NovelToon NovelToon
Hingga Aku Tak Lagi Menunggu

Hingga Aku Tak Lagi Menunggu

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Wanita Karir / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: Nclyaa

Asha, seorang gadis muda yang tulus mengabdikan diri di sebuah rumah Qur'an, tak pernah menyangka bahwa langkah ikhlasnya akan terseret dalam pusaran fitnah. Ia menjadi sasaran gosip keji, disebut-sebut memiliki hubungan gelap dengan ketua yayasan tempatnya mengajar. Padahal, semua itu tidak benar. Hatinya telah digenggam oleh seorang pemuda yang berjanji akan menikahinya. Namun waktu berlalu, dan janji itu tak kunjung ditepati.

Di tengah kesendirian dan tatapan sinis masyarakat, Asha tetap menggenggam sabar, meski fitnah demi fitnah kian menyesakkan. Mampukah ia membuktikan kebenaran di balik diamnya? Atau justru namanya akan terus diingat sebagai sumber aib yang tak pernah ia lakukan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nclyaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hari penutupan program

Pagi itu, halaman utama Rumah Qur'an Al Husna terasa lebih ramai dari biasanya. Tenda sederhana telah didirikan sejak subuh, dengan kursi plastik berjejer rapi, dihiasi pita warna-warni dan balon kecil yang sengaja ditiup oleh anak-anak kemarin malam. Sorak tawa dan suara riuh rendah terdengar dari berbagai sudut. Hari ini adalah hari yang mereka tunggu, yaitu penutupan program pesantren Ramadhan kilat.

Rayna sibuk di depan panggung kecil, memegang daftar acara dan menyerukan nama-nama petugas yang akan memandu.

"Naira, kamu pegang bagian games! Asha, nanti kamu bagian akhir, kasih sambutan sebelum pembagian hadiah ya!"

Asha mengangguk pelan. Meski tidak terlalu suka tampil di depan umum, tapi hari ini ia tidak keberatan. Ia tahu ini bukan tentang dirinya, ini tentang anak-anak.

Anak-anak santri kecil dari berbagai umur sudah duduk dengan tertib. Beberapa dari mereka mengenakan jilbab hitam dipadukan dengan baju berwarna milo. Wajah mereka penuh semangat, mata berbinar menanti apa yang akan mereka dapatkan.

Acara berlangsung hangat dan meriah. Ada lomba cepat hafalan surat pendek, games tebak kata islami, hingga pertunjukan kecil dari kelompok-kelompok belajar. Salah satu kelompok menampilkan nasyid sederhana yang membuat semua tertawa karena salah satu anggotanya terlalu semangat memukul rebana, sampai jatuh ke pangkuan temannya.

Saat tiba sesi pembagian hadiah, anak-anak tampak menahan napas. Mereka menatap meja panjang di depan panggung, yang dipenuhi kantong kado berwarna-warni dengan nama mereka masing-masing.

Rayna membuka sesi itu dengan gaya dramatis khasnya. Ia sudah menjadi langganan pembawa acara bersama ustadz Mukhbit, karena memang sifat mereka yang seru membuat suasana acara lebih hidup.

"Dan iniii diaaa… peserta teraktif kitaaa... yang tiap hari datang duluan bahkan sebelum ustadzah datang… siapa yaa?" ucapnya dengan semangat sambil menatap satu persatu anak-anak disana.

"AKU USTADZAH!!" seru seorang anak di pojok, membuat semuanya tertawa.

Rayna, sambil tertawa geli, menyebutkan nama-nama pemenang satu per satu. Anak-anak berlari ke depan, menerima hadiah dengan penuh rasa bangga. Beberapa mencium hadiah itu, ada yang langsung membuka dan memeluk isinya. Seorang gadis kecil bernama Fani bahkan menangis karena sangat senang mendapatkan notes bergambar kelinci, karakter favoritnya.

Sementara itu, Asha berdiri tak jauh dari meja, membantu memastikan semua hadiah dibagikan sesuai nama. Ia tak banyak bicara, hanya sesekali tersenyum dan membelai kepala anak-anak yang lewat di depannya.

Namun matanya tak bisa menyembunyikan haru. Dalam diam, ia melihat betapa hal sederhana bisa berarti besar bagi mereka. Satu mug kecil, satu pensil warna, atau selembar stiker lucu bisa menjadi kenangan hangat yang dibawa anak-anak itu sampai lama.

Setelah seluruh rangkaian acara selesai, semua berfoto bersama. Anak-anak tertawa, berlarian, ada yang menggoda ustadzah-ustadzah mereka dengan gelar "ustadzah favorit." Rayna dinobatkan sebagai "ustadzah tergalak tapi lucu," sementara Naira jadi "ustadzah paling sabar."

Dan Asha? Mereka menyebutnya "ustadzah paling lembut, tapi kalau udah marah, semua langsung diam."

"Ustadzah kita sedih banget program nya udah selesai," ucap salah satu anak kepada mereka.

"Tahun depan ada lagi In Syaa Allah," timpal ustadzah Salma dengan senyum manisnya.

Pada akhirnya program pesantren kilat Ramadhan sudah rampung, tinggal menunggu para pengajar pulang ke kampung halamannya satu persatu, untuk bertemu dengan orangtua ataupun sanak saudara.

SETELAH PENUTUPAN PROGRAM

Senja baru saja berganti malam ketika rombongan para pengajar berkumpul di sebuah restoran sederhana di sudut kota. Restoran itu tidak terlalu besar, namun cukup untuk menampung dua meja panjang berisi guru ikhwan dan akhwat. Suasana begitu akrab, hangat, dan penuh tawa. Semua rasa lelah setelah program Ramadhan kilat seakan menguap bersama aroma nasi hangat dan teh manis yang mengepul di meja.

Asha duduk di sisi meja bersama para ustadzah lainnya, tepat di dekat jendela yang memantulkan cahaya kuning temaram. Ia mengenakan jilbab mocca dan dipadukan dengan abaya hitam polos. Tidak berlebihan, namun tetap mencuri perhatian. Ia duduk di antara Naira dan Rayna, ikut terlibat dalam obrolan ringan para ustadzah yang mayoritas memang berkisar pada dunia rumah tangga, seperti obrolan tentang harga minyak goreng, susu anak, hingga cerita lucu dari suami-suami mereka.

"Jadi kalian kapan ada rencana nyusul kita?" pertanyaan mendadak yang sering ditanyakan pada mereka kini muncul kembali, setelah lama tak diangkat dalam obrolan mereka.

"Rayna duluan ustadzah, dia udah ngebet banget." seru Naira heboh.

"Lah? Kok aku? Aku mah masih kecil, imut-imut kiyowo. Belum boleh nikah, kayaknya Asha ustadzah." timpal Rayna tak terima namanya disebut-sebut oleh Naira pada pembahasan ini.

"4 tahun lagi ustadzah, aku masih 21 tahun," sahut Asha dengan lantang, ia sengaja mengeraskan suaranya agar terdengar juga oleh ustadz Alam targetnya.

"Udah-udah! Kok malah bahas siapa yang duluan nikah, nanti juga kalo udah dapet jodohnya mah disegerakan aja," timpal Ustadzah Hamnah menengahi.

"Nah itu ustadzah poin utamanya, kita nunda-nunda tuh karena hilal jodohnya belum keliatan hehe." tambah Naira terkekeh.

Kemudian mereka melanjutkan kembali obrolan-obrolan seputar ibu-ibu rumah tangga dan kegiatan mereka sebagai seorang pengajar, istri dan juga ibu untuk anak-anak mereka.

Meskipun belum berkeluarga, Asha, Naira, dan Rayna tetap mendengarkan dengan saksama. Sesekali tersenyum, mengangguk, atau menimpali pelan. Hitung-hitung sekalian belajar dari para ahli, supaya nanti saat mereka berumah tangga tidak terlalu culture shock.

Namun mereka tidak tahu di meja seberang, tepat di ujung ruangan tiga pasang mata laki-laki diam-diam tengah terfokus pada sosok Asha. Ketiganya menatap Asha yang tersenyum bahagia bersama para asatidzah, membuat mereka tanpa sadar ikut menyunggingkan senyuman mereka.

Ustadz Nael, dia duduk paling ujung, memegang kamera DSLR di pangkuan. Ia adalah penanggung jawab dokumentasi malam itu, tapi lebih sering mengarahkan lensanya diam-diam ke arah Asha. Ia menyamarkan niatnya dengan berpura-pura mengambil foto suasana umum, namun dari angle-nya, jelas terlihat fokus bidikannya hanya tertuju pada satu titik, yaitu wajah Asha yang tertawa lembut saat mendengarkan gurauan para ustadzah disana.

Klik. Klik.

Setiap jepretan membuat Nael menahan napas, lalu buru-buru menurunkan kamera. Matanya tajam, tapi ada gugup yang tak mampu ia sembunyikan setiap kali Asha melirik ke arah umum. Ia selalu menghindari kontak mata takut ketahuan, takut kelewat jujur.

Lain halnya dengan Afkar. Ia duduk satu kursi dari Nael, ia tidak punya kamera profesional. Tapi ponselnya cukup memadai untuk menangkap momen tersebut. Dengan teknik ala mata-mata, ia menyandarkan ponsel di atas meja, memiringkannya sedikit ke arah Asha, lalu… tap, berhasil mengambil gambar Asha yang tersenyum manis.

Layar langsung diredupkan, lalu ia pura-pura membalas pesan. Tapi di balik layar, galeri ponselnya sudah menyimpan tiga potret Asha dari sudut samping, salah satunya saat Asha menoleh ke Rayna dengan senyum yang hanya muncul sesekali.

Benar, Afkar adalah salah satu ikhwan yang juga mengagumi Asha diam-diam, sama seperti Nael. Jika Nael hampir diketahui oleh semua asatidz, berbeda dengan Afkar yang menyimpannya dalam diam.

Dan yang terakhir tentunya ia adalah, Ustadz Alam. Duduk di sisi seberang paling depan, berusaha terlihat sibuk berbincang dengan Ustadz Dafa. Tapi di sela obrolan itu, ia kerap mengangkat ponsel dengan alasan "mengabadikan suasana," memotret para ustadzah dari kejauhan.

Satu, dua potret umum. Lalu... ia mulai men-zoom secara perlahan ke arah Asha. Dari sela-sela para ustadzah, ia tangkap wajah Asha dari celah sempit. Beberapa kali ia menggeser posisi duduk agar sudut pandangnya lebih jelas. Tidak ada yang terlalu mencolok, karena ia melakukannya dengan keahlian seorang pengamat lama. Tapi sorot matanya berbeda, bukan sekedar kekaguman pada seorang gadis, melainkan ambisi untuk mendapatkan gadis tersebut.

"Ekheem!" seseorang berdehem cukup keras, membuat ketiga orang tersebut kelabakan.

"Mau dipake buat apa fotonya ustadzah Asha tadz?" tanya Fahmi pada ustadz Alam.

"I-ini s-saya dokumentasi lah!" bohongnya.

"Antum gak usah cape-cape tadz, kan ada ustadz Nael yang udah bertugas di dokumentasi," timpal ustadz Mukhbit.

"Ya ini kan buat tambahan, kadang kan hasil jepretan ustadz Nael ada yang blur," elaknya yang membuat Nael melohok.

"Seriusan diginiin sama orangtua? Kalo emang suka ngeblur ngapain juga masih istiqomah di bagian dokumentasi coba!" kesal Nael dalam hati.

"Hayoo ketauan!" tunjuk Dafa membuat ustadz Alam semakin terpojok.

1
Takagi Saya
Aku suka gaya penulisanmu, jangan berhenti menulis ya thor!
Nclyaa: Timakaci❤
total 1 replies
°·`.Elliot.'·°
Kreatif banget!
Nclyaa: timakaci ❤
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!