Seorang gadis berusia tujuh belas tahun secara tak sengaja menyelamatkan nyawa seorang raja mafia yang dingin dan penuh bahaya. Bukannya jadi korban dalam pertarungan antargeng, ia malah jadi istri dari pria yang selama ini ditakuti banyak orang.
Gadis itu polos dan manis. Sedangkan pria itu tegas dan kuat, dan hampir sepuluh tahun lebih tua darinya. Tapi, ia tak kuasa menolak perasaan hangat yang gadis itu bawa ke dalam hidupnya.
Meski membenci dunia gelap yang pria itu jalani, ia tetap tertarik pada sosoknya yang dingin dan berbahaya.
Dan sejak saat itu, takdir mereka pun saling terikat—antara gadis menggemaskan dan raja mafia muda yang tak pernah belajar mencintai...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon flowy_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Whispers in her sleep
"Kau benar-benar seserius itu?" Nolan menatapnya sambil menyilangkan tangan.
"Apa kau sadar, kau mulai punya kelemahan? Itu berbahaya. Apa kau nggak takut?"
Lucien mengangkat pandangannya, "Kalau memang itu risikonya, akan kuambil. Aku akan berusaha melindunginya."
Entah kenapa, kali ini ucapannya terdengar seperti janji yang tak akan ia langgar.
"Kau sendiri? Bagaimana menurutmu?" tanyanya.
Nolan menghela napas, lalu tersenyum tipis. "Kalau memang sudah begini... sepertinya aku harus bersiap memanggil gadis itu adik ipar," nada suaranya terdengar lebih santai.
Lucien meliriknya sejenak lalu berkata dingin,
"Kalau kau nggak ada urusan lagi, pulanglah."
Nolan mencibir. "Begitu ya, saat aku udah nggak diperlukan, langsung diusir." Ia bergumam.
Namun, saat mendapatkan tatapan tajam, ia langsung menutup mulutnya.
Setelah beberapa menit terdiam, ia kembali membuka suaranya.
"Bagaimana lukamu? Apa kambuh lagi?" tanya Nolan mendadak.
"Aku baik-baik saja," jawab Lucien datar.
"Ngomong-ngomong, aku lupa kasih tahu. Besok Callan dan Rowan, akan kembali ke kota. Mereka ngajak kita ke Club. Lo mau ikut gak?" tanya Nolan.
"Tergantung situasi." Ia meraih handuk di sandaran kursi.
"Ya sudah, gue cabut dulu." Nolan melangkah keluar, meninggalkan ekspresi lelah di wajahnya.
Begitu pintu menutup, ia menuju kamar tamu untuk mandi.
Setelah beberapa saat, ia keluar dengan rambut basah. Dari kejauhan, ia melihat Aiden sudah berdiri di depan ruang kerjanya, dan menunggu dengan tenang.
"Bagaimana?" tanyanya singkat
"Saya sudah menyelidiki l, gadis itu putri sulung dari keluarga Leonard. Ibunya meninggal saat dia masih kecil. Setelah itu, ayahnya membawa wanita lain dan punya seorang anak perempuan juga. Sejak saat itu, hidup gadis itu semakin sulit. Akhirnya, ia memilih keluar dari rumah."
Lucien mendengarkan tanpa banyak reaksi. "Ada lagi?" tanyanya.
"Hari ini dia pulang ke rumah karena perusahaan ayahnya sedang krisis. Ayahnya ingin menikahkan Liora dengan pria tua demi menyelamatkan bisnisnya. Tapi Liora menolak, lalu kabur. Bukan cuma itu—adik tirinya juga merebut pacarnya, dan sekarang mereka akan segera bertunangan," ujar Aiden pelan.
"Siapa pria itu?" tanyanya singkat.
"Namanya Damien, dari perusahaan Laurent ," jawab Aiden dengan tegas.
Lucien menyeringai tipis, tapi tak ada sedikit pun tawa di balik tatapannya.
Tak lama kemudian, Lucien melirik arlojinya, lalu menoleh pada Aiden. "Sudah malam, kau boleh pulang dan istirahat," ucapnya datar.
"Baik Tuan," ucapnya singkat sebelum pergi.
Setelah itu, Lucien mengambil ponselnya dan menekan salah satu nomor. "Aku ingin kalian membawa semua pakaian, sepatu, tas, dan perhiasan—pastikan edisi terbatas, sesuai ukuran yang kukirim. Aku ingin semuanya sampai besok," ucapnya tenang.
Setelah memberi instruksi, ia kembali masuk ke kamarnya.
Ia berdiri di samping ranjang, menatap Liora yang sedang terlelap. Senyum tipis terbit di wajahnya.
Lucien menunduk, pandangannya jatuh pada wajah gadis itu. Sorot matanya dipenuhi kelembutan yang tak biasa.
"Apa kau datang hanya untuk menyelamatkanku... atau memang takdirku?" bisiknya pelan.
"Aku tak tahu apa yang akan terjadi, tapi satu hal pasti—aku akan menjagamu, dan membuatmu jadi wanita paling bahagia di dunia ini."
Lalu, perlahan, ia menunduk dan mengecup lembut kening gadis itu.
Tepat saat ia hendak berbalik pergi, suara lirih terdengar dari tempat tidur. "Kenapa... kau lakukan ini padaku..."
Lucien buru-buru mendekat, menggenggam tangan mungilnya yang dingin.
"Tolong... aku nggak mau menikah dengan pria tua itu... Aku udah pergi jauh demi dia... Jangan datang lagi dan hancurkan hidupku..." Air mata jatuh, membasahi pipi. Bahkan dalam tidur, luka itu tetap membekas.
Lucien menatap wajahnya. "Tenang, semuanya akan berlalu..." bisiknya.
"Aku janji, tak akan membiarkan siapa pun menyakitimu lagi. Siapa pun yang berani menyentuhmu—akan ku buat mereka menyesal seumur hidup."
Nada suaranya terdengar tenang, tapi sorot matanya tajam.
ditunggu up nya lagi...😊