Ara sekertaris malang itu harus terjebak dalam sebuah masalah karena sebuah kesalah fahaman denga keluarga bosnya, Agra adalah bos di tempat Ara bekerja,
Ara baru memakan separoh dari makanannya, tapi tiba-tiba rasa mual menjalar di perutnya, rasanya ingin segera memuntahkan isi perutnya, karena tak tahan lagi Ara pun segera berlari ke kamar mandi dan memuntahkan isi perutnya
Hoek hoek hoek
Agra pun mengikuti Ara ke kamar mandi, ia menepuk pelan punggung Ara
“kamu nggak pa pa?”
“saya lemas pak”
“sabar ya ..., maafkan saya , ini salah saya”
“iya ini gara-gara bapak, karena bapak yang maksa saya, saya jadi mualkan” kembali lagi Ara memegang perut dan memuntahkan isi perutnya hingga tinggal keluar cairan putih
Hoek hoek hoek
“maaf ya ...”
“pokoknya bapak harus tanggung jawab” Ara pun sampai mengeluarkan air mata
“iya aku pasti tanggung jawab” Agra masih tetap menepuk punggung Ara
Hemmmm
Tiba-tiba sebuah deheman menghentikan aktifitas mereka, ternyata tak jauh dari tempatnya
Secuel di lanjut di sini ya :
Mempunyai saudara kembar bisa menjadi sebuah keberuntungan tersendiri bagi seseorang, tapi kadang kembar tak selamanya mulus, bagiamana kisah Sagara dan Sanaya ini.
Duo kembar yang memiliki sifat yang berbeda, Sagara dengan gaya cool nya dan Sanaya dengan segala manjanya.
Kisah ini akan di mulai dari kisah remaja mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tri Ani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 8
Sudah sepekan semenjak kejadian di kafe itu Agra tak juga datang ke
kantor, semua pekerjaan di handel oleh Ara dan Rendi.
Dia hanya menghabiskan waktunya untuk meratapi patah hatinya. Ia terus mengurung diri di dalam apartemennya. Tanpa mau menemui siapapun.Termasuk Rendi dan Dokter Frans sahabatnya.
Hanya asisten rumah tangga yang datang membersihkan apartemennya. itupun tidak setiap hari.
“sebenarnya pak Agra kenapa sih ?” keluh Ara. Ara meregangkan otot-otot nya.
“pak Agra sepertinya benar-benar sedang patah hati” jawab rendi yang memang sedang duduk di kursi kerja Agra, karena rendi harus menggantikan beberapa pekerjaan yang memang kewenangan perusahaan sudah di serahkan pada Agra dan rendi.
"Eh ...., pak Rendi mendengarnya ya .." Ara sangat malu saat keluhannya di dengar Rendi. Dia lupa jika Rendi sedang di ruangan yang sama dengan ruangannya. Rendi pun hanya tersenyum.
“pantas saja nggak masuk, ternyata bisa patah hati juga si bos” guman Ara sambil sibuk memeriksa berkas-berkas yang ada di hadapannya.
Di apartemen Agra
Agra duduk di lantai salah satu sudut di tempat tidur, ia
benar-benar tampak berantakan tak terurus, baju yang ia kenakan pun masih baju yang kemarin. ya baju yang sama dengan baju yang dia kenakan beberapa waktu lalu. Jadi dia tidak ingin mengganti bajunya selama satu minggu. Mungkin juga selama satu minggu itu juga dia hanya mengisi perutnya dengan minuman itu.
Agra yang biasanya sangat memperhatikan penampilannya kini
benar-benar berbeda 180 derajat, baju yang lusuh dan rambut yang berantakan.
“Viona kenapa kau tega sekali padaku ..., aku sudah memberi segalanya ...., kau mempermainkan perasaanku ....” rancau Agra karena sedang
mabuk.
“apa yang kurang dariku, aku sudah memberikan semuanya padamu, tapi
kau sungguh tega...., sudah berapa lama kau dengannya. Sudah berapa lama kau menghianatiku ....” masih terus dengan meneguk botol minum di tangannya, minuman yang menggerogoti kesehatannya itu seakan menjadi teman yang baik untuknya saat ini.
Di kantor
“Ra kamu bisa bantu saya?" tanya Rendi ragu.
"Apa pak?"
"Kamu datang ke apartemen Agra, soalnya ada berkas-berkas
yang harus di ambil di sana dan ini, suruh dia menandatanganinya” Rendi mendekati Ara dengan
membawa sebuah map warna biru kepada Ara.
“kenapa tidak bapak saja?” Ara merasa tidak enak jika harus datang
ke apartemen Agra sendiri, ia belum pernah melihat orang yang sedang patah
hati, jadi cukup merasa bingung jika nanti berhadapan dengan orang yang sedang
patah hati.
“Saya ada meeting setelah ini, waktunya tidak akan cukup. Dan aku nggak mungkin ninggalin kantor kalau Agra nggak ada, kamu
kan yang biasa ke apartemennya” ucap Rendi memberi alasan.
“ya udah pak, saya pergi ...” Ara pun menyerah, ia segera mengambil map biru di
mejanya itu, dan tas nya , walaupun dengan berat hati, tapi apa boleh buat ia
nggak bisa nolak.
“makasih ya ...” sebelum melewati pintu , suara Rendi menghentikan
langkah Ara, Ara pun menoleh dan melengkungkan senyumnya.
Sesampai di apartemen Agra
“semangat ...” sebelum membuka pintu apartemen Agra, Ara pun
menyemanggati dirinya sendiri.
Ara mengetahui kode rumah bosnya karena sering kali bosnya itu menyuruh
ke apartemennya hanya untuk hal-hal kecil.
“semangat semangat ...” kembali ara menyemangati dirinya sendiri,
ia pun segera menekan beberapa tombol kode kunci apartemen bosnya
Setelah pintu terbuka , Ara tak mendapati siapapun di ruang tamu. Ara kembali melangkahkan kakinya.
“hallo ..., apa ada orang ..., permisi, spada ..., kulonuwun ...”
Ara celingak-celinguk kesana kemari. Kemudian Ara menghentikan langkahnya. Dia memilih untuk duduk di sofa.
“hah ......, apa tidak ada orang ya ...?” tak berapa lama ia duduk. Ara pun kembali berdiri, dia menuju ke dapur tapi juga tak
kunjung menemukan keberadaan bosnya. Ara membuka lemari es di depannya.
"Ahhh ...., tak ada makanan ..., gini ya kalau rumah cowok. makanan saja nggak ada." Ara pun memutuskan mengambil sebotol air mineral dan menutup kembali lemari es itu.
“apa mungkin di kamarnya ya ...” setelah menghabiskan minumannya, Ara pun segera menuju ke kamar
Agra, sesampai di depan kamar
Tok tok tok
Ara terus mengetuk pintu berharap ada yang membukanya, atau hanya sekedar mendengar ketukan pintu itu, apartemen mewah itu terlihat begitu sepi.
“permisi, apa pak bos di dalam ...” ara masih belum berani membuka pintu kamar itu.
“bos ...” lagi-lagi ia hanya bisa memangil
“ini aku Ara ...”
“bos ...”
Tapi tak juga mendapat sahutan. Ara hampir saja meninggalkan kamar itu.
prang
Tapi suara seperti ada yang pecah menghentikan langkah Ara.
"pak agra, apa di dalam ...?" teriak Ara.
“aku masuk ya ...”
Tapi tetap saja tak kunjung
mendapat jawaban, akhirnya ara pun memutuskan untuk membuka pintu dengan perlahan, jantungnya berdegup tak karuan menahan takut, takut jika terjadi sesuatu di dalam sana.
perlahan pintu itu mulai terbuka, Saat pintu telah terbuka sempurna Ara benar benar terkejut.
***
Di kantor tepat setelah Ara pergi. Ratih, ibu Agra datang ke kantor.
"Nyonya ....."
Rendi terkejut dengan kedatangan tiba-tiba Ratih ke kantor. Dia tidak memberitahu jika Agra tak datang ke kantor akhir-akhir ini karena patah hati.
"Di mana Agra?" tanya Ratih sambil mendudukkan dirinya di sofa panjang di ruangan Agra.
"Maaf nyonya ...." Rendi tak bisa menjawabnya. jika dia berbohong maka wanita di depannya itu akan mengetahuinya.
"Apa yang kau sembunyikan dariku, Rendi?"
"Maafkan saya nyonya ...,, Saya telah lalai."
"Maksud kamu?"
"Dugaan nyonya selama ini benar. Jika wanita itu hanya memanfaatkan tuan muda."
"Lalu dimana anak itu sekarang?"
"Beberapa hari ini tuan muda mengurung diri di dalam apartemennya nyonya. Tapi nyonya jangan khawatir, Ara sudah menyusulnya di apartemen."
"Ara?"
"Iya nyonya ...., Sekertaris tuan muda, nyonya ...."
"Bagus ....., biarkan saja mereka ...."
"Maksud nyonya?"
"Jangan datang ke apartemen Agra, sampai gadis itu sendiri yang menghubungimu ...."
"Baik nyonya ..."
"Ya sudah ...., saya harus pergi."
"Biar saya antar nyonya ..."
Rendi pun mengantar Ratih hingga sampai di depan loby kantor.