengan kesal lalu mengangkat kresek hitam itu lalu menggerakkan ke belakang tanpa menoleh.

Tak!

Hantaman keras mengenai helm yang ada di kepala Pralim hingga pelindung kaca helm itu terhentak turun menutup wajah tampan Pralim. Tak ada respon dari Pralim. Dia hanya diam lalu menaikkan kembali kaca helm itu. Ia sudah biasa menghadapi sikap Pranam.

Pralim kini tetap diam, duduk di jok motor lalu memegang kresek hitam itu dengan wajah datar namun tak membuat wajahnya terlihat aneh. Tetap saja tampan.

Incces duduk sembari kedua tangannya yang memegang kaca spion motor persis seperti anak kecil yang sedang dibonceng oleh ayahnya.

"Udah siap?"

"Siap!!!" teriak Incces dengan semangat.

Pranam terdiam menanti jawaban dari penumpang yang ada di belakangnya.

"Siap nggak lo, bang?"

Tak ada jawaban.

Pranam menoleh menatap Pralim yang hanya terdiam. Ia ikut menatap membuat Pranam mendengus kesal.

"Turunin tuh kaca!" suruhnya dengan nada sedikit meninggi.

"Jangan mentang-mentang ganteng terus mukanya dipamer-pamerin. Kalau orang lihat disangka gue tukang ojek," sambungnya lagi.

Tanpa sebuah jawaban Pralim langsung menurunkan kaca helm yang sejak tadi berada di kepalanya. Malas berdebat tentunya apalagi jika harus berhadapan dengan Pranam. Pasti ia akan kalah.

Pranam menatap sejenak. Bahkan di saat memakai helm pun Pralim tetap terlihat tampan. Ah, ini tidak adil.

Tak berselang lama kini motor melaju meninggalkan area parkiran sekolah menuju rumah melintasi jalan beraspal yang cukup panas.

Beberapa orang melihat, menatap aneh pada meraka bertiga. Satu motor untuk bertiga. Biasanya mereka hanya melihat satu motor dengan tiga penumpang tetapi semuanya laki-laki begitupun sebaliknya tetapi kali ini dua pria dan satu perempuan.

1
Sena Safinia
kocak suka ........gimana klo ad cwok naksir incess .....ga sabar nunggu next
balabulu
lanjut Thor
balabulu
semngat thor punya
balabulu
aduh kapan yah semua anaknya kumpul duduk bareng
balabulu
semangat Thor up nya
balabulu
nggak sabar ni pengen tau kelanjutannya
balabulu
semangat Thor up nya
balabulu
giginya kakak
balabulu
ahahahha 🤣, salah tangkap kamu pak 🤣
balabulu
semangat Thor up. ya kalau perlu dobel deh yah 🥹
balabulu
kasian kamu Prapat nasip punya kembaran
balabulu
aduh kasian praga semangat Thor up nya
balabulu
next thoorrr heheh seruh niii
Salju
next thoor
Salju
Pratama jadi anak pemalas nh
Salju
Next thoor
Seru juga bacanya
Salju
kasian banget si kabo tapi lucu
Salju
si pradu jadi bahan resep hahaha
Salju
Pokoknya aku pilih pralim hahaha anak marti yg pling ganteng
Salju
Anaknya ada yang kembar
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!