NovelToon NovelToon
Kurebut Suamiku

Kurebut Suamiku

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari Saat Hamil / Pelakor / Penyesalan Suami
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: megatron

Sagara mengalami hilang ingatan setelah kecelakaan tragis, tidak ada kenangan Lania dalam pikirannya.

Lania merasa sedih, terlebih-lebih Sagara hanya mengingat sekertaris-nya yang tak lain adalah Adisty.

Peristiwa ini dimanfaatkan Adisty untuk menghasut Sagara agar menceraikan Lania.

Lantas, dapat kah Liana mempertahankan rumah tangganya?
Apakah ingatan Sagara akan kembali?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon megatron, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bahagia di Atas Derita

Setelah Lania keluar dari pantry, Adisty bernapas lega. Dia tidak boleh tinggal diam, kemarin suatu keberuntungan baginya karena bisa membawa pasangan ke acara bulan kantor.

Percaya atau tidak, Sagara tahu kalau dirinya sudah punya kekasih. Jadi, mustahil menyimpan perasaan terhadapnya. Namun, Lania bukan perempuan polos yang mudah dikelabui.

Adisty harus mencari jalan keluar, atau paling tidak membuat jalan sendiri agar tidak mudah diikuti.

Tidak ada yang boleh tahu perasaan sesungguhnya, Adisty masuk ke ruang pribadinya dan menutup pintu rapat. Dia duduk, membuka laptop, lalu mulai mengakses log aktivitas jaringan internal perusahaan.

Cekatan mencari jejak digital, Adisty melihat folder mana saja yang dibuka Lania tadi.

Akan tetapi, Adisty sungguh terkejut mendali fakta sesungguhnya dua hari terakhir, Sagara mengakses ulang file lama.

Pasangan itu menggali sampai sejauh ini. Email, CCTV sampai memo internal telah diakses. Mata Adisty terbuka lebih lebar, Sagara membuka kembali surat pengunduran diri Lania.

Wajah Adisty menegang. Ini bukan lagi berusaha mengingat-ingat masa lalu, tetapi Sagara mulai membuka kebenaran.

Ini masalah besar, Adisty menatap layar laptopnya lama. Lalu menutupnya perlahan.

“Aku harus selangkah di depan.”

Waktu istri telah habis, jam-jam menjelang sore Sagara biasa minum kopi. Tanpa di minta, Adisty mengetuk ruang kerja Sagara sambil membawa dua gelas kopi. Satu hitam pahit—kesukaan bosnya, satu lagi cappuccino ringan—yang selalu dia bawa hanya agar terlihat akrab.

“Sore, Ga. Aku bawakan kopi,” katanya ringan nan lembut lembut. Seolah tak ada yang pernah dia rencanakan setelah ini.

Sagara menerima cangkir itu, tanpa ragu. “Cowok kemarin kerja di mana? Emm, maksudku, kamu tidak pernah kelihatan dekat sama seseorang.”

Bukannya menjawab, Adisty menatap Sagara lumayan lama—lalu duduk di kursi tamu tanpa diminta. Ini bukan pertama kali, dia memang tidak seperti pegawai biasa.

“Boleh saya jujur, Ga? Aku ingin menunjukkan bahwa di antara kita tidak ada apa-apa.”

Sagara menatapnya tanpa ekspresi.

“Saya tahu... Lania mulai mempertanyakan banyak hal, bisa dilihat dari sikapnya akhir-akhir ini. Aku tidak mau membebanimu dan dia.”

Sagara diam.

“Aku tahu aku bukan orang suci, apalagi di mata Lania. Seperti yang kamu tau, selama ini—aku hanya berusaha... menjaga hubungan dengan kalian.”

Nada suaranya mulai turun. Penuh rasa bersalah, tampak tulus.

“Aku berusaha mengurus kamu waktu koma, saat Lania juga terbaring di rumah sakit. Memastikan semua media tidak tahu soal kecelakaan itu. Semaksimal mungkin jaga perusahaan tetap jalan saat kamu belum kembali. Memang... aku bukan siapa-siapa, tapi aku tidak bisa pergi saat kalian dalam masa sulit.”

Adisty menatap Sagara lurus-lurus, emosi tidak ditunjukkan melalui wajah, tetapi mata penuh permohonan.

“Kalau aku terlalu ikut campur, aku minta maaf.”

Dan di momen itu, Sagara menunduk. Perkataan Adisty dapat diterima. Akan tetapi, bingung mendadak melanda, Emosi dan fakta mulai berbenturan.

“Kalau kalian menghendaki aku pergi, aku akan membuat surat pengunduran diri secepatnya.” Kesedihan mulai terlihat di wajah memerah Adisty. Tenggorokan seakan-akan tercekik sebelum dia bangkit perlahan, meletakkan cangkir ke atas meja. “Kita sudah berteman lama, jauh sebelum kamu mengenal Lania, tidak masalah kalau pun persahabatan kita berakhir seperti ini.”

Sebelum beranjak dari tempat duduk, Adisty tersenyum kecil. Dia melirik Sagara sebelum pergi dari ruangan.

Dapat terbaca dari bias wajah pria itu, bahwa kini pikirannya mulai terbentuk dua arah—antara percaya kata-kata Lania, dan persahabatan Adisty yang terasa benar.

Waktu terus bergulir, bergerak makin cepat mengikuti kegiatan para pegawai yang tiada habisnya.

Hari menjelang malam, satu persatu mulai meninggalkan kantor tanpa terkecuali Sagara. Dia malah pulang lebih awal dari biasanya.

Saat ini, di dalam perusahaan itu hanya menyisakan tiga orang satpam yang berjaga di pos depan dan Adisty di dalam ruang sunyi.

Kantor Sagara Corp sudah kosong, hanya lampu koridor yang masih menyala samar. Di ruang kerja Adisty, suara ketukan keyboard masih terdengar cepat, tegas, dan teratur.

Di layar laptopnya, terbuka beberapa folder lama:

CCTV rekaman dua minggu sebelum kecelakaan.

Log email internal.

File pengunduran diri Lania.

Satu demi satu, Adisty hapus atau pindahkan ke drive eksternal tanpa jejak. Dia bahkan menimpa file lama dengan dokumen tidak relevan: laporan keuangan fiktif, memo internal seolah tak penting

Dia tidak mau Sagara dan Lania selangkah lebih maju. Apa yang sudah Adisty rencanakan masak-masak tak boleh berakhir sia-sia.

Dan Adisty tahu, satu-satunya cara untuk bertahan... adalah menutup semua pintu sebelum terbuka.

Setelah selesai, dia membuka satu file terakhir: memo pendek yang dia kirim atas nama Sagara—yang meminta agar Lania “dijauhkan dari keterlibatan internal perusahaan untuk sementara waktu.”

Sangat amat lama, Adisty menatap memo itu. Jemarinya menggulir kursor berulangkali. Seperti mempertimbangkan keputusan yang sulit.

“Aku tidak peduli, biar bagaimanapun Sagara harus berjalan ke arah yang sudah aku buat. Gara-gara wanita sialan itu, Sagara berubah! Dia buta, tidak bisa melihat orang yang benar-benar tulus dan selama mendukungnya selama ini. Aku... sejak dulu aku lah yang ada di sampingnya. Namun, Sagara terlalu naif... dia menganggap perasaan ini sebatas hubungan persahabatan. Seolah-olah tidak pernah bisa berubah menjadi cinta.”

Air mata luruh begitu saja, Adisty amat tersiksa. Dia selama ini memendam rasa terhadap Sagara. Cinta tak berbalas, bertepuk sebelah tangan.

“Kamu bodoh, Sagara! Bodoh! Naif!” teriak Adisty.

“Memangnya kenapa kalau persahabatan laki-laki dan perempuan berubah jadi cinta? Kenapa tidak mungkin? Di mana letak salahnya? Di mana?”

Isak tangis kian mengiris dalam sunyi, Adisty sesenggukan. Wajah yang biasa tampak berseri tanpa cela kini berubah kuyu—layu bagai bunga yang dipetik—lantas ditinggalkan begitu saja.

Rasa bencinya terhadap Lania disebabkan oleh perasaan cintanya kepada Sagara. Dia tidak bisa menerima kenyataan dengan lapang dada. Tidak setelah mendampingi pria itu dari nol sampai sesukses ini.

Dialah yang berjuang bersama Sagara saat masih duduk di bangku perkuliahan. Adisty lah ya setia menemaninya Sagara ketika jatuh.

Adisty rela menutup pintu hati bagi pria lain, dia percaya bahwa lama kelamaan, Sagara akan menyadari perasaannya yang dimiliki dengan sendirinya. Tanpa perlu Adisty menjelaskan.

Akan tetapi, pengorbanan Adisty menjadi tidak berarti semenjak kemunculan Lania.

Bagai orang gila, Sagara mabuk kepayang oleh kepolosan wanita itu. Lania seperti memiliki mantra khusus, sehingga orang seperti Sagara rela memberikan segalanya. Memberi seluruh hatinya.

Mengabaikan Adisty.

Dengan mata terpejam, Adisty menyentuh tombol hapus.

“Tidak boleh ada akhir bahagia, di atas derita.”

1
[AIANA]
wah dia bukan mak lampir, ternyata dia iblis,
[AIANA]
mak lampir plis hus hus hus.
[AIANA]
tantang aja. kalau kamu (Sagara) masih memperlakukan lania dg buruk dan memilih mak lampir, aku dg tangan terbuka akan menampungnya. hahahaha
Mega: Hahaha, siap jadiin ayam geprek ya.
total 1 replies
Queenci Kim
💃🏻💃🏻
Iza
😭😭😭
[AIANA]
nah, jadi orang bodoh lagi kan. sebel aku lama2
Mega: Sabar-sabar, masih awal.
total 1 replies
[AIANA]
ini si Sagara, sekalipun ilang ingatan. sekalipun yg dia ingat adalah perdebatan tentang perceraian. kok dia lupa sama hatinya ya? ada hal lain kah yg belum dibahas?

jujur selain hasutan nenek lampir, atau ingatan ttg Lania, smp saat ini keinginan sagara sendiri ga jelas
Mega: Sagara jadi korban penulis plin-plan. kikikikik
total 1 replies
[AIANA]
waktu istri
Mega: Banyak banget typo ternyata ya. kikikikik. nulisnya sambil-sambil. Nanti, deh, revisi lagi. makasih
total 1 replies
[AIANA]
bentar, aku ga salah kan? skg ini si Lania kondisi hamil kan ya?
Mega: Iya, kikikikikikik.
total 1 replies
Mega
MasyaAllah dapat kejutan aku. Makasih sudah sempatkan mampir. kikikikikikik
[AIANA]
lihai bener sih ini nenek lampir
kamu dapat inspirasi dari mana jal
[AIANA]
meninggal kamar. sereeem.
hai sayang. aku datang karena penasaran
Mega: Ayo mulai nulis lagi
[AIANA]: semangat!!! aku bangga padamu. kamu aja kyk gt apalagi aku. malu udah hiatus 1th
total 3 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!