Zalika Azzalea adalah gadis cantik yang berusia dua puluh dua tahun, dirinya memutuskan untuk menikah dengan sang kekasih Arga Pramana diusia muda dengan harapan sebuah kebahagiaan
Pil pahit harus ia telan, karena pernikahan tak berjalan seperti yang dirinya impikan. mimpi sederhana untuk biduk rumah tangga yang sempurna nyatanya harus ia kubur dalam-dalam
Pernikahan yang hanya berlangsung tiga hari itu berakhir dengan menyisakan trauma mendalam, mengubah gadis ceria menjadi seorang yang takut akan cinta
Akankah ada pria yang dikirim tuhan untuk menyembuhkan lukanya? lalu Cinta yang akan memberinya kebahagiaan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon e_Saftri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Akan Pindah
Dering telepon membuat gadis itu tersadar dari lamunannya, nama sang mama terpampang di layar
"Halo mah" sapa Zalika, dirinya dengan susah payah menahan suaranya agar tidak terdengar sedih
"Kamu kenapa, sayang? Kamu nangis?" Zalika yang masih berusaha agar sang mama tidak curiga dan banyak bertanya
"Enggak kok mah, Zalika cuma kangen aja sama kalian" bohongnya
"Mama juga kangen banget sama kamu, sayang. Padahal kita pisahnya baru beberapa hari" Tari tertawa saat mengatakan nya "Arga baik kan sama kamu?"
Zalika diam untuk beberapa saat, selama ini dirinya tidak pernah berbohong pada kedua orang tuanya. Tapi untuk masalah ini dirinya juga tidak ingin membuat keselamatan keluarganya terancam
"Mas Arga baik kok, Zalika merasa dia seperti ayah!" Berbohong untuk kebaikan rasanya tidak masalah, begitu pikir Zalika
"Syukurlah, mama seneng dengernya!"
Obrolan keduanya berlangsung cukup lama, pedih di hati Zalika sedikit terobati dengan suara lembut sang mama
***
Malam harinya, Arga kembali ke rumah. Rasa takut kembali menghampiri Zalika kala sang suami kini berada dihadapannya
"Aku sudah siapkan air hangat untuk kamu mandi!" Ucapnya dengan rasa takut
"Hmm" Arga melengos, meraih handuk lalu melangkah menuju kamar mandi
Entah Zalika harus bersyukur atau bagaimana, suaminya tak berlaku kasar bahkan tidak ada makian yang ia terima malam ini
Tak lama, Arga keluar dari kamarnya, menuruni anak tangga menuju meja makan dimana Zalika berada. Gadis cantik itu dapat melihat jika suaminya terlihat lebih segar dengan rambut yang tidak sepenuhnya kering
Hening, tak ada suara atau pembicaraan apapun diantara sepasang suami istri itu. Baik Arga maupun Zalika memilih untuk diam sembari menikmati menu makan malam mereka
"Kita akan pindah dari sini!" Suara Arga memecah keheningan
"Kemana?" Zalika mencoba bertanya, entah akan dijawab atau tidak
"Aku dapat promosi untuk kenaikan jabatan!" Jawab Arga
"Itu bagus" kata Zalika "Tapi, kita akan pindah kemana?"
"Makassar"
"A-apa?" Zalika tak dapat berpikir dengan baik, jika dirinya tinggal jauh dari keluarga lalu bagaimana nasibnya kelak
Andai Arga pria yang baik, mungkin dirinya tidak akan setakut ini. Tapi ini Arga, pria iblis yang bisa kapan saja membunuhnya
Apa hidupnya memang akan berakhir tragis? Hidup jauh dari keluarga, lalu berakhir ditangan suaminya sendiri
"Kamu ingin menolak?" Tanya Arga
Zalika memberanikan diri mengangkat wajahnya, menatap wajah pria yang pernah ia cintai itu. Ya, sejak Arga melukainya hari itu, sejak saat itu juga cintanya berubah menjadi ketakutan
"Apa boleh aku menolak?"
Arga menarik sudut bibirnya "Tentu saja tidak"
Ingin rasanya mengguyur wajah menyebalkan itu dengan semangkuk sup panas didepannya ini
"Aku akan ikut kemanapun kamu pergi!" Ucapnya lalu menunduk, tak ada yang bisa dilakukan. Lari pun rasanya sulit, dirinya hanya takut jika ancaman yang diberikan suaminya benar akan terjadi
"Bagus! Aku memang tidak salah pilih istri!" Entah kenapa pujian itu tidak terdengar manis ditelinga Zalika sekalipun itu dari suaminya sendiri
"Kapan kita berangkat?"
"Senin"
"Tapi aku ingin pamit dengan ayah sama mama dulu!" Zalika terkejut saat tiba-tiba suaminya melepas sendok serta garpu yang berada ditangannya menimbulkan suara yang begitu nyaring
"Kamu bercanda? Kalau kamu ketemu sama kedua orang tuamu dalam keadaan seperti ini apa mereka akan setuju?" Kata Arga
"Aku yakin, Zayyan akan tau apa yang telah aku lakukan pada kamu!"
"Tapi aku.."
"Berhenti membantah, Zalika! Atau kamu akan terima akibatnya!"
Zalika diam, tak ingin membuat pria iblis ini marah dan membuatnya berakhir di kamar mandi
"Maaf"
"Kamu harus belajar menjadi istri yang penurut, sayang!" Suara lembut itu terdengar lagi
"Oh iya, malam ini aku ingin bersama teman-temanku. Jangan menunggu karena aku mungkin tidak pulang, aku ingin menghabiskan waktu bersama mereka sebelum keberangkatan!"
"Ya, baiklah!" Memangnya apa yang bisa dilakukan selain mengizinkan, mungkin akan lebih baik jika pria didepannya ini tidak pernah pulang lagi. pikir Zalika
***
"Tuan Akbar!" Seorang pelayan wanita membuka pintu saat seorang pria tengah bertamu
"Apa Rayn ada dirumah?" Tanyanya
"Iya, tuan muda Rayn sepertinya tengah berada di kamarnya!"
"Baiklah, terima kasih!" Akbar melangkah masuk, di ruang keluarga terlihat Zayyan dan Tari yang tengah menikmati kebersamaan dengan menonton televisi
"Loh Akbar?"
"Mah" Pria tampan nan gagah itu menghampiri Tari lalu mencium punggung tangan wanita itu, setelah itu dirinya beralih pada Zayyan yang duduk disebelahnya
"Ada perlu apa? Tumben kamu malam-malam gini datang?" Tanya Tari
"Oh ini, aku mau ketemu Rayn. Dia ada di rumah kan?"
"Rayn? Ada sih, tapi nggak biasanya kamu nyari Rayn"
"Oh itu, aku mau nanya sesuatu sama anak bandel itu" Ucapnya sedikit bercanda
"Dia ada di kamarnya, ayah nggak ngizinin dia kemana-mana" jawab Zayyan
"Emang ada masalah apa lagi sama anak itu?"
"Ya seperti biasa, ayah bahkan dapat surat peringatan dari sekolah" Akbar sampai geleng-geleng kepala mendengar tingkah salah satu putra Zayyan itu
"Ya udah kalau gitu Akbar ke atas dulu" pria itu mengayunkan langkahnya menuju kamar pemuda yang terkenal bandel itu
Pintu diketuk beberapa kali, namun tak ada sahutan dari si pemilik kamar membuat Akbar membuka pintu tersebut perlahan karena memang tak dikunci
Pria itu hanya bisa menghela napasnya saja saat ternyata pemilik kamar tengah melakukan panggilan video dengan seseorang. Dapat ia lihat dari layar ponsel terpampang jelas wajah seorang gadis cantik yang mungkin seusia Rayn dan sepertinya memang kekasihnya
"Apa-apaan Lo bangs.." Rayn mengumpat karena ponselnya direbut secara tiba-tiba oleh seseorang
"Apa?" Akbar menatapnya tajam, membuat nyali pemuda itu menciut bahkan dirinya tersenyum dengan menampilkan deretan giginya yang putih
"Bang Akbar? Ada apa Abang kesini?" Rayn harus pasrah saat panggilan video bersama sang kekasih harus berakhir ditangan kakak laki-lakinya ini
Bagi mereka Akbar sama dengan Zalika, mereka memang tampak seperti empat bersaudara karena kedekatannya walaupun berbeda orang tua
"Kenapa? Abang nggak boleh kesini?" Akbar lalu menjatuhkan bobotnya di ujung tempat tidur dihadapan Rayn sementara pemuda itu bersandar pada headboard
"Oh iya, telepon nya nggak pa-pa kan kalau putus? Cewek Lo nggak akan marah kan?" Tanya Akbar tak enak hati
"Nggak masalah bang, kalau dia marah ya tinggal cari yang baru aja!" Ucapnya dengan sombong
"Itu bagus!"
"Katakan! Abang ada perlu apa kesini? Biasanya kan bang Akbar ketemunya sama Ryan?" Tanya pemuda itu, sepertinya memang ini sangat membuatnya curiga
"Oke, sekarang kita ngobrolnya lebih serius!"
"Lo nakutin gue, bang!" Rayn mengubah raut wajahnya menjadi lebih serius
"Bang Akbar?"
semoga terkuak ya rahasianya