Cinta yang di nanti selama delapan tahun ternyata berakhir begitu saja. Harsa percaya akan ucapan yang dijanjikan Gus abid kepadanya, namun tak kala gadis itu mendengar pernikahan pria yang dia cintai dengan putri pemilik pesantren besar.
Disitulah dia merasa hancur, kecewa, sekaligus tak berdaya.
Menyaksikan pernikahan yang diimpikan itu ternyata, mempelai wanitanya bukan dirinya.
menanggung rasa cemburu yang tak semestinya, membuat harsya ingin segera keluar dari pesantren.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nadhi-faa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 8
Dibawah langit malam, gadis bertubuh mungil itu duduk di taman, angin malam yang dingin menerpa wajah sembab yang menyisakan buliran air mata yang sudah mengering.
"ibu, ayah kenapa kalian membuang ku. apakah aku tidak layak untuk diinginkan seseorang yang aku sayangi. sehingga mereka melemparkan ku kesana kemari. apakah aku tidak pantas untuk memilih sendiri, dengan siapa aku ingin bersanding?."
gumaman pelan, namun sangat menyayat hati bagi siapapun yang mendengar.
Harsa mendongak, menatap langit yang terhalang oleh rimbun-nya daun pohon ketapang.
"apakah ayah dan ibu masih ada di dunia, atau sudah bahagia di atas sana?."
pertanyaan yang tidak akan pernah dia temukan, hanya sebuah terkaan tanpa jawaban.
"terimakasih telah melahirkan ku ke dunia, tapi aku tetap akan meminta pertanggung jawaban kalian, atas penderitaan yang kalian berikan pada ku selama ini."
***
Pagi hari, harsa bersikap seolah tidak pernah terjadi apa-apa. meski teman sekamarnya bertanya-tanya tentang wajah bengep dan mata sembabnya.
"mbak harsa flu."
"iya."
Jawab-nya singkat.
"loe jadi berangkat kuliah."
"iya."
tidak ada kata lain selain kalimat singkat untuk menjawab pertanyaan talita.
Talita sudah memahami, harsa sedang tidak ingin berbicara.
"ayo."
ajak talita.
Dua mahasiswi semester empat itu akhirnya berangkat.
"apa??."
Kini penghuni pesantren harus di kejutkan oleh kabar baru yang diperoleh dari mbak-mbak dalem.
berita sudah menyebar sampai asrama pesantren putra.
"setelah neng elsa, sekarang terbitlah neng harsa. memang gadis idaman itu hanya akan singgah dihati sesaat sebelum bergerak dipinang orang."
Kabar lamaran harsa tersebar bagaikan virus yang menjangkit setiap pendengar-nya.
beberapa ustadz yang pernah mengajukan ta'aruf dengan putri angkat pemilik pesantren itu seketika galau berat berjamaah.
"ya alloh, mengapa engkau ambil juga neng harsa setelah neng elsa, senyum manisnya bagaikan palung mariana itu kini akan menjadi milik orang lain.."
teriak santri putra, penggemar berat harsa. setelah neng elsa, harsa cukup populer dikalangan santri putra.
"sebelum janur kuning melengkung, bolehkah doa sepertiga malam ku menikung..."
"hehe, punya apa kau sampai ingin menikung segala..."
ucap salah satu santri putra yang menimpali kalimat sahabatnya yang sedang histeris karena patah hati.
diperjalanan.
"loe ada masalah, cerita ke gue sa. jangan di pendem sendiri."
"kelihatan ya?."
"bangett. pakek nanya segala."
"gue mau nikah..."
"what???"
Kini talita yang menampilkan wajah syoknya.
"jagoan mana yang mau nikahin loe?."
tanya talita setengah bercanda sekaligus menghibur wajah kusut sahabatnya yang duduk di boncengan.
"sungguh, gue mau nikah."
"lo gak kerasukan setan kan sa..."
"ah terserah loe..."
kini harsa yang ngambek.
"sorry bukan gue gak percaya, tapi wajah loe kurang menyakinkan. masak mau nikah tapi wajah lesu."
"ya itu karena gue terpaksa nerima perjodohan."
"astagfirullah..."
kini talita yang syok, seolah dia baru saja mendapatkan kabar buruk.
"terus, kenapa loe terima jika tidak ingin menikah?."
"gue terlanjur sakit hati..."
"astaghfirullah harsa!!!."
kini talita yang gemas sendiri.
"terus siapa calon suami loe?."
"lupa, gue lupa namanya."
jawaban harsa membuat talita ingin tahlilan seketika.
"anak pesantren?."
"bukan, saudara jauh umma halimah."
"anak kyai berarti?"
talita bagaikan wartawan yang tiada henti melemparkan pertanyaan pada harsa.
"enggak, seperti pengusaha..."
"wah keren, pantas saja mobilnya Mercedes dan Daihatsu Terios. ternyata loe mau di takdirkan jadi nyonya bukan bu nyai sa..."
harsa memanyunkan bibirnya.
"gak lucu."
"canda calon nyonya..."