Demon Dragon

Seluruh tubuh Jin Lin terkungkung oleh sihir. Ia tak mampu menggerakkan satu sisik pun, hanya bisa diam tak berdaya di dalam genggaman Tianlong Zhenren. Ia tak tahu ke mana kakek tua ini akan membawanya, atau nasib apa yang menantinya. Tapi satu hal pasti—hidup dan mati kini hanya sehelai rambut di atas jurang, bahkan mungkin tak ada peluang untuk bertahan.

Tak jelas berapa lama mereka terbang menembus awan dan kabut. Pada akhirnya, Tianlong Zhenren membawanya kembali ke gua tempat tinggal Jin Lin. Di sana, tubuhnya dilemparkan ke dalam sebuah sangkar besi hitam. Sangkar itu bukan benda biasa—terbuat dari besi langit yang amat kuat dan dipenuhi lapisan batasan sihir, jauh lebih hebat dari penghalang di penjara bawah tanah klan iblis. Jin Lin bahkan tak mampu mengumpulkan kekuatan sedikit pun untuk melawan.

Ia pernah melihat para kultivator menangkap siluman, tapi tak pernah terbayangkan bahwa dirinya akan menjadi salah satu yang ditangkap.

Di tangan Tianlong Zhenren terdapat sebuah botol giok hijau. Dengan satu gerakan tangan, luka di ekor Jin Lin terbuka kembali, dan darahnya tersedot oleh kekuatan tak terlihat, mengalir masuk ke dalam botol. Cairan merah keemasan itu memancar dengan kilau aneh, dan tak butuh waktu lama hingga botol itu penuh terisi.

"Sialan... apa yang ingin dia lakukan?" Jin Lin menatap horor pada aliran darahnya sendiri. Ia merasakan nyeri dan dingin merayap dari ujung ekor hingga ke kepalanya, tubuhnya melemah cepat.

Namun anehnya, Tianlong Zhenren tidak membunuhnya. Ia menghentikan pendarahan Jin Lin, membiarkan ular muda itu terbaring lemah. Dunia mulai kabur di matanya, dan tak lama kemudian, Jin Lin kehilangan kesadaran.

Di sisi lain, Tianlong Zhenren menatap tetesan darah emas dalam botol dengan mata berbinar. Ia mencelupkan ujung jarinya, menjilat setetes darah itu—dan segera, arus panas melonjak dari lidahnya ke seluruh tubuh, membakar meridian dan nadi spiritualnya dengan kekuatan purba.

"Darah naga... ini benar-benar darah naga!"

Ia tak bisa menyembunyikan kegembiraannya. Seekor ular dengan darah naga—dan bukan darah naga biasa, melainkan yang kemurniannya jauh melampaui naga roh biasa. Seolah harta karun langit jatuh ke pangkuannya tanpa dicari.

Tianlong Zhenren segera duduk bersila, mulai menjalankan Metode Jantung Tianlong, sebuah seni rahasia yang hanya bisa diaktifkan dengan esensi naga. Botol darah itu ditempatkan di depannya, dan sesekali ia meminumnya perlahan, seperti sedang menikmati anggur surgawi.

Saat Jin Lin terbangun, ia masih dalam sangkar yang sama. Kepalanya pusing dan tubuhnya lemas, tapi matanya langsung tertuju pada Tianlong Zhenren, yang masih duduk bersila dengan wajah puas, meminum darahnya sedikit demi sedikit.

"Orang tua mesum ini...!" gerutu Jin Lin dalam hati. Jijik dan marah bercampur jadi satu. Namun ia juga sadar: selama darahnya masih dibutuhkan, ia tidak akan dibunuh. Harapan untuk bertahan hidup masih ada, sekecil apa pun itu.

"Tapi jika darahku terus dihisap seperti ini, cepat atau lambat aku akan mati. Bahkan jika tidak mati, vitalitasku akan hancur. Aku harus mencari jalan keluar..."

Tiga hari kemudian, latihan Tianlong Zhenren berakhir. Ia menghela napas panjang, wajahnya bersinar puas. Energi sejatinya, yang telah lama stagnan, menunjukkan sedikit peningkatan.

"Sedikit... tapi nyata. Jika ini terus berlanjut, aku bisa memiliki peluang melewati kesengsaraan itu!"

Semangatnya membuncah. Baginya, sekecil apa pun kemajuan adalah pertanda bahwa jalan menuju keabadian belum tertutup.

Ia menoleh pada Jin Lin, dan untuk pertama kalinya memandang ular emas itu sebagai aset berharga. Tanpa pikir panjang, ia mengambil beberapa buah spiritual dari dalam cincin penyimpanan, lalu memasukkannya ke dalam sangkar.

Meski membenci Tianlong Zhenren, tubuh Jin Lin tak mampu melawan naluri. Aroma buah itu terlalu menggoda. Ia memilih satu dan menggigitnya—rasa manis yang hangat meledak di mulut, menyebar ke seluruh tubuhnya yang lemah.

"Lezat... luar biasa..."

Bagi Jin Lin, yang selama ini memakan tikus, buah spiritual ini adalah makanan surga.

Tianlong Zhenren mengamati dengan senyum kecil. "Ternyata kau memakan buah spiritual. Semakin unik siluman, semakin tinggi pula makanannya."

Hari-hari berikutnya Jin Lin habiskan dalam sangkar, melatih diri diam-diam sambil mencoba memulihkan kekuatan. Ia tetap mempertahankan wujud ular karena bentuk itu lebih aman di hadapan Tianlong Zhenren. Manusia bisa memancing rasa penasaran lebih besar.

Namun usahanya untuk melarikan diri belum membuahkan hasil. Batasan terlalu kuat, dan kekuatannya belum pulih seutuhnya.

Setiap beberapa hari, darahnya diambil lagi. Dalam sebulan, Tianlong Zhenren telah berlatih sepuluh kali, dan kekuatannya meningkat hingga sepuluh persen—angka luar biasa bagi seseorang yang telah berada lama di alam Return to Void.

Namun setelah itu... tidak ada kemajuan lagi.

"Darah naga ini sudah mencapai batasnya," gumam Tianlong Zhenren, kecewa. "Mungkin aku terlalu berharap. Ular tetaplah ular, bukan naga..."

Tapi ia belum menyerah. Ia mengambil gulungan kitab tambahan dari Tianlongmen—seperangkat teknik penunjang Metode Jantung Tianlong yang dipercaya dapat merangsang garis keturunan naga dalam darah seseorang.

Ia mencoba latihan itu selama sebulan penuh, tapi hasilnya nihil. Garis keturunan naga Jin Lin seolah tersegel oleh kekuatan yang tak bisa dijangkau.

"Segelnya... terlalu kuat. Bahkan aku tak bisa menembusnya..."

Akhirnya, Tianlong Zhenren menghentikan pengambilan darah. Ia mulai mengabaikan Jin Lin, tak membunuhnya, tapi juga tak memperlakukannya sebagai harta karun lagi. Hanya sesekali memberinya makanan, seolah tengah memelihara siluman eksotis untuk hiburan masa depan.

Namun saat Tianlong Zhenren lengah, Jin Lin justru merasakan sesuatu berubah dalam dirinya.

Ada energi aneh mengalir di tubuhnya. Sangat samar, namun jelas terasa olehnya. Seolah... sesuatu yang telah lama tersegel mulai membangkitkan diri.

Mungkin latihan Tianlong Zhenren tidak sia-sia.

Mungkin... garis keturunan naga dalam dirinya mulai terbangun.