[Rebirth] Istri Antagonis Tuan Mafia

...🌼🌼🌼...

...(Di Club Malam)...

...Di tengah hiruk pikuk club malam, Nayla terus minum, setiap tegukan adalah upaya melarikan diri dari kenyataan pahit, menikmati alunan musik yang membawa Nayla terus hanyut ke dalam kegelapan. Jiwanya terasa hampa, hanya dentuman musik dan alkohol yang bisa meredam sakit hati yang menggerogoti. ...

...Tak lama, seorang pria mendekati Nayla, bayangan gelap di tengah keremangan, dan merangkul pinggang ramping Nayla. Sentuhannya terasa menjijikkan....

"Halo, sayang, ayo kutemani," bisik pria itu, suaranya serak dan penuh nafsu, memajukan wajahnya, hendak mencium Nayla yang sudah teler, melihat Nayla sebagai mangsa empuk.

...Namun, dari arah belakang, sebuah lengan besar menarik rambut pria itu dengan keras, seperti cengkeraman baja yang tak terduga, sehingga pria itu pun tertarik ke belakang dan menatap orang yang menarik rambutnya itu. Ada aura berbahaya yang memancar dari sosok tak dikenal itu....

"Hei, bajingan, kamu mau cari mati ya!" bentak pria itu, matanya melotot nyalang ke arah orang yang berani mengganggunya.

"Kau yang sudah bosan hidup dengan mendekati wanita yang sudah bersuami," tekan pria itu, suaranya dingin dan menusuk, matanya menatap pria tadi lebih nyalang dan tajam, seperti elang mengintai mangsa. Aura kekuasaan terpancar jelas.

"Maaf, Tuan." Pria itu membungkuk sejenak, ketakutan terlihat jelas di wajahnya, lalu pergi dari sana secepat kilat.

...Kemudian, pria itu—yang tak lain adalah Felix Rodrigues, musuh bebuyutan Alex, tuan muda terkenal dengan sifat cassanova yang suka berganti-ganti wanita—mendekati Nayla yang masih asyik berjoget. Pandangan matanya tajam, mengamati setiap gerakan Nayla yang kacau. Ia meraih lengan Nayla dan menarik Nayla ke arahnya. ...

...Nayla yang sudah terpengaruh alkohol, terhuyung dan masuk ke dalam pelukan Felix. Sentuhan itu seharusnya asing, namun Nayla terlalu mabuk untuk menyadarinya....

"Hei! Perhatikan kelakuanmu!" sentak Felix, suaranya penuh kekesalan, sedikit kejijikan, memarahi Nayla dan mendorong Nayla menjauh. Ia tak suka wanita yang tak bisa mengontrol diri.

"Ugh... Alex, kau... kau pasti sangat bahagia, bukan? Karena sudah berhasil menikahi wanita yang kau suka. Sedangkan aku?" Nayla mulai meracau tak jelas, suaranya serak, penuh kepedihan dan kemarahan yang tertahan. Ia kembali berjoget sambil berteriak dengan keras, upaya putus asa untuk melampiaskan segala rasa sakitnya.

"Sedangkan aku? Aku di sini menangis meratapi malam pertama kalian, Hahahaha! Sangat lucu, bukan!" Tawa Nayla pecah, tawa pahit yang bercampur kesedihan yang amat dalam, mengiris hati siapa pun yang mendengarnya.

...Air mata mulai menggenang di pelupuk matanya. Tawa itu adalah cerminan dari hati yang hancur berkeping-keping, membuat Felix mengerutkan kening. Ada sesuatu yang menarik perhatiannya, di balik kegilaan Nayla....

...Felix kini berdiri semakin dekat dengan Nayla, matanya menelusuri setiap inci wajah Nayla, lalu menarik tengkuk Nayla ke arahnya, membuat mata mereka berdua saling bertemu. Dalam tatapan mata Nayla yang kosong karena mabuk, Felix melihat penderitaan yang mendalam....

"Apa yang sudah terjadi? Apa Alex menyakitimu lagi?" tanya Felix, suaranya sedikit lebih lembut, namun penuh desakan, menatap kedua mata Nayla dengan lekat dan napas memburu kasar. Ada campuran rasa penasaran dan sesuatu yang lebih dalam.

"Aku tidak tahu! Aku hanya ingin joget dan minum!" teriak Nayla, mengangkat kedua tangannya ke atas dan meloncat girang saat musik kembali dimainkan oleh sang DJ club malam. Ia ingin melarikan diri, dari pikirannya sendiri, dari kenyataan.

"Nayla, cukup!" bentak Felix, nada suaranya tegas, penuh otoritas, menarik lengan Nayla. Namun, Nayla menghempaskan tangan Felix dengan kekuatan yang mengejutkan.

"Apa sih? Pergi kamu! Jangan ganggu aku!" teriak Nayla, mengusir Felix, matanya penuh kemarahan dan frustrasi.

...Bukannya pergi, Felix malah memaksa menggendong Nayla bak karung beras dan membawanya pergi. Nayla terus meronta, memukul punggung kekar Felix, namun Felix tidak menghiraukannya dan terus berjalan keluar dari club malam menuju parkiran mobil. Setiap pukulan Nayla adalah ekspresi kemarahan dan keputusasaan....

"Turunkan aku!" jerit Nayla, suaranya menggema di tempat parkiran, penuh amarah dan rasa terhina.

"Cih! Aku tidak tertarik mengganggu wanita yang sedang mabuk akibat patah hati," desis Felix, nada suaranya dingin, namun ada sedikit geli dalam senyum sinisnya. Ia menurunkan Nayla dari bahunya.

...Kini Nayla berdiri di hadapannya dengan penampilan acak-acakan, mendongak menatap wajah Felix yang bagai kaisar zaman dahulu. Mabuk telah mengaburkan penglihatannya, dan rasa sakit telah merusak penilaiannya....

"Alex... kau... kenapa kau ada di sini?" tanya Nayla, suaranya samar, penuh kerinduan yang salah alamat. Ia mengulurkan tangan menyentuh rahang kokoh Felix.

...Felix memalingkan wajah sambil menghempaskan tangan Nayla dengan kesal. Ia jijik dipanggil dengan nama musuhnya, namun di sisi lain, ada rencana licik yang mulai terbentuk di benaknya....

"Buka matamu lebar-lebar, aku bukan Alex," ucap Felix dingin.

"Aku tahu. Kamu kemari karena kamu juga tidak tega meninggalkanku, 'kan?" tanya Nayla, tersenyum menggoda, senyum yang rapuh dan penuh keputusasaan.

...Lalu, ia melingkarkan kedua lengannya di leher Felix dan meletakkan kepalanya di dada bidang Felix. Sentuhannya, meskipun tak sadar, membangkitkan sesuatu dalam diri Felix....

"Nayla, sadarlah, aku bukan Alex, cepat masuk ke dalam mobil, aku akan mengantarmu pulang," lerai Felix, berusaha membebaskan diri dari Nayla yang sedang tak sadar. Ia merasa jengkel, namun juga merasakan sensasi aneh dari sentuhan Nayla.

"Tidak mau, Alex, apa kamu tidak ada perasaan kepadaku?" tanya Nayla, mengusap dada bidang Felix, gerakannya polos namun berbahaya. Membuat Felix mendongak dan memejamkan kedua matanya, menahan gejolak hasrat yang mulai merasuki dirinya.

"Nayla, jika kamu tidak berhenti menggodaku, maka aku tidak akan menjamin kamu bisa pulang dengan aman," ucap Felix, suaranya serak, mengertakkan gigi, menahan gejolak hasrat yang mulai merasuki dirinya akibat usapan lembut yang dilakukan oleh Nayla. Ancaman itu nyata, tersirat dalam setiap kata.

"Kalau aku tidak mau," tantang Nayla, mendongak menatap Felix, matanya masih kabur, namun ada keberanian yang aneh.

...Felix mendengus kesal, kesabarannya menipis. Lalu, ia mendorong tubuh Nayla ke samping mobil, dan dengan cepat, ia meraih bibir Nayla, menciumnya dengan rakus. Ciuman itu brutal, penuh kekuasaan, dan sedikit amarah. Sedangkan Nayla, yang tidak pernah berciuman, hanya berdiri terdiam di tempat, terkejut, namun terlalu mabuk untuk melawan....

...Saat sedang berciuman panas, mata elang Felix tak sengaja melihat orang-orang suruhan Alex tengah memotret mereka berdua. Seringai tipis tersungging di bibirnya. Tanpa melepaskan tautan bibir, Felix memberi kode kepada bawahannya yang sedang berjaga untuk menangkap orang suruhan Alex. Rencana jahatnya mulai terwujud....

"Ayo kita pindah," bisik Felix, melepaskan tautan bibir, suaranya berat dan penuh janji terselubung. Lalu, ia membuka pintu mobil dan mendorong tubuh Nayla yang sempoyongan masuk ke dalam mobil.

...Dengan gerakan cepat, Felix memberi kode kepada para bawahannya untuk membawa orang-orang suruhan Alex yang sudah berhasil ditangkap ke tempat biasa. Ada kepuasan gelap dalam dirinya. Lalu, Felix pun ikut masuk ke dalam mobil....

"Ayo, kita mulai lagi, sayang," bisik Felix, hendak kembali memulai ciuman panas mereka. Ada antisipasi di matanya. Namun, aksinya terhenti saat mendengar dengkuran lembut dari bibir Nayla. Kekecewaan melintas sesaat di wajahnya.

"Astaga... apa yang aku harapkan dari wanita yang sedang mabuk, sungguh menyiksaku." Felix terkekeh kecil menatap wajah Nayla yang sedang tertidur pulas. Ada sedikit frustrasi, namun juga rasa tertarik yang aneh. Kepalanya terasa pusing dan nyut-nyutan karena ulah Nayla.

Tok... tok... tok...

...Ketukan jendela mobil membuat Felix kembali memasang wajah dingin. Topeng tanpa emosi kembali terpasang. Lalu, ia membuka kaca mobil setelah menutupi tubuh Nayla dengan jas miliknya....

"Katakan."

"Tuan, ternyata mereka adalah orang-orang suruhan Tuan Alex, dan mereka ditugaskan untuk melaporkan apa saja yang dilakukan oleh Nyonya Nayla," lapor sang bawahan.

"Bawa foto-foto yang mereka ambil kepadaku, dan habisi mereka," perintah Felix dingin, suaranya tanpa emosi, penuh kekejaman. Ia kembali menutup kaca pintu mobil.

...Lalu, Felix mengendarai mobil sport miliknya meninggalkan club malam itu menuju hotel. Setelah tiba di sana, ia membawa Nayla masuk menuju kamar yang sudah dia pesan saat dalam perjalanan tadi. Setiap langkahnya adalah bagian dari rencana licik....

"Kau akan menjadi senjataku untuk membalas dendam kepada Alex," ucap Felix, matanya berkilat jahat, merebahkan tubuh Nayla di atas ranjang, lalu mulai membuka pakaian Nayla satu per satu hingga polos. Tangannya bergerak tanpa ragu, dipenuhi nafsu dan niat tersembunyi.

...Mata Felix tak bisa beralih dari kedua pucuk gundukan kenyal milik Nayla yang berdiri kencang seolah sedang menantangnya untuk melahap mereka, membuat Felix menelan ludah dengan kasar. Hasrat menguasai dirinya, bercampur dengan keinginan untuk menyakiti Alex....

"Tidak ada salahnya kalau kita bermain sekali saja," ujar Felix, senyum licik terukir di bibirnya. Ia melepaskan setiap kain dari tubuhnya satu per satu hingga polos.

...Lalu, ia menaiki ranjang dan menindih tubuh mungil Nayla. Felix langsung melahap kedua gundukan kenyal Nayla dengan lahap secara bergantian, dan tangan Felix yang nakal mulai merangkak turun dan mengobrak-abrik goa milik Nayla. Setiap sentuhan adalah bagian dari balas dendamnya....

"What? Kau masih virgin?" Felix dibuat kaget setelah tahu kalau wanita yang sudah lama menjadi istri musuhnya itu malah masih virgin. Ada kejutan, namun juga kegembiraan yang jahat.

"Ini semakin menarik," gumam Felix, tersenyum menyeringai, senyum penuh rencana busuk. Lalu, ia meninggalkan banyak tanda merah di tubuh Nayla, sebuah jejak kepemilikan yang keji.

Tak lupa, Felix mengambil foto mereka berdua tanpa busana, untuk ia gunakan mengancam Nayla, agar Nayla mau menuruti apa saja yang ia minta. Foto-foto itu adalah senjata utamanya.

...Setelah semuanya selesai, Felix berjalan ke dalam kamar mandi dan bermain solo di sana sambil membayangkan tubuh Nayla. Nafsunya terpuaskan, namun hatinya tetap dingin, hanya dipenuhi dendam....

(Bersambung)