NovelToon NovelToon
Brondong Untuk Kakak Cantik

Brondong Untuk Kakak Cantik

Status: tamat
Genre:Berondong / Anak Genius / Anak Kembar / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Keluarga / Tamat
Popularitas:25.9k
Nilai: 5
Nama Author: inda

Kehidupan seorang balita berusia dua tahun berubah total ketika kecelakaan bus merenggut nyawa kedua orang tuanya. Ia selamat, namun koma dengan tubuh ringkih yang seakan tak punya masa depan. Di tengah rasa kehilangan, muncullah sosok dr. Arini, seorang dokter anak yang telah empat tahun menikah namun belum dikaruniai buah hati. Arini merawat si kecil setiap hari, menatapnya dengan kasih sayang yang lama terpendam, hingga tumbuh rasa cinta seorang ibu.

Ketika balita itu sadar, semua orang tercengang. Pandangannya bukan seperti anak kecil biasa—matanya seakan mengerti dan memahami keadaan. Arini semakin yakin bahwa Tuhan menempatkan gadis kecil itu dalam hidupnya. Dengan restu sang suami dan pamannya yang menjadi kepala rumah sakit, serta setelah memastikan bahwa ia tidak memiliki keluarga lagi, si kecil akhirnya resmi diadopsi oleh keluarga Bagaskara—keluarga terpandang namun tetap rendah hati.

Saat dewasa ia akan di kejar oleh brondong yang begitu mencintainya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 6 – Dua Bintang Kecil untuk Celin

Bulan demi bulan berlalu, dan perut Arini semakin membesar. Rumah besar keluarga Bagaskara kini selalu dipenuhi suasana hangat. Setiap kali keluarga besar berkumpul, Celin selalu menjadi pusat perhatian karena kelucuannya saat bercerita tentang “adik bayi” yang masih ada di perut mamanya.

“Adikku pasti suka kelinci, sama kayak aku,” ujarnya suatu sore di teras, sambil mengelus boneka lusuh yang tak pernah ia tinggalkan. “Nanti kalau dia lahir, aku kasih pinjem kelinciku biar nggak takut.”

Oma Ratna yang mendengar itu hanya bisa tersenyum haru. Anak sekecil ini sudah punya hati sebesar itu, batinnya.

Arini sendiri sering kagum pada Celin. Betapa anak yang lahir dari sebuah tragedi, yang dulu hampir tak punya siapa-siapa, kini tumbuh menjadi sosok kecil yang penuh kasih. Seolah Tuhan memang menitipkan Celin untuk menyiapkan mereka menghadapi anugerah berikutnya.

-----

Sore itu, Arini sedang beristirahat di kamar dengan perutnya yang semakin berat. Celin berlari kecil masuk membawa segelas air putih.

“Mama, minum dulu,” katanya sambil mengangkat gelas dengan kedua tangan mungilnya.

Arini tersenyum dan menerima gelas itu. “Terima kasih, Kakak kecil Mama.”

Celin mendengus kecil. “Aku kan udah kakak beneran sekarang.”

Arini mengangguk sambil mengusap kepala anak itu. “Iya, Kakak Celin yang paling baik.”

Celin kemudian menempelkan telinganya ke perut Arini. “Adik, jangan nakal ya. Mama suka capek kalau kamu tendang-tendang.”

Arini tertegun. Ia bisa merasakan bagaimana Celin betul-betul tulus menjaga, meski usianya baru empat tahun. Kadang ia merasa Celin punya kepekaan lebih dibanding anak-anak seusianya.

-----

Pada bulan keenam kehamilan, Arini dan Bagas melakukan pemeriksaan rutin. Celin ikut serta, duduk manis di samping Oma Ratna. Saat layar USG menyala, dokter tersenyum.

“Pak, Bu, ada kabar baik. Bukan satu bayi… tapi dua. Selamat, Anda akan punya bayi kembar.”

Arini terbelalak, sementara Bagas menahan tawa bahagia. “Kembar? Astaga…”

Celin menatap layar dengan mata berbinar. “Dua? Jadi aku punya dua adik?”

Dokter mengangguk. “Iya, Kakak Celin. Nanti rumah akan makin ramai.”

Sepanjang perjalanan pulang, Celin tak henti-hentinya berceloteh. “Aku mau tidur di tengah-tengah adik, biar dua-duanya bisa aku peluk. Aku juga mau ajarin mereka baca buku kelinci.”

Arini dan Bagas saling pandang, tertawa di tengah haru yang tak bisa disembunyikan.

 

...----------------...

Waktu berjalan cepat. Saat usia kehamilan Arini memasuki sembilan bulan, suasana rumah penuh persiapan. Kamar bayi sudah ditata rapi dengan dua boks kecil berdampingan, selimut biru muda, dan mainan gantung berbentuk bintang.

Celin sering mengintip ke kamar itu. “Ini kamar adik-adik? Kok bagus banget, Ma.”

“Kalau Celin mau, Celin juga bisa tidur di sini kadang-kadang,” kata Bagas sambil mengangkatnya agar bisa melihat lebih dekat.

Suatu malam, hujan deras turun. Petir sesekali menyambar, membuat rumah berguncang halus. Arini yang sedang duduk di kursi goyang tiba-tiba meringis.

“Mas… perutku sakit,” ucapnya sambil memegang perut.

Bagas panik. Ia segera memanggil sopir dan menyiapkan tas yang sudah berisi perlengkapan persalinan. Celin yang sedang duduk membaca buku bergambar langsung mendekat.

“Mama sakit? Adik nakal lagi, ya?” tanyanya dengan wajah cemas.

Arini menahan sakit sambil berusaha tersenyum. “Enggak, sayang. Adik-adikmu mau keluar.”

Mata Celin membesar. “Sekarang? Aku ikut, Pa!”

Bagas menunduk, mengusap kepala Celin. “Celin tunggu di rumah sama Oma dulu ya. Papa jagain Mama. Nanti kalau adik sudah lahir, Celin jadi orang pertama yang ketemu mereka.”

Celin menggigit bibirnya. Ia ingin ikut, tapi ia tahu Mama butuh tenang. Akhirnya ia hanya memeluk Arini erat. “Mama harus kuat. Adik jangan bikin Mama sakit ya.”

Air mata Arini jatuh. Dengan susah payah ia masuk mobil, sementara Celin berdiri di depan pintu bersama Oma, melambai sampai mobil menghilang dalam hujan.

 

----

Malam itu di rumah sakit penuh ketegangan. Arini harus menjalani proses persalinan cukup lama. Bagas terus menggenggam tangannya, memberi semangat.

Hingga akhirnya, terdengar suara tangisan pertama. Disusul tak lama kemudian dengan tangisan kedua.

“Selamat, Pak, Bu. Bayi laki-laki kembar, sehat.”

Bagas tak bisa menahan air matanya. Ia mencium kening istrinya, sementara Arini menutup mata, lega bercampur bahagia. Doa kami akhirnya terjawab.

Sementara itu, di rumah besar, Celin terbangun dari tidurnya. Ia bermimpi mendengar dua suara bayi menangis bersamaan. Ia berlari ke kamar Oma.

“Oma! Adik udah lahir, ya? Aku dengar mereka nangis.”

Oma terkejut, tapi segera memeluknya. “Mungkin Celin mimpi indah. Kita tunggu kabar Papa dulu, ya.”

Tak lama kemudian telepon berdering. Suara Bagas terdengar serak karena tangis bahagia. “Ma, anak-anak lahir. Dua laki-laki. Sehat semua.”

Celin melompat kegirangan. “Aku punya dua adik! Oma, aku mau lihat sekarang!”

 

-----

Keesokan paginya, Celin dibawa ke rumah sakit. Ia berlari kecil ke kamar Arini dengan boneka kelinci di pelukannya.

“Mama!” serunya, lalu langsung memeluk sang ibu yang masih berbaring lemah.

Arini tersenyum. “Celin sayang, mau lihat adik?”

Dua perawat masuk membawa kereta bayi kecil berisi dua bundel mungil. Celin menatapnya tak berkedip.

“Dua-duanya… adikku?”

Bagas mengangguk. “Iya. Namanya Arka dan Aksa.”

Celin mendekat, mengintip wajah mereka yang masih merah dan mungil. Dengan hati-hati, ia menyentuhkan jarinya ke tangan salah satu bayi. Bayi itu menggenggam jarinya erat.

Celin menahan napas, lalu berbisik, “Halo, aku kakak kalian. Aku janji jagain kalian selamanya.”

Arini dan Bagas saling pandang, hati mereka luluh melihat pemandangan itu.

 ----

Sejak hari itu, rumah keluarga Bagaskara semakin ramai. Dua tangisan bayi kadang membuat malam menjadi panjang, tapi tak ada satu pun yang mengeluh.

Celin justru menjadi yang paling sibuk. Ia selalu ingin ikut membantu: mengambil popok, mengipasi adik-adiknya, bahkan mencoba menidurkan mereka dengan lagu sederhana yang ia karang sendiri.

“Tidur, tidur, adik manis… jangan nangis, ada kakak di sini…”

Meski suaranya belum fasih, entah bagaimana bayi kembar itu sering kali benar-benar tenang jika Celin yang menyanyikan.

“Lihat tuh,” canda Oma Ratna. “Celin memang kakak sejati. Suaranya ajaib.”

Bagas dan Arini hanya bisa bersyukur. Mereka tahu, Celin bukan sekadar anak angkat, melainkan anugerah yang menjadi perekat keluarga.

 

-----

Waktu terus berjalan. Celin tumbuh menjadi gadis kecil yang cerdas, cantik, dan penuh kasih. Adik-adiknya, Arka dan Aksa, tumbuh sehat dan tampan. Meski bukan darah daging, tidak ada yang merasa berbeda.

Di setiap momen keluarga, selalu terlihat Celin duduk di tengah, kedua adiknya memeluknya dari kanan dan kiri.

“Celin bukan cuma kakak. Dia cahaya keluarga kita,” kata Bagas suatu hari pada Arini.

Arini mengangguk, menatap tiga anaknya bermain di halaman. “Iya, Mas. Tuhan benar-benar menghadiahi kita lengkap. Celin yang menyembuhkan luka, dan Arka-Aksa yang melengkapi bahagia.”

Celin menoleh ke arah mereka, tersenyum ceria. Dalam hatinya ia tahu, rumah ini, keluarga ini, adalah tempatnya pulang. Ia bukan lagi anak kecil yang kehilangan segalanya. Ia kini adalah kakak, anak, cucu, dan juga cahaya kecil yang tumbuh bersama dua bintang mungil—adik kembar yang ia cintai sepenuh hati.

 

✨ Bersambung…

1
Nana Niez
itu baru namanya cewek canggih,,, kerennnn,, aq sukaaaa
Nana Niez
ah othor bikin terharuuuu, 😭
nuraeinieni
celin anak manis
🔴≛⃝⃕|ℙ$ Fahira Eunxie💎
ceritanya seru banget, banyak pelajaran yang diambil, salah satunya belajar untuk saling menyayangi walaupun mereka saudara tak sedarah...
🔴≛⃝⃕|ℙ$ Fahira Eunxie💎
makasih banyak kak untuk ceritanya... semoga sukses selalu ya kak, ditunggu novel-novel terbarunya
Tiara Bella
bagus ceritanya Thor....belum tentu aku bisa bikin dan merangkai kata² ya kan
Dewiendahsetiowati
terima kasih untuk ceritanya dan ditunggu karya selanjutnya thor
Rohmi Yatun
makasih Thor.. ditunggu karya selanjutnya 🌹🌹👍
Sulfia Nuriawati
kalo semua wanita berhati spt arini g akan ada anak²yg d adopsi cm utk mancing anak, trus pny anak sendiri anak adopsi d terlantarkan atw d beda²kan dlm segala hal
Tiara Bella
nangis aku....hik...hik....
nuraeinieni
kasian celin
nuraeinieni
aduh mewek juga bacanya
nuraeinieni
aq mampir thor
Tiara Bella
gercep bngt Cakra hbs wisuda langsung lamar Celin..... mantap thor
Rohmi Yatun
cerita yang luar biasa🌹🌹🌹🌹 👍
Cindy
lanjut kak
Tiara Bella
degdegan bacanya tkt Celin sm Cakra ketangkep sm Victor....twnya si Victor malah kabur
Tiara Bella
lanjut Thor biasanya 2 bab
Tiara Bella
ceritanya bagus
Anto D Cotto
lanjut crazy up Thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!