The Vampire Prince's Forbidden Love
"Darahnya membangkitkan sang pangeran malam. Cintanya bisa membunuhnya."
Saat Luna menyentuh peti mati itu, ia tak tahu bahwa hidupnya akan terikat oleh takdir kuno dan oleh cinta seorang vampir yang tak boleh mencintai.
Antara keabadian dan kematian, bisakah cinta tetap hidup?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MUSTIKA DEWI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rencana Pernikahan Yong Jian & Liora
Di kerajaan vampir hitam yang tersembunyi di balik bayang-bayang malam, Yong Jian, raja vampir baru, duduk termenung di dalam kamar pribadinya. Dinding-dinding ruangan itu dihiasi dengan lukisan-lukisan kuno yang menggambarkan sejarah panjang keluarganya. Namun, hari itu, pikirannya tidak terfokus pada warisan atau kekuasaan yang baru saja ia raih. Sebaliknya, hatinya dipenuhi dengan kemarahan dan kesedihan.
Ayahnya, mantan raja yang terkenal bijaksana dan tegas, memasuki ruangan dengan langkah mantap. Wajahnya menunjukkan ketegasan, tetapi ada kerumitan di balik matanya.
"Yong Jian," katanya, suaranya dalam dan penuh otoritas, "kita perlu membicarakan perjodohanmu dengan Liora."
Yong Jian menatap ayahnya dengan mata penuh kebencian.
"Aku tidak mencintai Liora," ujarnya, suaranya bergetar antara kemarahan dan kesedihan.
"Hatiku telah diberikan kepada Luna, gadis pemilik darah suci yang kau tahu sangat berharga."
Ayahnya menghela napas, seolah berat untuk mengungkapkan kata-kata selanjutnya.
"Liora adalah pilihan yang tepat untuk kita. Keluarga kita membutuhkan aliansi yang kuat, dan dia adalah kunci untuk itu. Cinta bukanlah satu-satunya hal yang penting dalam pernikahan."
Yong Jian merasa hatinya tertekan. Ia tahu bahwa sebagai raja, tanggung jawabnya lebih besar daripada sekadar perasaannya sendiri. Namun, bayangan Luna, dengan senyumnya yang lembut dan tatapan matanya yang penuh harapan, terus menghantuinya. Ia tidak bisa membayangkan hidupnya tanpa cinta sejatinya.
"Apakah kau ingin aku mengorbankan kebahagiaanku demi kekuasaan?" tanya Yong Jian, suaranya semakin meninggi. "Aku tidak bisa menerima perjodohan ini."
Ayahnya menatapnya dengan serius.
"Kau harus memahami bahwa sebagai raja, keputusanmu tidak hanya mempengaruhi dirimu sendiri, tetapi juga seluruh kerajaan. Liora akan membawa stabilitas dan kekuatan yang kita butuhkan."
Yong Jian merasa terjebak dalam jaring yang tak terlihat. Ia merindukan kebebasan untuk mencintai tanpa batasan, untuk memilih jalan hidupnya sendiri. Namun, ia juga tahu bahwa tanggung jawabnya sebagai raja baru bangsa Vampir Hitam, tidak bisa diabaikan.
Dengan berat hati, Yong Jian mengangguk. "Baiklah, aku akan melakukannya," katanya, suaranya hampir tak terdengar. "Tapi aku tidak akan pernah bisa mencintai Liora."
Ayahnya tersenyum tipis, seolah merasa kemenangan telah berada di tangannya. "Itu adalah keputusan yang bijak, putraku. Kita akan mengumumkan pertunangan ini dalam waktu dekat."
Setelah ayahnya pergi, Yong Jian terjatuh di tepi tempat tidurnya, merasakan beban yang sangat berat di hatinya. Ia tahu bahwa jalan di depannya akan penuh dengan kesedihan dan pengorbanan. Namun, dalam kegelapan malam, satu harapan masih bersinar, cinta sejatinya, Luna yang mungkin suatu hari akan kembali padanya.
Dengan tekad yang baru, Yong Jian berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak menyerah. Ia akan menemukan cara untuk mengubah takdirnya, untuk mencintai dengan bebas, dan untuk melindungi Luna dari segala ancaman. Dalam dunia vampir yang penuh intrik dan kekuatan, cinta sejatinya akan menjadi cahaya yang membimbingnya melalui kegelapan.
* * * * *
Malam itu, suasana di ruang makan keluarga Liora dipenuhi dengan nuansa magis dan misteri. Lilin-lilin berwarna merah menyala lembut, menciptakan bayangan yang menari di dinding. Keluarga Liora, dengan pakaian khas vampir mereka, tampak anggun dan menawan. Jubah hitam merah yang melapisi kemeja putih mereka memberikan kesan elegan, sementara Liora, dalam gaun merah hitamnya, bersinar bagaikan bintang di malam yang gelap.
Di seberang meja, keluarga Yong Jian duduk dengan sikap tenang namun penuh harap. Chong Jian, ayah Yong Jian, memecah keheningan dengan suara yang dalam dan tegas.
"Jadi bagaimana tanggal yang baik untuk mereka menikah?" tanyanya, matanya menatap Lian Shang, ibu Liora, dengan penuh perhatian.
Lian Shang tersenyum, seolah sudah memikirkan jawaban itu jauh sebelumnya.
"Bagaimana jika pernikahan itu diadakan saat bulan purnama tiba? Bukankah besok malam bulan purnama akan tiba?" ucapnya, suaranya lembut namun penuh keyakinan.
Chong Jian mengangguk, wajahnya menunjukkan persetujuan.
"Baiklah," sahutnya, dan seisi ruangan terasa bergetar dengan keputusan yang baru saja diambil.
Malam itu, saat mereka berkumpul di teras kastil Liora, suasana terasa hangat dan akrab. Keluarga mereka merayakan persahabatan yang telah terjalin lama, dan rencana pernikahan Liora menjadi topik utama. Namun, di dalam hati Yong Jian, hanya ada satu nama yang terukir, Luna. Luna, gadis yang memikat hatinya dengan senyum manis dan tawa yang menenangkan. Setiap kali ia memikirkan Luna, hatinya bergetar, dan semua yang lain menjadi kabur.
Liora, di sampingnya, merasakan keheningan yang menyakitkan. Ia tahu bahwa Yong Jian tidak melihatnya lebih dari sekadar teman. Meski mereka berbagi cerita dan tawa, ada jarak yang tak terjangkau antara mereka. Liora berusaha untuk mengabaikan perasaan itu, berharap bahwa suatu hari Yong Jian akan menyadari kehadirannya sebagai lebih dari sekadar teman masa kecil. Namun, harapan itu terasa semakin samar seiring berjalannya waktu.
Ketika bulan purnama mulai menampakkan diri, Liora menatapnya dengan penuh harapan. Cahaya keemasan bulan seolah mengingatkan bahwa cinta sejati bisa tumbuh di tempat yang tak terduga. Ia membayangkan bagaimana indahnya jika Yong Jian bisa melihatnya dengan cara yang sama seperti ia melihat Luna. Namun, kenyataan kembali menghantamnya. Yong Jian hanya mencintai Luna, dan Liora merasa terjebak dalam bayang-bayang cinta yang tak terbalas.
Malam itu, saat angin berhembus lembut, Liora memutuskan untuk berbicara.
"Yong Jian," katanya, suaranya bergetar.
"Apakah kau pernah membayangkan bagaimana rasanya mencintai seseorang yang tidak mencintaimu kembali?" Yong Jian terdiam, menatap Liora dengan tatapan bingung. Ia tidak tahu bahwa di balik senyuman Liora, ada rasa sakit yang mendalam.
"Kadang-kadang, kita harus menerima kenyataan," lanjut Liora, berusaha menahan air mata. "Aku tahu hatimu milik Luna, dan aku tidak akan pernah bisa mengubah itu. Tapi aku ingin kau tahu, aku akan selalu ada untukmu, meskipun itu menyakitkan."
Yong Jian merasa tertegun oleh kata-kata Liora. Ia tidak pernah menyadari betapa dalamnya perasaan gadis itu. Dalam hatinya, ia merasa bersalah karena tidak bisa membalas cinta yang tulus. Namun, cinta yang ia miliki untuk Luna terlalu kuat untuk diabaikan.
Malam itu berakhir dengan keheningan yang berat. Liora menatap bulan purnama, berharap bahwa suatu hari cinta yang tulus ini akan menemukan jalannya. Meskipun ia tahu bahwa cinta tidak selalu berbalas, ia bertekad untuk tetap mencintai Yong Jian dengan cara yang paling murni.
Di bawah cahaya bulan, dua hati yang berbeda tetap terikat oleh pernikahan yang tidak di inginkan oleh Yong Jian. Meskipun satu dari mereka terjebak dalam cinta yang tidak terbalas. Dan meskipun malam itu penuh dengan harapan dan kesedihan, Liora tahu bahwa cinta sejati, meskipun menyakitkan, adalah bagian dari perjalanan hidup yang indah.